Selebgram, Boruto, dan Para "Boomer" Kolot

Jeda

Selebgram, Boruto, dan Para "Boomer" Kolot

Impian Nopitasari - detikNews
Minggu, 07 Nov 2021 10:46 WIB
impian nopitasari
Impian Nopitasari (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Saya sering merasa tidak "konek" ketika banyak gosip berseliweran tentang kelakuan para selebgram. Sudah pernah saya bilang bahwa saya sangat jarang membuka Instagram. Ketika membuka paling hanya untuk mengunggah tulisan kolom agar terarsip di sana.

Jadi selebgram-selebgram bercentang biru di sana saya banyak yang tidak paham siapa mereka sebenarnya. Makanya ketika mereka sedang viral entah terkena kasus atau entah apa saya jadi bengong. Dia siapa sih? Dia artis beneran nggak sih? Emang karyanya apa? Kok bisa sih orang-orang yang nge-fans dengan seseorang yang tidak jelas artis apa bukan. Nge-fans selebgram yang bagi saya tidak punya karya apa-apa kok aneh rasanya. Apanya yang harus di-fans?

"Ya emang sekarang eranya begitu. Kamunya aja yang ketinggalan zaman," ucap teman saya ketika saya curhat fenomena nge-fans selebgram itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulanya saya mengabaikan respons teman saya. Saya masih berpikir bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang aneh. Tapi, lama-lama kok saya jadi merenung. Jangan-jangan memang benar perkataan teman saya, bahwa sebenarnya sayalah yang ketinggalan zaman. Saya yang suka ngomong bahwa anak zaman sekarang seleranya aneh jangan-jangan bukan karena mereka yang aneh, tapi memang sudah eranya begitu. Malah jadinya saya yang aneh.

Kalimat teman saya yang saya anggap terkesan sebagai respons asal-asalan itu justru membuat saya overthinking. Saya merasa kondisi ini nyambung dengan sesuatu yang pernah saya lakukan sebelumnya, yaitu mengomentari sesuatu pada zaman sekarang yang saya banding-bandingkan dengan zaman dulu.

ADVERTISEMENT

Ketika saya menulis kolom tentang Naruto dulu, benar bahwa saya memang menyukai manga dan animenya. Saya juga bilang bahwa saya tidak menyukai Boruto, serial lanjutan Naruto itu. Bagi saya Naruto sudah tamat dan Boruto sebenarnya adalah anime yang seharusnya tidak pernah dibuat. Saya pun mengamin banyak meme yang menjelekkan anime ini. Karena bagi saya anime Boruto ini bikin jelek Naruto saja.

Boruto ini bagi saya sesuatu yang dipaksakan. Pendalaman karakternya buruk, gambarnya tidak oke, alur yang sering tidak masuk akal, timeline yang terlalu cepat tentang teknologi, bocah-bocahnya terlalu overpower, karakter-karakter veteran di seri sebelumnya dibuat culun dan di-nerf habis-habisan. Rasanya tidak rela sekali para pahlawan perang ini dibuat tidak berdaya. Apa-apaan!

Tokoh-tokoh yang dulunya keren ketika bertarung, di sini jadi warga biasa saja. Shino yang di Naruto termasuk keren dengan jurus serangganya, di Boruto hanya menjadi bulan-bulanan murid-muridnya; Gaara yang keren dengan rambut acak-acakannya di Boruto jadi jelek banget karena rambutnya dibuat lurus tapi aneh; Hinata, putri bangsawan Hyuuga yang terkenal dengan mata byakugan dan gaya bertarung jarak dekatnya, di Boruto kerjaannya hanya cuci piring terus. Pokoknya merusak masa lalu saja.

Belum lagi ketika melihat betapa manjanya bocah-bocah di Boruto ini. Termasuk Boruto sendiri yang masih sambat saja pada ayahnya. Dia ini kenapa sih? Punya keluarga lengkap yang sayang sama dia, baju juga selalu baru, uang jajan tidak pernah kurang untuk beli burger dan game terbaru, tapi masih komplain terus. Coba bandingkan dengan ayahnya dulu. Tidak punya orangtua, hidup sendiri, dikucilkan penduduk sekitar, kesepian karena dijauhi teman. Mau apa-apa juga harus usaha dulu untuk mendapatkannya. Tidak seperti Boruto dan teman-temannya yang apa-apa maunya serba cepat dan mudah. Mereka hidup pada zaman damai yang tidak mengerti susahnya hidup pada zaman perang.

Omelan saya sungguh seperti kaum romantik yang membanggakan masa lalu dan denial terhadap masa kini ya. Mengagung-agungkan bahwa orang-orang zaman dulu lebih baik daripada anak-anak zaman sekarang. Padahal zaman sudah berubah dan tiap zaman punya masalah sendiri-sendiri. Memang sekarang sudah bukan masa perang, tapi mempertahankan kedamaian tentu saja lebih susah. Masalah baru pasti juga masih bermunculan.

Dulu masalahnya adalah menghadapi musuh, laku prihatin, dan ditempa kehidupan memang membuat kuat, tapi apa masa sekarang tidak susah? Teknologi memang banyak memudahkan, tapi masalah juga timbul. Anak zaman sekarang merasakan dampak pencemaran dan perubahan iklim, kemiskinan struktural, teknologi informasi yang terkadang berdampak buruk, sulitnya punya rumah sendiri karena harga tanah dan property semakin mahal, masalah keluarga dan lingkungan yang membuat mereka kena mental, sampai bullying dan isu tentang bunuh diri. Apa semua itu tidak valid?

Saya memang ngomel karena Boruto ini childish, manja, dan caper. Tapi ya bukannya itu memang wajar ketika merasa kehadiran orangtuanya kurang karena selalu sibuk dengan pekerjaan? Menjadi anak seorang pelayan masyarakat ternyata tidak mudah. Harus selalu mengalah demi kepentingan orang lain. Dan, tiap anak punya durasi proses mengerti masing-masing. Orangtua sesibuk apapun juga harus pintar berkomunikasi. Jadi sebenarnya bukan semata-mata salah si anak atau orangtua. Komunikasi adalah kuncinya.

Soal generasi pascaperang yang terkesan kurang semangat menjadi shinobi (ninja) karena sudah banyak pilihan karier yang lain, sebenarnya ya tidak apa-apa. Sama seperti sekarang, zaman sudah berubah. Anak-anak tidak lagi bercita-cita menjadi polisi, tentara, pilot, dokter, guru, dan profesi yang "terlihat" atau "berseragam" lainnya. Sekarang kalau saya tanya tentang cita-cita pada anak-anak, jawabannya bisa beragam. Ada yang mau jadi youtuber, selebgram, juragan tanaman, penjual makanan online yang uangnya banyak, cukup jadi anak baik saja, bahkan ada yang terang-terangan bilang tidak punya cita-cita. Haha.

Saya mengomel tentang karakter pahlawan perang yang dibuat culun. Tapi, bukannya zaman memang sudah berubah ya? Manusia juga berubah. Apa salahnya ketika mereka sekarang menjadi warga biasa? Ada masanya capek gelut kan? Sudah tambah umur ya maunya pensiun atau santai-santai saja. Kunoichi (ninja perempuan) seperti Hinata yang saya bilang sekarang kerjaannya cuma isah-isah apakah salah? Apakah salah menjadi ibu rumah tangga? Apa menjadi ibu rumah tangga itu sesuatu yang memalukan? Apa mengurus rumah itu tidak keren? Bukannya mengurus keluarga juga termasuk jihad? Jihad kan tidak melulu terjun ke medan perang.

Zaman sudah berubah, tidak usah terpaku tentang cerita kepahlawanan zaman dulu. Semangat berjuangnya memang perlu, tapi tidak harus menjadi seperti mereka. Sudah bukan eranya. Mereka ya mereka. Kita ya kita. Kita bisa menjadi pahlawan atau pecundang pada zaman kita masing-masing.

Saya sering mengomel tentang kelakuan generasi di atas saya yang sering ribet dengan sesuatu, misalnya tentang pekerjaan. Mereka susah dibilangin, dibuatkan solusi yang gampang, dan apa-apa yang saya usulkan sering dimentahkan. Mereka saya ajak menyesuaikan dengan zaman sekarang susah sekali. Saya sering gemes dengan mengatakan mereka boomer kolot. Tentu saja ngrasani di belakang, tidak terang-terangan di depan.

Tapi, kalau teringat omongan tentang teman saya yang bilang bahwa saya ketinggalan zaman, dan ternyata saya masih suka membanding-bandingkan masa lalu dan masa sekarang, kok saya jadi introspeksi diri sendiri. Jangan-jangan saya juga menjadi orang yang kolot untuk generasi di bawah saya.

Mendungan, 6 November 2021

Impian Nopitasari penulis

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads