Apakah juru bicara boleh salah? Pertanyaan ini mungkin bisa kita jawab dengan berbagai versi. Namun dari pengalaman saya yang juga sangat terbatas, paling tidak juru bicara memang tidak harus selalu benar.
Mungkin ada yang berpikir itu aneh, tetapi memang begitu kenyataannya. Jika juru bicara salah, maka otoritas yang lebih tinggi dapat mengklarifikasinya. Otoritas lebih tinggi salah bisa diklarifikasi yang berada di atasnya lagi. Namun bila otoritas tertinggi yang salah, siapa yang akan mengklarifikasi? Maka dari itu, juru bicara memiliki fungsi penting sebagai bamper depan.
Juru bicara hanya menyampaikan informasi apa yang sudah diberikan. Lewat persona dan skill retorika, tugas utamanya adalah melakukan persuasi kepada publik dengan berbagai pesan kunci. Yang terpenting diingat, keputusan dan kebijakan apapun tidak berada di tangan Juru Bicara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkadang, jubir harus berhadapan dengan situasi yang tidak selalu ideal. Tidak selalu informasi tersedia. Bahkan, beberapa pertanyaan sensitif memang diskenariokan untuk dijawab langsung oleh otoritas yang lebih tinggi. Selalu ada playbook memandu permainan.
Pemahaman mengenai isu politik terkini tentunya sangat penting, namun namanya analisis tidak akan selalu sesuai dengan kenyataan. Apalagi, kita sering berhadapan dengan situasi yang begitu mudah berubah. Maka, ruang bagi juru bicara untuk melakukan kesalahan sangat terbuka.
Eks Juru Bicara Presiden Presiden Abdurahman Wahid, (alm.) Wimar Witoelar, pernah berkata modal utama bagi seorang Juru Bicara adalah memahami cara pandang dari orang yang dijubirinya. Wimar bukan hanya paham cara berpikir Gus Dur, namun juga menggunakan sepatu yang sama dalam spektrum ideologis, terutama dalam hal toleransi, kebebasan berpendapat, dan demokrasi.
Berbagai pertanyaan media pun ketika itu dibabat habis, bahkan tanpa harus menunggu informasi utuh dari Presiden, yang pasti memiliki keterbatasan waktu untuk mengikuti setiap detail permasalahan. Untuk sampai ke level Wimar, pengalaman memang dibutuhkan. Namun, apa itu pengalaman? Melakukan satu kesalahan, kemudian memperbaikinya, lalu menjadi lebih baik, dan semakin baik.
Waktu menjadi Ketua PPI Britania Raya dan mahasiswa di Imperial College London, saya pernah bertemu dengan Maudy Ayunda. Reputasinya sangat kuat sebagai wajah anak muda ideal Indonesia, bahkan dia pernah mendampingi PM UK David Cameroon ketika blusukan makan di kaki lima Jakarta. Tantangan sebagai Juru Bicara G-20 seharusnya bukan sesuatu yang terlalu jauh dari perjalanan yang sudah dilalui Maudy.
Sebagaimana yang sempat saya utarakan di awal, memang Jubir boleh melakukan kesalahan, yang tidak boleh dilakukan oleh juru bicara adalah berbohong. Maudy memang belum terlalu kenal dengan ekosistem media yang dihadapinya, yang mana itu sangat wajar. Jurnalis hiburan yang biasa dihadapi Maudy sangat berbeda kulturnya dengan jurnalis politik, apalagi jurnalis yang berfokus pada global politics. Maudy tentu butuh waktu beradaptasi.
Pertanyaan yang diajukan pada Maudy merupakan isu yang sangat sensitif, yakni mengenai perang Rusia-Ukraina dan kedatangan Presiden Putin ke Bali. Dunia sedang terbelah dalam isu ini. Presiden Jokowi pun menghimbau jajarannya untuk benar-benar berhitung dampak dari ketegangan ini.
Bisa jadi, memang belum ada keputusan apa-apa mengenai isu yang ditanyakan. Tugas jubir bukan untuk menyampaikan pikirannya, namun hanya sebatas bicara informasi yang dapat dipublikasi dari sebuah lembaga.
Saya yakin momentum ini akan menjadi titik balik bagi Maudy menunjukkan kapasitasnya dalam ajang Presidensi G-20. Menurut saya, ini bukan hanya kesempatan bagi Maudy, namun juga kesempatan bagi anak muda Indonesia.
Siapapun bisa terpeleset, namun bukan berarti harus dihakimi sebagai "gimmick" atau pengalihan isu. Tuduhan semacam ini sangat menyedihkan, namun itu lah konsekuensinya menjadi bagian dari negara, kritik tentu tidak terhindar, memang begitu nature-nya.
Seorang Jubir bukanlah mesin pencari informasi, tidak semua persoalan dia punya jawabannya. Meski seseorang yang paham geopolitik internasional sekalipun, tetap saja akan butuh waktu untuk melakukan kesalahan. Sebagai Staff Khusus Bidang Komunikasi Mensesneg yang tidak punya pengalaman pemerintahan, saya pun dapat paham apa yang dihadapi Maudy.
Saat ini, Maudy dan tim sedang bekerja. Apapun respon publik merupakan harapan yang besar untuk mengharumkan nama bangsa. Recover together, recover stronger.
Faldo Maldini Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Bidang Komunikasi dan Media
Simak Video: Media Asing Kritik Maudy Ayunda Sebagai Juru Bicara Presidensi G20 RI