Nama Nyoman Nuarta menjadi sorotan masyarakat luas setelah desain Istana Negara untuk ibu kota baru dipilih langsung oleh Presiden Joko Widodo. Lokasinya terletak di Kalimantan Timur. Pria kelahiran Bali ini mungkin masih asing di telinga masyarakat, namun siapa menyangka Nyoman Nuarta telah menyumbang berbagai karya yang menakjubkan.
Nyoman Nuarta lahir di Tabanan, Bali, 1 November 1951, 71 tahun yang lalu. Tempat kelahirannya tepatnya di desa yang berada di kaki Gunung Batukaru, Desa Tegallinggah. Saat kecil ia sudah menjadi petani, membantu orangtuanya. Kemudian pada kelas enam SD pindah ke kota Bali. Nyoman kecil tumbuh dalam didikan pamannya, Ketut Dharma Susila.
Nyoman mengaku sangat senang dengan dunia seni rupa sejak kecil. Nyoman sangat suka menggambar, apalagi seni rupa di Bali ini merupakan pekerjaan yang sangat dihormati dan dikagumi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi orang Bali, seni rupa itu segalanya. Bisa jadi pematung, pelukis, pemusik, penulis, dan dapat dukungan masyarakat. Tidak ada yang tidak setuju. Karena buat orang Bali hal itu adalah capaian tertinggi di keluarga yang berkesenian. Dalam istilah di desa-desa, seniman itu orang yang disayang Tuhan dan menjadi suatu kehormatan di keluarga," jelas Nyoman Nuarta saat diwawancarai.
Kegemarannya di seni rupa mendorong Nyoman Nuarta mengambil jurusan kuliah Seni Patung di Institut Teknolgi Bandung (ITB) pada tahun 1973. Awalnya Nyoman mengambil Jurusan Seni Lukis, namun ia memutuskan untuk pindah. Ketika akhirnya berhasil mengambil Jurusan Seni Patung, Nyoman merasa menemukan dunianya yang abadi.
Nyoman Nuarta mengatakan di masa kuliah ia harus membanting tulang memenuhi kebutuhannya selama merantau. Banyak proyek kecil-kecilan yang ia buat bersama rekan sekamar kost-nya. Pekerjaan sampingan yang digeluti Nyoman diantaranya mendekor, bikin spanduk, poster, atau mencoba menjual lukisannya.
Karier Nyoman Nuarta dimulai saat memenangkan Lomba Patung Proklamator Republik Indonesia di Jalan Proklamasi, Jakarta, tahun 1979. Hal ini merupakan awal mula ketenaran Nyoman Nuarta. Meski pada waktu itu ia masih berstatus sebagai mahasiswa.
"Pada waktu itu baru mau lulus. Karena saya mahasiswa, dosen-dosen, perusahaan-perusahaan besar, semua ikut. Kalau tidak salah yang ikut 100 sekian perusahaan. Kok saya menang? Nah, itu banyak juga orang yang marah sama saya. Mahasiswa menang, ecek-ecek lagi. Yang menangin kan bukan saya," katanya sambil tertawa mengenang masa itu.
"Saat itu, masih menjadi mahasiswa, saya sempat tak disukai banyak orang karena memenangkan sayembara Patung Proklamator itu. "Menurut Nyoman, hidup memang tak mudah. "Terkadang apa yang sudah kita buat tidak disambut baik oleh masyarakat. Bagi saya, itu bukan penghalang untuk tetap berkarya," ucapnya.
"Bedanya saya itu selalu membuat proyek sendiri bukan menunggu proyek," tutur Nyoman.
Selain menjadi pematung, Nyoman juga seorang Arsitek. Nyoman menggeluti bidang Arsitek sejak 1975, kala itu dia juga sudah membangun perusahaan yakni Studio Nyoman Nuarta yang berdiri sampai saat ini.
"Tahun 1975 saya sudah mempunyai perusahaan sendiri, orang lain cari kerja, saya buat studio sendiri. Sampai sekarang saya sudah punya 1.000 karyawan," jelasnya.
Sejumlah Perusahaan Konsultan Arsitek juga pernah dibangun, misalnya PT Artech Matra Consultand yang berdiri pada 1975 sampai 1990. Kemudian PT Megapola Mecro Design. Banyak bisnis yang sudah didirikan oleh Nyoman Nuarta.
Untuk yang masih berdiri hingga sekarang antara lain Yayasan Garuda Wisnu Kencana, NuArt Sculpture Park-Bandung, PT NuArt Consultand, PT Siluet Nyoman Nuarta dan PT NuArt Mahachakra Properti.
Nyoman juga telah mendapatkan sederet penghargaan yang diperoleh sejak di bangku kuliah. Berbagai penghargaan yang didapat terakhir diantaranya, gelar kehormatan Doktor Honoris Causa Culture dalam Bidang Ilmu Seni Rupa pada 2021. Penghargaan ini diberikan dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kemudian, gelar kehormatan diperoleh dari Chevalier De L'Ordre Des Arts Et Des Letters dari pemerintah Prancis. Kemudian yang membanggakan lagi adalah Penghargaan Habibie Prize 2021 Bidang Kebudayaan dari Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia.
Sebagai pendesain Istana Negara di ibu kota baru, Nyoman mengatakan mendapat kecaman hingga protes dari sejumlah Arsitek di Indonesia. Banyak yang heran, Nyoman Nuarta yang hanya seorang pematung bisa mendesain dan dipilih desainnya oleh Presiden Jokowi.
"Lima asosiasi kompak, bicara ke Presiden. Ya Presiden, 'Ini pilihan saya.' Ya begitu. Kemarin saya kaget, diundang di sebuah webinar di Kalimantan. Ada pertanyaan, 'Oh jadi Pak Nyoman bekerja dengan banyak orang?' Loh. Itu kaget luar biasa," tutur Nyoman.
Q: Lalu diputuskan bapak menang?
A: Saya diberi tahu bahwa Pak Presiden memilih desain istana dan masjid agung milik saya. Tapi diinfokan bahwa Pak Jokowi tidak ingin gedung-gedung besar di belakang istana itu terlihat. Pada saat itu kita belum dapat info dari kontur tanah, jadi kita bayangkan rata-rata aja. Setelah kita pelajari ternyata konturnya tajam sekali, banyak jurang. Sebenarnya saya suka kontur tanah seperti itu, view-nya bagus. Tapi kebutuhan untuk istana kan perlu standard keamanan, itu yang agak sulit.
Kalau jalan terlalu curam kan berbahaya. Tanahnya sempit hanya 32 hektar. Lalu kita lapor ke Setpres dan PUPR. Kemudian disetujui 55 hektar tapi memanjang ke belakang. Mendesain istana tidak bisa seperti mendesain hotel. Ada permasalahan protokoler, security, kemajuan zaman, dan lain-lain. Dari kontur tanah tidak memungkinkan jadi tidak bisa maksimal. Pak Presiden juga ingin ada botanical garden yang luas. Saya diminta menjadi coordinator di sana supaya tidak kejadian lagi seperti Monas. Sehingga dari jarak 6 km istana sudah terlihat.
Kalau GWK kombinasi, beton dan baja. Kalau terlalu tinggi bajanya dengan bentuk tertentu, goyangannya tinggi. Kita belajar dari Menara Eiffel ujungnya sekian meter bergoyang jadi berbahaya. Saya pikir, seni untuk hal tertentu tidak bisa lepas dari teknologi. Teknologi kita uji lagi sainsnya seperti apa. Sehingga apa yang kita buat ada manfaatnya tidak asal-asalnya, kita bertanggung jawab terhadap kekuatannya. Saya hanya membuat basic design. Siapa pun bisa membuat.
Q: Membuat desain berapa lama?
A: Agak lama karena ada Covid. Saya buat agak detail supaya nanti tidak berubah.
Q: Berapa lama sampai gedung tersebut berdiri dengan bagus nantinya?
A: Perkiraan 2024, tapi masalahnya sekarang segalanya mahal. Biaya pengangkutan satu truk 50 juta. Waktu bikin GWK hanya 3,5 juta/truk. Saat itu ada 500 truk.
Q: Pak Nyoman luar biasa. Saya berharap jangan dilihat dari sisi politik ya, Pak. Ini sumbangan bangsa terhadap ibukota baru di Kalimantan. Sooner or later memang sudah waktunya kita pindah karena Jakarta sudah terlalu sesak.
A: Iya, saya juga nggak mau begitu. Saya nggak ngerti politik.
Jakarta, 2 Februari 2022
Ishadi SK
(mmu/mmu)