"Crazy Rich" Gila dan Masyarakat yang Sakit
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

"Crazy Rich" Gila dan Masyarakat yang Sakit

Rabu, 30 Mar 2022 10:32 WIB
Fathurrohman
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Hands of an unrecognisable woman with mobile phone on a desk, next to a keyboard, with a stock market chart on the screen
Foto ilustrasi: Getty Images/FreshSplash
Jakarta -

Beberapa teman memasang status WA berupa foto grafik trading. Awalnya saya abai, tapi lama-lama saya tampak terbujuk juga kepo. Tampak keren, grafik meliuk-liuk, sering kali tampak naik tajam dengan takrir "Alhamdulillah...."

Sementara di aplikasi telegram, tiba-tiba saya sudah berada di beberapa grup trading. Ada ribuan percakapan yang tersaji. Saya langsung keluar dari grup-grup tersebut. Saya masuk ke menu setingan agar hanya yang HP-nya disimpan saja yang dapat memasukkan ke grup Telegram.

Beberapa hari tidak buka Telegram, ternyata saya sudah kembali berada di grup trading. Saya men-japri admin grup yang meng-add agar tidak sembarang meng-add. Akun Telegram-nya pun saya blok. Belakangan baru paham bahwa para admin tersebut disebut afiliator. Para penjerat korban investasi judi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di berbagai linimasa, terjadi keriuhan akis pamer kekayaan yang norak dari para crazy rich baru. Seorang crazy rich muda, bergaya lebay dan sombong, memamerkan jam tangan miliaran. Di video yang lain, ada pula yang memamerkan tumpukan mata uang asing, memamerkan kendaraan mewah, rumah mewah, dan barang-barang berharga jutaan lainnya.

Tontonan para crazier ini semakin menarik perhatian karena mereka mengatakan bahwa siapapun punya kesempatan yang sama dengan mereka. Dengan memanfaatkan profil dirinya dari keluarga biasa-biasa saja, mereka berhasil menarik simpatik publik untuk mencontoh perjuangannya.

ADVERTISEMENT

Label konsultan trading pun melekat kepada para crazier tersebut. Para crazier yang kemudian disebut sebagai afilitor tersebut berhasil merekrut masyarakat untuk menjadi trader di berbagai jenis perusahaan binary option.

Semakin banyak trader, semakin banyaklah pundi-pundi uang yang diperoleh afiliator ini. Para afiliator tampak lihai memainkan emosi masyarakat Indonesia yang minim literasi. Indra Kenz dalam salah satu videonya jelas-jelas aksi pamernya adalah bagian dari drama kontroversi yang sengaja dibuat.

Indra sendiri pada November lalu merilis kursustrading.com sebagai website layanan konsultasi model trading binary option. Sampai tulisan ini dibuat, walaupun Indra Kenz sudah menjadi pesakitan di jeruji tahanan Mabes Polri, laman tersebut masih bisa diakses.

Jika saya mencak-mencak kepada admin yang meng-add saya ke dalam grup-grup telegram trading dan sama sekali tidak tertarik dengan aksi pamer crazier palsu, berbeda dengan orang lain pada umumnya.

Jika saya curiga bahwa ada yang aneh, tidak masuk akal, dan menerka-nerka indikasi aktivitas ilegal Indra Kenz atau Donni Salmanan, berbeda dengan sebagian warga yang terekrut untuk bermain di aplikasi judi berkedok trading.

Kesadaran yang Terlambat

Ibu Listya, salah satu trader yang terekrut oleh afiliator Indra Kenz, sesenggukan saat menjadi salah satu narasumber TV swasta. Ibu muda yang tengah hamil lima bulan ini sedang menghadapi situasi pelik. Dirinya terjerat belasan pinjaman online, hubungan renggang dengan keluarganya, dan terganggu kondisi kejiwaannya akibat tipuan investasi bodong ini.

Tentu masih banyak model Ibu Listya lainnya. Menjadi pesakitan karena harapan meraih pundi atas investasinya adalah ilusi. Puluhan atau ratusan juta menguap, sementara pinjaman menggunung.

Wajah media sosial kita memang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Tontonan crazy rich di berbagai media sosial seolah menjadi inspirasi sempurna. Padahal, semuanya adalah tipuan belaka.

Tipuan demi tipuan berjalan dengan sukses. Selain karena referensi bacaan yang minim, juga karena ketidakmampuan dalam membuat kesimpulan atas informasi yang tersedia. Masyarakat tidak terlatih untuk berfikir kritis.

Bayangkan, dari 150 rekening afiliator saja, PPATK baru saja melansir jumlah transaksinya mencapai Rp 8,3 triliun. Di balik angka tersebut, ada trader yang rumah tangganya yang bubar, ada yang depresi, dan bahkan ada nyawa yang melayang karena bunuh diri.

Sementara bulan lalu OJK merilis jumlah kerugian akibat investasi bodong Rp 117,4 triliun. Angka tersebut melampaui pendapatan penggabungan dua provinsi tertinggi sekaligus, DKI Jakarta dan Jawa Barat, yang hanya meraih Rp 113,65 triliun.

Bukan hanya masyarakat yang terlambat sadar. Lembaga otoritas juga tampak dinilai terlambat, paling tidak oleh para korban, dalam mencegah dan menegakan aturan. Padahal, aktivitas judi berkedok trading ini telah beberapa tahun eksis. Paling tidak, seperti pengakuan Indra Kenz, berdiri sejak 2016.

Fenomena Quarter Life Crisis

Lembaga seperti OJK, PPATK, dan Bareskrim menghadapi tantangan sikap masyarakat yang mudah tertipu. Gimmick afiliator sebagai crazy rich cukup mampu memperdaya sikap masyarakat, khususnya di kalangan muda yang terjebak pada situasi quarter life crisis.

Istilah tersebut disematkan kepada orang-orang yang sedang mengalami krisis atau stres. Mereka kerap membandingkan dirinya dengan teman-temannya atau orang lain yang sudah dianggap sukses. Apalagi jika kesuksesan tersebut dipamerkan di media sosial.

Aksi pamer Indra Kenz dan Doni Salmanan adalah visualisasi sempurna hidup sukses yang membuat penontonnya mengalami situasi quarter life crisis. Melakukan aksi pamer kekayaan memang bukan pelanggaran. Tapi mewanti-wanti kepada kaum pamer adalah penting karena berimplikasi negatif, termasuk tindakan kejahatan seperti pencurian, perampokan, atau pembunuhan.

Para afiliator, fake crazy rich, atau penipu trading palsu ini harus segera ditindak dengan tuntas hingga pemilik atau operator aplikasinya. Jika tidak, mereka dan para operator aplikasi trading judi seperti Binomo atau Qoutex akan menghilang seperti pesohor ratu penipu Bulgaria Ruja Ignatova.

Ruja adalah buruan internasional negara-negara Eropa dan Amerika Serikat atas tuduhan penggunaan skema tipu-tipu ponzi yang dia gunakan dalam mengoperasikan mata uang crypto ciptaannya onecoin. Dia berhasil menghilang pada 2017 setibanya di Athena, Yunani.

Kecepatan dan ketepatan penegak hukum dan lembaga otoritas terkait transaksi keuangan mencurigakan lainnya saat ini adalah kunci agar korban tidak terus-menerus berjatuhan. Fenomena quarter life crisis akan dapat diantisipasi sehingga masyarakat yang sakit tidak semakin sakit karena ulah crazy rich yang gila.

Perpaduan masyarakat yang sakit dengan aksi manipulatif crazy rich yang gila adalah kelindan sempurna terjadinya kejahatan judi berkedok investasi dan trading.

Fathurrohman analis kejahatan, ASN di BNN


Simak juga 'Psikolog Bicara Soal Istilah 'Crazy Rich Palsu'':

[Gambas:Video 20detik]



(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads