Mengatasi Konsepsi Diri Negatif

Kolom

Mengatasi Konsepsi Diri Negatif

Mukhotib MD - detikNews
Kamis, 12 Mei 2022 10:43 WIB
depresi
Foto ilustrasi: Shutterstock
Jakarta -

Pelabelan negatif terhadap diri sendiri tidaklah akan menyelesaikan masalah, melainkan justru menjadi sumber masalah. Pada jangka panjang akan menjadi konsepsi diri negatif. Ini tidak saja berdampak buruk bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.

Tidak sedikit orang mengalami kesulitan dalam mencapai keinginan yang ditargetkan, baik dalam bisnis, belajar, dan perkara keseharian lainnya. Mereka selalu mengalami kecemasan, ketakutan, atau kekhawatiran yang berlebihan manakala menghadapi tantangan-tantangan di depan matanya.

Paradoksnya, situasi yang terjadi itu tidak karena hambatan-hambatan dari luar diri. Bukan dampak dari pengaruh lingkungan sosial dan budayanya. Namun justru berasal dari dalam dirinya sendiri, dari pikiran dan hati yang mengatakan hal-hal negatif. Pikiran dan hati yang justru selalu menilai dengan keburukan kepada diri sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebiasaan-kebiasaan itu yang selalu memojokkan diri, menyalahkan diri, tidak pernah menghargai diri sendiri, dan bahkan bisa sampai pada level melakukan stigma terhadap diri sendiri. Selalu menganggap dirinya tidak mampu, dirinya tertinggal, dan pada puncaknya mengatakan diri sendiri lemah dan bodoh.

Sebab hati itu memiliki kuasa atas pengendalian pikiran, sikap dan tindakan, tanpa disadari seluruh cap negatif itu sungguh-sungguh menjadi keyakinan yang benar tentang dirinya sendiri.

ADVERTISEMENT

Dengan begitu, ketika kata-kata negatif telah masuk di dalam hati dan otak, dan dipercaya sebagai kebenaran, sebagai kenyataan, maka akan menjadi habit, menjadi kebiasaan yang akan membentuk konsepsi tentang dirinya sendiri dan orang lain.

Konsepsi Diri

Pada saat itulah kegagalan-kegagalan terus bermunculan dan menjadi masalah yang tak pernah selesai. Lalu merambat ke mana-mana, tak hanya soal bisnis, tetapi bisa juga menjadi perkara komunikasi dengan pasangan, dengan teman, dengan saudara, dan dengan rekan kerja.

Dengan pasangan bisa berdampak lebih parah, hancurnya kesepahaman yang bisa menimbulkan pertengkaran dan berujung pada perceraian. Sebab secara psikologis, salah satu pasangan yang selalu menganggap dirinya tak mampu, merasa tertekan saat berdialog dengan pasangannya.

Dalam lingkungan sosial orang yang memiliki konsepsi diri negatif akan selalu menganggap orang lain buruk, memiliki kecemburuan sosial yang tinggi, dan tidak rela ketika ada orang yang dianggapnya akan melampaui kemampuan dan posisi dirinya.

Lantas ia akan berusaha membuat berbagai pernyataan atau tindakan agar orang yang tak disukainya itu tak mencapai keberhasilan. Misalnya, dengan mencari-cari kesalahannya, dan pada level tertentu menyebarkan kebohongan dan melakukan fitnah.

Pada akhirnya, kehidupan orang dengan konsepsi negatif terhadap diri sendiri itu akan menjadikan dirinya hidup tidak tenang, selalu tertekan, dan bermunculan berbagai penyakit hati: dengki dan iri, menggunjing, mengadu domba, merendahkan orang kain, ujub, dan menyombongkan diri.

Semua itu semata-mata untuk menutupi kelemahan-kelemahan diri, yang disebabkan selalu memandang dirinya lemah dan rendah.

Berbeda dengan mereka yang memiliki konsepsi positif terhadap diri sendiri, mereka menjalani hidup dengan tenteram dan bahagia. Baginya keberhasilan yang dicapai orang lain itu hal yang wajar, apalagi memang mereka sudah berusaha keras dan tak henti-henti.

Sikap lainnya, dari orang yang memiliki konsepsi positif, tidak saja dirinya selalu menghargai keberhasilan sendiri, tetapi juga keberhasilan orang lain. Ia ikut merasa bangga saat tetangga, teman dan saudara bisa berhasil mencapai target kerja, dalam bisnis mereka. Ia tak segan-segan mengucapkan selamat dengan hati yang tulus, bukan modus.

Self Talk

Strategi paling jitu dalam mengatasi konsepsi diri negatif yang melahirkan perilaku menganggap rendah dan lemah terhadap diri sendiri itu dengan melakukan self talk (berbicara dengan diri sendiri). Luangkanlah waktu secara khusus untuk mendengarkan inner voice (suara dari dalam diri).

Dalam proses self talk ini, seseorang harus menyadari dan memetakan anggapan-anggapan negatif yang ada dalam diri sendiri. Misalnya, selalu menganggap otaknya tidak cerdas, tangannya buruk dalam menulis dan menggambar, matanya tidak awas, dan hal negatif lainnya. Anggapan negatif yang sudah nyaris dipercaya kebenarannya oleh hati dan pikiran.

Lalu, mulailah bersyukur dan berterima kasih kepada diri sendiri, terutama kepada bagian-bagian tubuh yang dianggap negatif selama ini. Misalnya, katakan terima kasih kepada hati kita yang sudah banyak membantu dalam menenangkan diri, dan memberikan berbagai motivasi dan inisiasi.

Kepada otak dan akal katakan terima kasih, karena telah memberikan berbagai jalan dalam menentukan pilihan-pilihan, dalam menemukan kebenaran, dan membangun pemahaman mengenai berbagai pengetahuan.

Kepada kaki sampaikan terima kasih telah membawa ke tempat-tempat yang baik, mempertemukan dengan teman-teman yang baik, dan mengantarkan ke majelis-majelis ilmu yang penuh hikmah.

Sampaikan terima kasih kepada seluruh anggota badan, tangan, mata, telinga, hidung dan seterusnya. Dengan dukungan anggota tubuh itu, diri ini bisa mendapatkan berbagai kebaikan yang telah diraih selama ini.

Langkah selanjutnya, buanglah seluruh kata-kata negatif dari hati dan pikiran yang selama ini telah dilabelkan kepada diri sendiri itu. Setiap kali muncul label negatif itu, segeralah hapus bersih-bersih, buang jauh-jauh, dan tolak dengan mengatakan tidak benar diri ini lemah dan tak mampu.

Perlu diingat, self talk bukanlah sesuatu yang instan, bukan seperti lampu Aladin yang hanya tinggal gosok keluar jin baik hati yang akan meluluskan semua permintaan. Self talk memerlukan latihan secara terus menerus, sampai benar-benar menjadi habit, mengasyikkan, dan terasa lezatnya.

Afirmasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBi) afirmasi diartikan sebagai penetapan yang positif; penegasan; peneguhan. Dengan demikian bisa dipahami afirmasi merupakan langkah untuk menggantikan hal-hal yang negatif dengan yang positif.

Seseorang yang selama ini menganggap dirinya negatif, melabeli diri dengan hal-hal yang buruk, maka afirmasi dengan menggantikan kata-kata negatif itu dengan kata positif.

Sebut, misalnya, kebiasaan kita mengatakan 'tak mampu melakukan tugas' gantilah dengan mengatakan 'tugas itu mudah, pasti bisa menyelesaikannya.' Ketika terbiasa menstigma diri dengan mengatakan 'kamu lemah, kamu pasti gagal' ganti stigma itu dengan mengatakan, 'kamu tidak lemah, lakukan dengan baik, Insyaallah akan berhasil.'

Begitu juga, ketika selalu mengatakan 'saya tak pantas mendapatkan cintanya', maka segera ganti anggapan negatif itu dengan penilaian positif, 'cinta tak memandang status sosial.'

Buatlah daftar kata-kata negatif yang sering digunakan untuk menstigma diri sendiri, dan susun kalimat positif untuk menggantikannya. Tempel daftar itu di tempat yang mudah terbaca, misalnya, di depan meja kerja atau di kamar tidur. Sehingga setiap saat bisa dilihat dan bisa dibaca dengan diulang-ulang.

Gunakan kalimat-kalimat positif setiap saat kepada diri sendiri. Terus lakukan berulang-ulang sehingga terhapus semua penilaian negatif yang seakan sudah tertanam di dalam hati dan otak kita.

Dengan begitu, kita akan lahir kembali dengan membawa perubahan besar, manakala tak lagi memandang diri sendiri negatif. Kita telah mampu menggeser diri dari orang yang memiliki konsepsi diri negatif menjadi memiliki konsepsi diri positif. Dan capaian yang diharapkan akan melejit, tanpa dipikirkan sebelumnya.

Mukhotib MD penulis dan pekerja sosial, tinggal di Magelang

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads