Serangan Rusia terhadap Ukraina menggegerkan dunia. Konflik pecah di daratan Eropa. Ukraina dan Rusia menjadi perbincangan hangat masyarakat internasional. Serangan tersebut disinyalir oleh isu akan bergabungnya Ukraina di NATO yang merupakan organisasi pertahanan negara-negara Blok Barat dengan ideologi kapitalis demokrasi.
NATO menjadi bertahan sampai saat ini karena kemenangannya dalam Perang Dingin melawan negara sosialis komunis Uni Soviet. Ukraina merupakan negara pecahan Uni Soviet yang runtuh pada saat Perang Dingin, dan Uni Soviet berubah menjadi Rusia sampai saat ini. Sehingga bergabungnya Ukraina dalam NATO menyebabkan ancaman geopolitik dan keamanan Rusia. Olehnya itu Rusia bersikeras menolak keanggotaan tersebut.
Konflik di Ukraina adalah bukti nyata sentimen Rusia terhadap NATO (Amerika Serikat) sejak perang dingin ternyata belum berakhir. Menggemanya serangan Rusia terhadap Ukraina pada Kamis, 24 Februari merupakan konsekuensi kekhawatiran Rusia terhadap pengepungannya oleh negara-negara NATO. Keamanan Rusia semakin terancam dan terlihat Rusia tidak akan mundur sebelum Ukraina dan NATO mendeklarasikan bahwa Ukraina tidak akan masuk dalam NATO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut analisis yang bersandar pada teori keamanan tradisional, serangan tersebut merupakan salah satu bentuk unjuk diri Rusia terhadap dunia khususnya terhadap Amerika Serikat dan anggota NATO lainnya bahwa Rusia tidak akan terkendalikan jika kepentingannya tidak didengarkan oleh dunia internasional khususnya negara-negara Blok Barat. Presiden Rusia Vladmir Putin menyampaikan dengan tegas, "Redrawing borders, rewriting history." (Menggambar ulang perbatasan, menulis ulang sejarah) --ancaman penuh makna dari Rusia pada penyataannya, 26 Februari.
Dendam masalah lalu belum berakhir? Kekalahan yang belum dilupakan? Lelah untuk mengalah atau resah karena tidak lagi menjadi hangat namanya dalam dunia internasional. Bangkit kembali adalah jawabannya untuk mengubah dan menulis kembali sejarah. Tetapi kebangkitan dengan memunculkan konflik demi eksistensi meresahkan negara lain untuk menyusun strategi baru.
Beban Tambahan
Menarik untuk dikaji dan mencoba melihat lebih jauh terkait konflik Ukraina dan Rusia akan berdampak pada dunia internasional. Salah satunya Indonesia sebagai negara presidensi G20 tahun ini. Menjadi beban tambahan bagi Indonesia harus mengagendakan banyak masalah dunia internasional saat ini di mana anggota G20 juga termasuk Rusia dan Amerika Serikat. Keterlibatan secara tidak langsung menantang bahkan mungkin menuntut Indonesia untuk masuk dalam permasalahan berperan penting sebagai presidensi G20.
Penambahan isu dan tantangan dalam lingkup keamanan internasional bukan hanya keamanan non tradisional seperti isu perubahan iklim global, isu kemanusiaan seperti kemiskinan dan lain sebagainya tetapi juga isu keamanan tradisional yakni konflik Ukraina yang menimbulkan bencana kemanusiaan yang tinggi dan pengungsi sebagai bentuk konsekuensi humaniter yang terjadi ketika konflik muncul menggerogoti dan merusak kedamaian masyarakat dunia. Dimana ada konflik pasti menimbulkan bencana kemanusiaan, pasti warga sipil menjadi korban.
Pengungsi akan memenuhi perbatasan negara tetangga untuk mencari suaka maka pengungsi akan meresahkan negara lain terus menjadi tantangan yang mungkin sangat perlu dipikirkan oleh Indonesia sebagai isu yang perlu diangkat. Mengapa perlu dipikirkan? Karena isu keamanan menjadi isu utama yang diangkat dalam G20 sehingga serangan Rusia terhadap Ukraina akan membawa dampak penambahan mungkin perubahan beberapa agenda G20 oleh Indonesia yang akan dibahas pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 akhir tahun nanti.
Mengapa begitu yakin akan diagendakan oleh Indonesia? Berangkat dari cuitan presiden Joko Widodo, "Setop perang, perang menyengsarakan umat manusia." Penuh pertanyaan apakah Indonesia akan mengagendakan resolusi konflik yang mendasarkan pada agenda Sherpa Treck yang mengaitkan dengan isu kemanusiaan dan krisis ekonomi global akibat konflik karena Rusia akan turut hadir dalam KTT G20?
Tidak kalah penting masih dalam isu hubungan konflik dan ekonomi bahwa dampak konflik pada sistem perekonomian global sangat besar bisa memicu krisis berkepanjangan jika hampir seluruh belahan dunia terjadi konflik. Permasalahan sudah coba diagendakan menjadi perbincangan utama dalam G20 nanti di mana berusaha untuk membicarakan pemulihan ekonomi dunia yang sempat mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19 dengan menarik tema Recover Together, Recover Stronger (pulih bersama, bangkit bersama).
Tema tersebut bertujuan pulih dan bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi, tapi sekarang Indonesia mendapatkan tantangan baru krisis ekonomi dunia yang disebabkan oleh konflik negara-negara core dalam G20. Akankah Indonesia menyuarakan dan menantang diri dalam menyampaikan pandangan mengenai konflik Ukraina sebagai bagian dari bencana kemanusiaan dan mengancam krisis ekonomi dunia?
Presidensi Indonesia di G20 akhir tahun ini mendapat ujian tambahan dari problem dunia. Kepresidensian Indonesia diuji oleh banyak masalah dunia mulai dari COVID-19 yang coba diformulasikan hingga konflik Ukraina-Rusia yang meresahkan dunia. Akankah pernyataan Presiden Joko Widodo --Setop perang, perang menyengsarakan umat manusia-- menjadi arah kebijakan baru Indonesia yang akan disampaikan dalam KTT G20 akhir tahun, jika konflik Ukraina belum selesai?
Ica Cahayani mahasiswa S2 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
(mmu/mmu)