Hampir selama tiga tahun kita mengalami kombinasi dari krisis ekonomi dan krisis kesehatan. Suatu pengalaman yang belum pernah dirasakan sebelumnya, karena itu terlihat pemerintah gamang dalam menyikapinya. Banyak kebijakan dibuat, namun kebijakan itu tampak kurang terasa hasilnya. Bahkan bisa dikatakan sebagai kebijakan yang saling bertabrakan. Pelonggaran larangan dilakukan, yang mendadak diubah menjadi pengetatan kembali. Seolah tidak ada perencanaan yang teliti.
Apalagi kemampuan deteksi perubahan keadaan yang seharusnya menjadi landasan dari setiap kebijakan seolah dilakukan tanpa perhitungan yang teliti. Tanpa mempertimbangkan rasionalisasi dari keadaan yang dialami. Mengapa bisa demikian? Jawaban yang sederhana karena kita kurang memaknai siklus pandemi. Pengetahuan yang bisa dijadikan pijakan untuk menyusun langkah yang bisa diharapkan lebih tepat mengenai tatanan pemulihan kesehatan yang akan berdampak pada pemulihan keadaan perekonomian.
Siklus perekonomian sudah dapat diprediksikan oleh para ahli ekonomi. Banyak pengalaman yang membuat ramalan mengenai siklus ekonomi bisa menjadi kenyataan. Keadaan resesi yang pasti akan berakhir dengan dimulainya tahap ekspansi ekonomi bisa diperkirakan. Siklus yang terulang lebih mudah untuk menjadi latar belakang pengambilan kebijakan di bidang perekonomian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi dengan adanya krisis kesehatan, pengambilan keputusan di bidang ekonomi tidak segampang yang diperkirakan. Faktor mendadak yang tidak diperkirakan sejak awal bisa terjadi sewaktu-waktu. Pengetahuan mengenai siklus kesehatan tidak selengkap informasi yang bisa dipakai seperti untuk melakukan prediksi atas siklus ekonomi.
Apakah vaksinasi akan mengurangi krisis kesehatan? Atau kombinasi dengan protokol kesehatan akan mengurangi jumlah penularan sampai tingkat tertentu?
Belum ada penelitian yang mampu menyimpulkan pola perkembangan pandemi tersebut. Berbeda dengan siklus perekonomian yang memang bisa diramalkan setelah melewati batas tertentu, gejolak resesi akan diikuti dengan ekspansi ekonomi sampai tingkat tertentu. Siklus ini akan berulang tergantung dari penyebab adanya siklus itu.
Siklus kesehatan belum bisa diramalkan kapan itu biasanya akan berulang. Kapan wabah DBD akan terulang kembali, akan sulit untuk melakukan prediksi. Sehingga penanganan yang tepat juga masih menjadi perdebatan. Selain itu krisis kesehatan akan menyangkut baik masyarakat maupun individu.
Penanganan pandemi Covid-19 tidak semata-mata ditujukan pada masyarakat, tetapi terlebih utama pada individu. Orang per orang yang perlu mendapat perhatian. Meskipun masyarakat bisa dipengaruhi dengan berbagai kebijakan dan larangan, disiplin perorangan tergantung pada tingkat pendidikan. Pemakaian masker, jaga jarak, dan menghindari kerumunan merupakan tindakan perorangan yang tidak mungkin bisa ditumbuhkan secara mendadak.
Disiplin merupakan budaya yang perlu ditanamkan sejak kecil. Ketaatan pada peraturan perlu ditumbuhkan mulai usia dini dan tidak bisa mendadak diharapkan timbul setelah usia dewasa. Kebiasaan yang tidak mungkin bisa diharapkan secara tiba-tiba. Sementara penanggulangan pandemi lebih meminta kesadaran perorangan yang diharapkan akan menumbuhkan kepatuhan masyarakat.
Siklus pandemi yang sulit diperkirakan mengharuskan penumbuhan kebiasaan hidup sehat. Tuberkulosis, influenza, dan berbagai penyakit menular lain berkeliaran dalam kehidupan masyarakat sejak lama. Kita menjadi terbiasa karenanya. Pemenuhan gizi, pola hidup sehat yang diterapkan, hendaknya mengurangi dampak pandemi dari penyakit-penyakit menular yang ada di sekitar kita. Kebiasaan yang perlu dilakukan agar merupakan kejadian yang bukan luar biasa.
Bukan berarti harus memakai masker sepanjang masa untuk menghindari dampak penularan Corona, tetapi hanya berjaga-jaga bila bahaya akan tiba. Jadi, menyiapkan masker bila sesekali diperlukan harus dibiasakan. Memakainya saat berada dalam kerumunan atau bicara dan makan dengan orang lain yang belum dikenal dekat, sangat diperlukan. Tetapi bukan praktik dan dalam keadaan terus-menurus di rumah atau di tempat tempat yang sudah dipastikan aman. Kebiasaan yang bersifat paranoid perlu dihindarkan.
Krisis kesehatan yang terjadi tanpa pemahaman siklus kesehatan memang merepotkan penanganan. Sudah masanya para ahli epidemiologi dan ahli kesehatan masyarakat meneliti siklus pandemi dari berbagai penyakit menular yang sering dihadapi. Seperti dalam pemahaman terhadap siklus ekonomi. Pengetahuan mengenai siklus pandemi akan menghindarkan dari penanganan dan kebijakan yang bersifat angin-anginan.
Pengetahuan yang lengkap atas siklus pandemi merupakan landasan untuk penanganan yang terencana. Sudah saatnya ahli kesehatan dan ahli ekonomi bergandengan tangan menghadapi krisis ekonomi dan krisis kesehatan yang sedang dialami. Sudah saatnya para ahli ekonomi dan ahli kesehatan muncul bersama di depan publik untuk melakukan pemahaman informasi yang tidak menyesatkan. Bukan muncul sendiri-sendiri yang bahkan menjadikan penafsiran yang berbeda. Kolaborasi sangat diperlukan di masa pandemi, bukan muncul sendiri-sendiri dengan tujuan popularitas pribadi.
H. Prijono Tjiptoherijanto Guru Besar Ilmu Ekonomi pada Universitas Indonesia, Senior Fellow pada CSEAS Indonesia, Ketua Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
(mmu/mmu)