Mengembangkan Agrobisnis Berbasis Peternakan
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Mengembangkan Agrobisnis Berbasis Peternakan

Selasa, 08 Feb 2022 13:39 WIB
Yoseph Yoneta Motong Wuwur
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Peternak saat memberi makan ayamnya di peternakan ayam petelur di Lendah, Kulon Progo, Jumat (31/12/2021).
Peternak ayam petelur di Lendah, Kulon Progo (Foto ilustrasi: Jalu Rahman Dewantara)
Jakarta -
Agrobisnis berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Tuntutan sistem usaha tani terpadu pun menjadi semakin rasional seiring dengan tuntutan efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan, tenaga kerja, modal, dan faktor produksi lain yang amat terbatas tersebut. Sementara itu, peluang investasi yang sering terlupakan tentang peluang agrobisnis berbasis peternakan.

Apabila dikaitkan dengan pengembangan kawasan dan kemandirian pedesaan, kawasan agrobisnis dapat lebih bertumpu pada investasi dan perdagangan yang berpotensi menciptakan lapangan kerja produktif di pedesaan. Pemulihan ekonomi yang lebih berkualitas perlu mengandalkan investasi yang dapat meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan sekaligus mengentaskan kemiskinan. Oleh sebab itu, pengembangan agrobisnis berbasis peternakan dapat menjadi kawasan agrobisnis dalam konteks kemandirian pedesaan, yang lebih bernuansa dinamis dan berperspektif ekonomi.

Agrobisnis berbasis peternakan merupakan subsistem dari sektor pertanian. Subsektor agrobisnis berbasis peternakan meliputi subsistem hulu yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi ternak; subsistem proses produksi atau budi daya yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi ternak untuk menghasilkan komoditas ternak primer; subsistem hilir yaitu kegiatan ekonomi yang mengelola komoditas peternakan primer menjadi produk olahan; dan subsistem jasa penunjang yaitu kegiatan ekonomi yang menyediakan jasa yang dibutuhkan ketiga subsistem yang lainnya.

Dalam suatu usaha agrobisnis berbasis peternakan komersial dibutuhkan peningkatan pola produksi untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sektor peternakan harus dikembangkan dengan prinsip-prinsip agrobisnis modern, meningkatkan keterkaitan antarkomponen dan subsistem yang membangun sistem agrobisnis secara utuh

Agrobisnis berbasis peternakan harus terus dibangun dan dikembangkan seiring dengan upaya besar pemulihan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pembangunan kawasan agrobisnis merupakan salah satu faktor amat vital dalam konteks desentralisasi ekonomi karena hal itu akan sangat kompatibel dengan kebutuhan dan potensi sebagian besar daerah di Indonesia.

Untuk mewujudkan peluang investasi dan menjawab kebutuhan peningkatan lapangan kerja di pedesaan, pembangunan kawasan agrobisnis berbasis peternakan perlu diarahkan kepada diversifikasi usaha ke arah penerimaan ekonomis yang lebih baik. Namun demikian, langkah diversifikasi usaha ini pun tidak akan dapat berjalan mulus apabila pendapatan produsen masih rendah.

Mereka memerlukan tambahan modal kerja dan investasi untuk adopsi teknologi baru, akses informasi, intensitas tenaga kerja proses produksi, manajemen pengolahan, pemasaran, dan pascapanen lain, baik secara individual maupun secara kelompok sebagaimana disyaratkan dalam sistem agrobisnis. Apabila pilihan dan kesempatan tersedia, petani produsen pasti akan lebih leluasa melakukan diversifikasi usaha.

Pengembangan usaha agrobisnis peternakan dapat diterjemahkan sebagai peningkatan kualitas dan kuantitas manajemen peternakan dan kemampuan untuk melakukan usaha secara mandiri dengan memanfaatkan peluang pasar. Dalam sistem peternakan, komponen yang harus diperhatikan yaitu kekuasaan, kepentingan, kebijakan, dan budaya peternakan.

Kekuasaan merupakan cara untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam alokasi sumber daya di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kepentingan sebagai tujuan-tujuan yang ingin dikejar oleh pelaku peternakan. Sedangkan kebijakan sebagai hasil interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam bentuk undang-undang.

Budaya peternakan merupakan orientasi subjektif individu terhadap sistem peternakan yang berlaku. Keempat komponen tersebut harus dibangun secara bersama, agar dicapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak yang bergerak di bidang peternakan.

Kegiatan Bisnis
Keberhasilan atau kegagalan suatu usaha peternakan umumnya diukur dari laba atau rugi yang diperolehnya. Usaha yang komersial tentu memerlukan peningkatan pola pikir dari pola berproduksi untuk keluarga dan juga dijual ke pasar, ditingkatkan menjadi berproduksi untuk memperoleh keuntungan atau laba. Karena itu, peternak akan menerapkan pelbagai prinsip ekonomi untuk mencapai tujuan memperoleh laba yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sudah mengarah kepada kegiatan bisnis, yakni bisnis yang berbasis peternakan.

Untuk dapat berbisnis dalam usaha peternakan hendaknya peternak sebelum menganalisis permintaan pasar yang dibutuhkan seorang peternak adalah komitmen yang kuat untuk menciptakan usaha serta kemampuan manajerial dalam menggerakkan usaha peternakannya.

Usaha peternakan mempunyai berbagai macam komoditas. Untuk menentukan jenis usaha yang akan dilakukan adalah dengan mengetahui kebutuhan dan permintaan dari pasar, serta peluang yang akan diraih dalam pemenuhan kebutuhan pasar. Untuk itu, seorang pengusaha peternakan perlu mengetahui salah satu alat analisis, yaitu analisis finansial.

Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha peternakan dalam kaitan kelayakan usaha ternak, untuk mengetahui berapa minimal seorang peternak mengusahakan usaha peternakan, dan untuk menghindari investasi pada usaha yang tidak menguntungkan. Analisis finansial dapat digunakan sebagai petunjuk di bidang sarana keuangan, yang dilengkapi dengan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak lain, seperti lembaga perbankan maupun rekanan usaha.

Analisis finansial sangat dibutuhkan oleh seorang pengusaha untuk dapat menentukan skala usahanya. Skala usaha sangat erat hubungannya dengan ketersediaan input dan pasar. Skala usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan atau kelebihan permintaan. Untuk mengembangkan usaha agrobisnis berbasis peternakan maka pemasaran komoditas ternak sangat diperlukan untuk memperlancar usaha.

Selain itu, untuk meningkatkan pendapatan peternak, dapat diupayakan teknologi penanganan limbah peternakan sehingga lebih bermanfaat. Dari usaha pengolahan limbah, peternak dapat memperoleh nilai tambah dari usahanya. Dengan pengolahan limbah selain memberi nilai tambah kepada pengembangan usaha bagi peternak, juga akan menciptakan suatu sistem peternakan yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan memperhatikan aspek ekologis yang tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem lainnya. Misalnya, mengintegrasikan usaha budi daya tanaman dan ternak; limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk organik, dan bio pestisida.

Potensi Ekosistem
Prinsip dasar pembangunan agrobisnis yang berkelanjutan dan terintegrasi merupakan pembangunan sektor agrobisnis berbasis sumber daya dan ekosistem. Pembangunan sektor agrobisnis peternakan harus berasaskan pada potensi ekosistem setiap wilayah, sehingga melibatkan seluruh wilayah dengan segala keberagamannya. Untuk itu agrobisnis berbasis peternakan harus dilaksanakan dengan pembangunan subsistem-subsistemnya secara harmonis.

Untuk memenuhi kebutuhan produk peternakan yang meningkat dilakukan melalui peningkatan kapasitas ekonomi beserta teknologi pemanfaatannya, sehingga keberagaman konsumsi dipenuhi dengan keberagaman komoditas yang dikembangkan dan keberagaman teknologi pengolahan produk.

Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian memberikan kontribusi bagi terpenuhinya kebutuhan gizi dan pangan bagi masyarakat. Usaha peternakan juga berkontribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar. Peningkatan produksi ternak dapat meningkatkan pendapatan masyarakat peternak. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat peternak diharapkan terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat peternak. Kesejahteraan terwujud ketika masyarakat petani mampu mengakses kebutuhan hidupnya dengan kuantitas dan kualitas yang baik.

Yoseph Yoneta Motong Wuwur alumnus Fakultas Pertanian Universitas Flores

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads