Memelihara Solidaritas Kala Bencana
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Memelihara Solidaritas Kala Bencana

Selasa, 21 Des 2021 11:40 WIB
Paulus Mujiran
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Satgas Tanggap Darurat Bencana Gunung Semeru kembali menemukan korban tewas akibat erupsi. Jenazah korban ditemukan di aliran Sungai Leprak, Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikcom
Jakarta - Secara mengejutkan Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Sabtu (4/12) erupsi yang membawa korban baik jiwa, kerusakan harta benda. Sampai Senin (6/12) tercatat 14 orang meninggal, 98 orang terluka, 1.300-an orang mengungsi. Ratusan rumah rusak berat dan ringan. Di negara yang menjunjung tinggi solidaritas, gotong royong dan kebersamaan ini bencana menjadi ajang menumbuh kembangkan empati dan solidaritas sosial. Kita bersyukur meski berada di negara rawan bencana, namun memiliki sikap solidaritas sosial kuat.

Bencana di samping membawa pilu dan duka sekaligus potret solidaritas sosial yang kukuh. Di tengah bencana kita menyaksikan tumbuhnya tunas-tunas solidaritas yang terus tumbuh tanpa mengenal sekat dan ruang. Aksi solidaritas itu tampak dalam beragam aksi kemanusiaan mulai dari mengalirnya bantuan pangan, pakaian, kesehatan. Ini tentu saja sangat menggembirakan karena tumbuhnya solidaritas sosial akan membantu meringankan derita para koban.

Hilir mudik relawan baik tenaga medis dan relawan kemanusiaan baik dari SAR, LSM, mahasiswa, polisi, tentara, dan masyarakat bahu-membahu membantu sesama yang menjadi korban mencerminkan masih kentalnya solidaritas terhadap para korban. Sekalipun di tengah pandemi Covid-19 yang memaksa orang jaga jarak, namun tumbuhnya solidaritas sangat membanggakan. Meski bencana terjadi sepanjang tahun kepekaan seperti itu terus terasah melampaui sekat-sekat agama, suku, budaya, sosial.

Manusia membutuhkan solidaritas kemanusiaan dan kebersamaan menghadapi tantangan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hidupnya. Dalam bencana rasa solidaritas itu muncul bukan sekedar panggilan tugas. Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial solidaritas sosial perlu terus direvitalisasi sesuai dengan konsep kemanusiaan yang terus berkembang.

Pierre Bourdieu (1986) dalam bukunya The Forms of Capital membedakan tiga bentuk modal yakni modal ekonomi, modal budaya, dan modal sosial. Dia mendefinisikan modal sosial sebagai the aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less institutionalised relationships of mutual acquaintance and recognition. Jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial terus teruji dalam beragam peristiwa sejarah termasuk dalam situasi bencana.

Teilard de Chardin (1987) menegaskan, solidaritas adalah kekuatan yang menyelamatkan bangsa-bangsa di dunia dari beragam krisis kemanusiaan. Krisis kemanusiaan itu bisa terjadi karena perang, pertikaian, konflik dan bencana alam. Karena keadaan yang netral bencana alam dan kecelakaan menyentuh lebih banyak orang bersimpati dan mengulurkan bantuan. Mereka tak terikat etnis, suku, agama, budaya dan solidaritas tumbuh begitu saja di jalan kemanusiaan.

Solidaritas sosial telah berfungsi dengan sangat baik pada pelbagai bencana di Tanah Air. Solidaritas sosial sosial telah merekatkan persatuan dan melepaskan status siapa kawan dan siapa lawan. Bahkan di tengah perbedaan pandangan politik jelang Pemilu 2019 sekat itu seakan meluruh ketika dihadapkan dengan bencana. Solidaritas sosial sosial berfungsi sebagai jaring pengaman sosial pada saat berbagai bencana mendera.

Solidaritas sosial membutuhkan hubungan personal dan individual yang terus diasah dalam aneka tantangan kehidupan. Solidaritas sudah berfungsi sebagai penghapus jelaga noktah kemanusiaan yang terkoyak oleh aneka konflik umat manusia sepanjang peradaban sejarah. Mimpi bangsa-bangsa akan dunia yang damai, aman dan santun tetap terpelihara dengan hadirnya orang-orang yang peduli pada sesama.

Putnam dalam buku Bowling Alone (1983) menyebutkan, modal sosial adalah bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma, dan kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Gagasan inti dari modal sosial adalah bahwa jaringan sosial memiliki nilai, kontak sosial mempengaruhi produktivitas individu dan kelompok

Solidaritas sosial berperan sangat penting dalam menjaga kohesi antarwarga dan menjadi alat kontrol sosial. Dalam hidup bersama sebagai warga solidaritas sosial seperti minyak pelumas dalam menjaga hubungan yang harmonis antar individu dalam masyarakat. Inti dari solidaritas sosial adalah kepercayaan. Kepercayaan memungkinkan masyarakat tersebut bekerja sama, baik itu dalam mencapai tujuan, atau menghadapi ancaman bersama yang datang dari luar atau dari dalam.

Menurut Frans Magnis Suseno (1997), bencana memang memaksa orang mengatupkan mulut karena pilu dan ketakutan. Namun hadirnya orang-orang dari beragam penjuru membantu mereka yang terpuruk berani bangkit dari keterpurukan. Kalau orang lain saja peduli kenapa kita tidak bangkit dan keluar dari masalah yang kita hadapi. Karena itu solidaritas orang lain adalah energi bagi mereka yang tertimpa permasalahan.

Bencana memang menghancurkan kehidupan karena mereka yang menjadi korban bahkan tak kuasa melawan namun lahirnya solidaritas sosial adalah kekuatan sekaligus pengharapan. Bencana adalah ingatan kesadaran kolektif bahwa melakukan sekecil apapun untuk mereka yang menjadi korban dirasa relevan. Kesadaran untuk menolong sesama tumbuh itulah yang menjadi berkat bagi orang lain.

Dengan demikian solidaritas sesama sejatinya merupakan modal ampuh pada saat orang lain berhadapan dengan aneka tantangan kehidupan. Solidaritas sosial adalah modal dahsyat bangsa ini untuk bangkit dari keterpurukan. Bencana boleh datang beribu-ribu kali tetapi kekuatan menghadapi dengan solidaritas kemanusiaan melebihi daya rusak bencana. Semangat itu pula yang menyelamatkan bangsa ini dari bencana-bencana besar. Bahkan dalam tragedi kemanusiaan yang pelik sekalipun.

Bencana bentuknya memang musibah, namun pada saat yang sama melahirkan energi untuk menolong sesama. Rasa kesetiakawanan dan solidaritas sebagai dampak erupsi Semeru hendaknya membangkitkan kesadaran kolektif anak-anak bangsa ini bahwa itu dapat menjadi kekuatan untuk terus bangkit. Ini adalah modal sosial yang sangat efektif untuk terus menolong, bahu-membahu ,dan berbagi kepada sesama yang memerlukan uluran tangan kita semua.

Paulus Mujiran Ketua Pelaksana Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata Semarang

(mmu/mmu)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads