Genap 17 tahun Tunami Aceh telah berlalu. Saat itu Tsunami menghancur leburkan wilayah Aceh dan Nias, merenggut tidak kurang dari 200,000 korban jiwa. Kekuatan dahsyat menggelora membuat ombak pada ketinggian 30 meter di pesisir Aceh hingga lautan Hindia bahkan Afrika. Dahsyatnya Tsunami Aceh berawal dari kekuatan gempa yang besar, yakni 9,3 magnitudo pada pukul 07:59 pagi. Warga menjadi panik melihat kenaikan air laut mencapai 30 meter.
Tsunami 17 tahun lalu dikatakan hampir meluluh lantakan seluruh infrastruktur: rumah warga, sekolah, sarana kesehatan, bangunan ibadah, pelabuhan dan bandara yang mengakibatkan total kerugian diduga mencapai sebesar USD4,5 Milyar (dikutip dari CNN).
Tim Trans TV bersyukur menikmati fasilitas luar biasa. Awalnya ketika Ibu Susi Pudjiastuti menemui saya, mengeluhkan terdapat dua pesawat Cessna Grand Caravan buatan Amerika Serikat di kota Wichita yang terdampar di Singapura, tidak bisa ke Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya kemudian menemui Menteri Perhubungan Hatta Rajasa untuk menjelaskan permasalahan dan mempertemukan nya dengan Ibu Susi Pudjiastuti. Hanya dalam waktu empat hari, berkat langkah Hatta Rajasa kedua pesawat Cessna Grand Caravan berhasil diterbangkan dari Singapura ke Jakarta. Dan dalam dua hari setelahnya, terjadi peristiwa Tsunami di Aceh tanggal 26Desember 2004. Ibu Susi Pudjiastuti bersama suaminya Christian von Strombeck, Penerbang, meminta segera menerbangkan pesawat Cessna ke Aceh.
Karena sejak awal kami dekat dengan Ibu Susi Pudjiastuti, mereka menawarkan mengangkut barang-barang donasi masyarakat yang terkumpul di Gedung Trans TV. Bp. Chairul Tanjung (CT) mendukung operasi jarak jauh membawa barang-barang donasi tersebut untuk para korban di Aceh. Kru Trans TV yang ikutserta berjumlah enam orang, diantaranya Cameraman Adiguno, yang sekarang menjadi Cameraman Al-Jazeera di Jakarta. Mereka kemudian memasang logo Trans TV di kedua sayap ekor pesawat dan kemudian dua Pesawat tersebut diterbangkan ke Medan.
Di Medan, kedua Pesawat Grand Cessna tersebut berjasa besar dalam mengangkut barang-barang di tempat-tempat yang mungkin bisa dilandasi di sepanjang wilayah Aceh.
Pada tangggal 29 Desember 2004 salah satu Pesawat yang dipimpin oleh Pilot Christian von Strombeck, berikut saya dan Adiguno, Cameraman, serta kru CBS, NBC, ABC, BBC, New York Times, dan Washington Post mencoba mendarat di landasan Meulaboh yang landasannya rusak dipenuhi dengan batu besar di sepanjang landasan udara yang merupakan satu-satunya yang ada di Aceh Tengah. Pilot Christian von Strombeck segera melakukan kontak dengan pabrik Pesawat terbang Cessna Grand Caravan, kemudian memberikan guidance lewat satellite dengan kota Wichita, tentang bagaimana cara mendarat di landasan lokal yang dalam keadaan rusak. Bersyukur kami akhirnya bisa selamat, segera saya dan Cameraman Adiguna serta para wartawan Amerika dan Eropa meliput kejadian tersebut dan membuat siaran langsung dari lokasi.
Sepuluh hari kemudian Pak CT mendarat di Medan dan langsung membuat posko untuk para jurnalis. Pak CT bahkan ikutserta dalam berbagai frontier menggunakan dua Cessna milik bu Susi, hampir setiap hari untuk mengirim logistik yang diperlukan. Pak CT kemudian membantu cabang Bank Indonesia di Meulaboh untuk mengambil uang berpeti-peti guna menyelamatkan uang yang ada di kawasan tersebut.
Tidak kurang dari Wk. Presiden Jusuf Kalla ikutserta secara aktif menghubungi dan mengkoordinir penyelamatan dan penyebaran kebutuhan pokok di wilayah-wilayah terpencil. Pada dua minggu setelah Operasi, dua Pesawat terbang Cessna Grand Caravan milik Ibu Susi Pudjiastuti itu kehabisan dana dan bahan bakar avtur untuk operasional. Pak CT dan para pimpinan ABC, CBS, ABC, NBC, dan BBC mengajak para kru dalam maupun luar negeri untuk menggelar press conference tentang pentingnya bantuan untuk kedua Pesawat kecil ini karena sangat bermanfaat dalam kegiatan penyelamatan sebagian besar para jurnalis.
Dalam waktu singkat seluruh dunia membantu bencana di Aceh. Tgl. 5 Januari 2005, Amerika Serikat mengirim Kapal Induk CVN72 USS Abraham Lincoln guna menjalankan operasi militer untuk kemanusiaan terbesar di dunia. Kapal Induk itu dilengkapi puluhan Helikopter Marinir Chinook, memuat empat puluh sampai enam puluh pasukan dan Helikopter Angkatan laut Sea Hawk.
Hampir semua negara datang ke Indonesia untuk memberikan operasi militer terpadu, di Aceh khususnya Meulaboh yang merupakan satu-satunya Bandara Udara di Aceh disamping Bandara Udara Sultan Iskandar Muda di Kota Banda Aceh, ibukota provinsi Aceh. Kapal Induk Amerika Serikat Abraham Lincoln diparkir di pulau Sabang lima kilometer dari Banda Aceh. Kapal Induk itu disamping membantu pengangkutan sipil setiap hari menggunakan Chinook dan Sea Hawk amat berjasa melakukan juga program pemunian air laut menjadi air minum bersih untuk kebutuhan ribuan penduduk di berbagai lokasi guna minum maupun mandi.
Demikianlah 17 tahun jejak sejarah yang tidak akan pernah dilupakan oleh bangsa Indonesia serta sebelas negara yang terkena damparan Tsunami terbesar di dunia.
Catatan penting tentunya adalah sumbangan yang diberikan oleh dua pesawat Cessna milik bu Susi Pudjiastuti dan suami Christian von Strombeck yang hampir dua bulan mengerahkan dua pesawatnya secara sukarela untuk digunakan sebagai perangkat angkut orang maupun barang dari satu kota ke kota lainnya di seluruh wilayah bencana.
Terima kasih tidak terhingga kepada Ibu Susi dan Cristian von Strombeck yang telah membantu kru Trans TV, CNN, BBC, Reuter, New York Times, Washington Post, Fuji TV, NHK, Korean Broadcasting State, dan puluhan broadcasters dari seluruh dunia.
Catatan ini sekaligus menyampaikan terimakasih kepada semua negara yang membantu operasi bencana alam terbesar dalam sejarah yang pernah diketahui oleh para penduduk Aceh.
Jakarta, 28 Desember 2021.
Ishadi S.K
(mmu/mmu)