Kolom

Natal dan Kelahiran Kasih

Martinus Joko Lelono - detikNews
Jumat, 24 Des 2021 13:15 WIB
Foto ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/miniseries
Jakarta -
Natal ini adalah Natal kedua di masa pendemi. Dalam situasi yang masih penuh keterbatasan, umat Kristiani menyambut datangnya Yesus di tengah-tengah hidup. Peristiwa Natal ini bisa dimaknai secara biasa, tetapi juga bisa dimaknai secara istimewa. Natal bisa dimaknai secara biasa karena memang berulang setiap tahun dalam perayaan yang sama dan berbagai pernak-pernik yang serupa: pohon natal, kandang natal, topi sinterklas, hadiah natal, kaos kaki, dan sebagainya.

Bisa pula di masa pandemi ini kita masih merasakan peristiwa Natal sebagai perayaan biasa karena perasaan merana, tak berpengharapan dan penuh keluh kesah menyelimuti hati dan perasaan kita. Namun, Natal bisa dipahami dengan istimewa tatkala kita tahu bahwa selalu ada hal baru yang bisa kita maknai dan kerjakan. Kita bisa memaknai Natal ini sebagai kesempatan untuk membangkitkan semangat, pengharapan dan belas kasih di hati kita. Kita pun bisa mulai mengerjakan pekerjaan-pekerjaan baik untuk keluarga kita, masyarakat sekitar kita maupun dalam mengerjakan tanggung jawab kita di pekerjaan.

Jonathan Prawira, seorang penulis dan penyanyi lagu rohani, mengarang sebuah lagu Natal yang unik berjudul Natal di Hatiku. Sementara umumnya lagu-lagu natal memberi kesan tentang sukacita dan suasana pesta, lagu ini menawarkan sebuah tanda tanya tentang perayaan Natal. Di bagian refren lagu ini dikatakan: Sebab Natal tak akan berarti tanpa kasih-Mu lahir di hatiku. Teks pendek ini rasanya sudah cukup sebagai bahan renungan panjang untuk memaknai Natal. Seakan lirik lagu ini mengatakan, "Tidak akan ada gunanya Yesus lahir berkali-kali di kandang domba, kalau Ia tidak pernah lahir di hati kita!"

Natal tahun ini, dengan segala bentuk kelonggaran yang sudah mulai ada, dengan perayaan yang meski dalam keterbatasan, tetapi tetap jauh lebih meriah dari tahun sebelumnya, rasanya penting untuk menjadi kesempatan bagi kita bertanya diri tentang, "Bagaimana aku bisa melahirkan kasih Tuhan?" Paling tidak, kita bisa melihat beberapa kemungkinan: semakin mengasihi keluarga, berbagi dalam doa, perhatian kepada orang-orang terdekat.

Semakin Mengasihi Keluarga

Kesempatan baik bagi kita untuk mengingat bahwa Natal adalah tentang perayaan keluarga. Figur yang ditampilkan adalah sebuah keluarga kecil berisi bapak-ibu-anak (Yusuf-Maria-Yesus) yang mengalami saat-saat sulit tetapi dengan cara itu mereka mengalami kebahagiaan. Yusuf dan Maria harus menerima kenyataan bahwa anak pertama mereka lahir di kandang domba. Yesus lahir dalam kesederhanaan, tetapi dengan cara demikian, Ia bisa bertemu dengan semua orang: orang-orang yang kaya (tiga raja dari timur) dan orang-orang yang miskin (gembala). Ada sukacita yang muncul dari kesederhanaan sebuah keluarga.

Semua keluarga pasti memiliki kesulitan dan tantangannya masing-masing, tetapi yang jelas keluarga hadir sebagai tempat orang-orang saling mencintai dan memperhatikan. Dari keluargalah seseorang menemukan apa yang disebut sebagai supporting system, tempat orang bisa pulang dan diterima apapun keadaan hidupnya (baik sukses maupun gagal, baik sehat maupun sakit, baik untung maupun malang).

Teladan keluarga Yusuf-Maria-Yosef adalah teladan tentang mengalami sukacita bahkan dalam peristiwa kehancuran sekalipun. Kegagalan, kemalangan, dan kejatuhan bukanlah akhir dari segala sesuatu, tetapi seringkali menjadi kesempatan untuk lebih mengalami kebahagiaan dalam keluarga.

Berbagi dalam Doa

Dalam situasi masyarakat yang saat ini sudah semakin membaik, rasanya berbagai bentuk bantuan tidak lagi begitu mendesak. Dapur umum, tim relawan, dan juga berbagai bentuk tanggap darurat untuk mereka yang isolasi sudah mulai berkurang bahkan di beberapa tempat sudah ditutup.

Dengan cara yang demikian, orang mengalami bahwa ada saatnya kita perlu memberi bantuan dalam bentuk yang berbeda. Rasanya penting bagi kita untuk memiliki kesempatan untuk memberi perhatian dalam hal doa. Semoga Natal kali ini membantu kita untuk tidak menjadi egois juga dalam hal doa.

Doa dalam tradisi kekristenan memang menjadi kesempatan di mana kita berjumpa secara pribadi dengan Tuhan, tetapi doa juga menjadi kesempatan bagi kita untuk berjumpa dalam keprihatinan sesama. Dengan cara demikian, kita belajar dari Yusuf-Maria, yang merasakan kebahagiaan karena tidak hanya berpikir tentang kesusahan pribadi, tetapi oleh karena bersyukur boleh menjadi sumber berkat bagi orang lain.

Doa menjadi salah satu jalannya. Menyelipkan selarik doa bagi orang lain bisa menjadi jalan kasih dari kita, apalagi kalau kita bisa mendoakan orang-orang yang kita benci atau membenci kita. Doa bisa menjadi jalan perdamaian. Bukankah itu yang diajarkan oleh Yesus?

Perhatian pada Orang-orang Terdekat

Natal selalu menjadi kesempatan untuk berbuat baik. Kebaikan itu paling tidak ada di dalam keluarga-keluarga. Itulah mengapa ada tradisi kado natal yang dimasukkan ke kaos kaki di bawah pohon natal. Maknanya adalah tentang suasana akrab dan bahagia di dalam keluarga. Namun, di saat yang sama, Natal adalah tentang menjadikan keluarga berkat bagi sesama. Sebentuk perhatian sederhana bagi orang-orang sekitar menjadi penting untuk kita lakukan.

Pada tahun yang lalu beberapa keluarga meluangkan waktu menyapa orangtua mereka melalui sarana komunikasi tertentu. Keluarga lain memberi bingkisan natal bagi orang-orang yang ada di sekitar, terutama mereka yang ada dalam situasi yang kekurangan. Mungkin cara serupa bisa kita lakukan untuk merayakan Natal. Tujuannya sederhana, "Semoga natal ini tak sekadar menjadi perayaan, tetapi kesempatan untuk melahirkan kasih Tuhan dalam diri kita."

Selamat merayakan bagi Anda yang merayakannya. Semoga Natal menjadi kesempatan bagi kita untuk bertumbuh di dalam niat menjadi berkat bagi sesama. Natal ini sudah terjadi tahun lalu dan tahun sebelumnya serta akan berulang lagi tahun depan dan tahun depannya lagi, tetapi semoga Natal ini tak sama dengan Natal-Natal yang lain. Natal tahun ini menjadi istimewa karena di Natal ini, kita melahirkan hati yang baru: Hati yang Penuh Berkat dan Ingin Memberkati.

Martinus Joko Lelono pastor Katolik, tinggal di Yogyakarta




(mmu/mmu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork