Perubahan iklim menyebabkan pola cuaca dan musim tidak menentu dan sulit ditebak. Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam untuk menghasilkan energi listrik dan energi panas adalah di antara penyebab perubahan iklim.
Perubahan iklim berdampak bagi negara dan masyarakatnya, terutama yang paling berisiko adalah masyarakat pedesaan yang bekerja di persawahan dan perkebunan. Padahal masyarakat ini yang paling kecil perannya sebagai penyebab perubahan iklim.
Gagal panen akibat kekeringan, langkanya air bersih, banjir akibat curah hujan tinggi, dan kebakaran hutan merupakan dampak dari perubahan iklim.
Tidak hanya berdampak bagi lingkungan, perubahan iklim juga berdampak pada kesehatan manusia yang sering dialami oleh masyarakat, khususnya rakyat kecil yang terpinggirkan. Nyamuk, lalat, dan serangga sejenisnya berkembang biak dari wilayah yang dingin menuju tempat yang lebih hangat.
Penyakit malaria, kolera, demam berdarah, dan Hepatitis A merupakan akibat dari perubahan iklim (National Geographic Indonesia). Sinergi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dengan institusi-institusi lainnya seperti BNPB perlu diperkuat dalam mencegah dan mitigasi dampak dari perubahan iklim dengan mengidentifikasi dan mengontrol masyarakat yang rentan dan berisiko terdampak.
Agar dapat beradaptasi dan mengurangi risiko, masyarakat perlu mengetahui lebih banyak tentang perubahan iklim, minimal terkait karakteristik perubahan iklim sehingga masyarakat dapat mengantisipasi dampak yang ditimbulkan, salah satu cara mengedukasi masyarakat melalui peran media.
Media-media nasional maupun lokal sudah sepatutnya memberikan porsi dan halaman yang lebih besar untuk meliput persoalan perubahan iklim dan kaitannya dengan lingkungan. Perubahan iklim bukan sebuah cerita semata, bukan debat kusir, bukan obrolan warung kopi sebagai gaya-gayaan. Perubahan iklim mengharuskan kita memahaminya, lalu bertindak. Perubahan iklim adalah konteks di mana banyak cerita dan fakta akan terungkap.
Lebih jauh, sudah tidak sepantasnya para pemimpin negara menautkan perubahan iklim atau isu lingkungan dengan ekonomi hanya sebagai negosiasi elite politik belaka; alangkah lebih baiknya ditautkan dengan kemanusiaan. Jadi, perlu diubah terkait hubungan lingkungan dengan ekonomi, menjadi lingkungan dengan kemanusiaan, atau bisa jadi melalui paradigma pembangunan berperikemanusiaan.
Membicarakan perubahan iklim dan kaitannya dengan lingkungan bukan hanya untuk hari ini atau jangka pendek, tapi untuk jangka panjang demi masa depan anak cucu dan generasi bangsa yang lebih baik.
Simak juga '5 Poin Penting Ketangguhan Negara-negara Hadapi Perubahan Iklim':
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT