Sambut Ramadhan dengan Suka Cita; Marhaban ya Ramadhan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Sambut Ramadhan dengan Suka Cita; Marhaban ya Ramadhan

Sabtu, 02 Apr 2022 14:21 WIB
Ahmad Kusyairi Suhail
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Ketua Umum IKADI Ahmad Kusyairi Suhail (dok. Istimewa)
Foto: Ketua Umum IKADI Ahmad Kusyairi Suhail (dok. Istimewa)
Jakarta -

Terlepas perbedaan dalam mengawali puasa Ramadhan, dan setelah dua tahun Ramadhan kita dirundung sedih karena pandemi COVID-19 yang meninggi, maka Ramadhan tahun ini pantas disambut dengan suka cita dan gegap gempita, apalagi kini situasi COVID-19 di Indonesia terus melandai dan membaik.

Menyambut dengan gembira dan bersyukur dengan datangnya bulan suci Ramadhan adalah amrun ilahi , perintah Allah, sebuah amal yang disyariatkan. Sambutan gembira itu kita ekspresikan dengan Men-TARHIB Ramadhan dengan ungkapan, "Marhaban Ya Ramadhan".

Kata tarhib dalam bahasa Arab berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban yang berarti 'melapangkan dada', 'menyambut dengan mesra, senang hati dan suka cita.' Dalam konteks ini, tarhib alias menyambut bahagia kedatangan bulan suci Ramadhan termasuk tuntunan iman yang sejati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana kita tidak berbahagia, bukankah Ramadhan merupakan anugerah, karunia dan rahmat Allah?

Allah SWT memerintahkan kita, para hamba-Nya, untuk berbahagia dengan karunia dan rahmatNya, sebagaimana firman-Nya,

ADVERTISEMENT

قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

"Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dengan itu hendaklah mereka bergembira. Sebab karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan" (QS Yunus: 58).

Karena itu, Rasulullah SAW biasa melakukannya. Bahkan, Nabi SAW telah men-tarhib Ramadhan dua bulan sebelumnya. Sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik RA, ketika memasuki bulan Rajab Nabi SAW berdoa, beliau berkata,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadhan." (HR Imam Ahmad dan Ath Thabrani).

Hal ini penting guna menanamkan kerinduan kepada Ramadhan sekaligus sebagai upaya persiapan mental (tahyi'ah nafsiyah), spiritual (tahyi'ah ruhiyah) dan intelektual (tahyi'ah fikriyah).

Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual, puasa Ramadhan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa makna, tanpa pahala dan tidak mampu memberikan pengaruh positif bagi kehidupan. Perhatikan sabda Nabi SAW,

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلَّا السَّهَرُ

"Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja. Berapa banyak orang yang bangun malam (Qiyam Ramadhan), tidak mendapat pahala kecuali hanya begadang/bangun malam" (HR An-Nasai dan Ibnu Mâjah.Imam Al-Hakim dalam Mustadrak-nya berkata, 'Hadits ini shahih atas syarat Imam Bukhari).

Sebaliknya, dengan persiapan dan perbekalan yang maksimal disertai dengan hati yang gembira akan mampu meraih sukses Ramadhan secara optimal. Untuk itu, Rasulullah SAW mengkondisikan umatnya agar gembira dengan menyampaikan pidato kenegaraan menyambut Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan-keutamaannya. Beliau SAW bersabda,

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

"Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Barangsiapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi (mendapatkan kebaikan di waktu lain)" (HR. Ahmad, no. 8979 dan An-Nasai, no. 2106 dan dishahihkan Syekh Albani dalam Shahih At-Targhib, IV/129).

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengomentari hadits ini dengan mengatakan, "Sebagian ulama berkata, bahwa hadits ini adalah dasar pijakan mengucapkan tahniah (ucapan selamat) dengan datangnya bulan Ramadhan" (Lathaif Al-Ma'arif, I/490) dan saling mendoakan, seperti dengan mengucapkan, "Ramadhan Mubarok atau Ramadhan Karim, Semoga Allah Menerima Amal Ibadah kita semua" dan yang sejenisnya.

Semoga puasa Ramadhan kita tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga menjadi momentum perubahan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa, menuju kehidupan yang selalu dalam ridho dan barokah Ilahi Rabbi. Amin...

Marhaban Ya Ramadhan. Selamat Datang Bulan Mulia...

Bekasi, 30 Sya'ban 1443 H / 2 April 2022 M

Dr. Ahmad Kusyairi Suhail, MA

Ketua Umum IKADI, Dosen FDI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(jbr/jbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads