Jaga Bumi Maka Bumi Akan Menjaga Masa Depanmu
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Jaga Bumi Maka Bumi Akan Menjaga Masa Depanmu

Rabu, 03 Nov 2021 15:17 WIB
Vikri Febriyanto & Retno Rasmi Rosati
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
ILULISSAT, GREENLAND - SEPTEMBER 02: A pedestrian walks as ice and icebergs float in Disko Bay on September 02, 2021 in Ilulissat, Greenland. Greenland in 2021 is experiencing one of its biggest ice-melt years in recorded history. Scientists studying the Greenland Ice Sheet observed rainfall on the highest point in Greenland for the first time ever this August. Researchers from Denmark estimated that in July of this year enough ice melted on the Greenland Ice Sheet to cover the entire state of Florida with two inches of water. The observations come on the heels of the recent United Nations report on global warming which stated that accelerating climate change is driving an increase in extreme weather events. (Photo by Mario Tama/Getty Images)
Foto: Getty Images/Mario Tama
Jakarta - Bengkulu, 'Papa, Abang Takut Pa, Takut Tenggelam," kata Hatta.

Pemanasan global merupakan ancaman nyata bagi masa depan bumi kita. Ketakutan Hatta (anak sulung penulis) saat melihat tayangan televisi tentang efek emisi karbon merupakan hal yang wajar. Setidaknya, Hatta tidak sendirian.

Isu-isu tentang masa depan bumi juga menjadi salah satu kekhawatiran bagi tokoh nasional dan internasional, di antaranya Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Bill Gates.

Dalam salah satu kesempatan, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengatakan dalam laporan IPCC mengenai dampak masalah climate change, di South East Asia (Asia Tenggara), Indonesia menjadi salah satu negara yang dilihat akan mengalami dampak luar biasa.

Sementara itu Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menyampaikan what happen in Indonesia, if the projections are correct that, in the next 10 years, they may have to move their capital because they're going to be underwater?

Seorang tokoh bisnis yang juga filantropi, Bill Gates pernah berkata salah satunya adalah perubahan iklim, setiap tahun itu akan menjadi jumlah kematian yang lebih besar daripada yang kita alami dalam pandemi ini.

Peringatan dari para tokoh ini adalah bukti bahwa ancaman perubahan iklim akibat emisi karbon adalah nyata. Menghentikan emisi karbon adalah pekerjaan berat. Menurut NASA, emisi karbon akibat penggunaan bahan bakar fosil mencapai 37 miliar ton.

Tingginya emisi karbon (karbondioksida, nitrogen dioksida dan metana) di udara menyebabkan panas matahari terjebak di atmosfer dan mengakibatkan suhu bumi menjadi hangat. Inilah yang kita kenal sebagai efek Gas Rumah Kaca (GRK).

Selama seratus tahun terakhir, suhu rata-rata global pada permukaan bumi meningkat 0,74 oC dan diperkirakan akan naik sampai 2 oC pada tahun 2100.

Kenaikan suhu bumi mengakibatkan banyak bencana seperti mencairnya es di kutub, rusaknya lingkungan, naiknya permukaan air laut, cuaca ekstrem, menurunnya hasil pertanian, dan punahnya beberapa jenis fauna di dunia.

Emisi Karbon dan Penyebabnya

Emisi karbon sebagian besar dihasilkan oleh penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Bahan bakar fosil seperti minyak mentah, batu bara, dan gas alam merupakan sumber energi utama dalam kehidupan sehari-hari.

Alat transportasi, industri dan listrik adalah beberapa sektor yang masih menggunakannya. Di Indonesia, konsumsi minyak mentah mencapai 1,8 juta barrel per hari, batubara 65 ribu TOE mn per tahun dan gas alam 4 ribu Cub/ft per hari.

Bahan bakar fosil sampai saat ini belum bisa tergantikan dan konsumsinya terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, sehingga turut serta meningkatkan emisi karbon dari tahun ke tahun.

Tidak hanya di Indonesia, negara-negara yang memiliki banyak industri juga masih menggunakan bahan bakar fosil seperti China, Amerika Serikat dan Jepang. Negara-negara tersebut masih belum bisa move on dari batubara untuk menjalankan industrinya.

Selain dari bahan bakar dan transportasi, bangunan dan material non-combustion, seperti semen, beton, dsb juga menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.

Selain itu, emisi GRK juga dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik yang menghasilkan gas metana. Gas metana menyerap panas lebih banyak dibandingkan karbon dioksida sehingga menjadi salah satu gas yang mempengaruhi perubahan iklim.

Dikutip dari Kumparan, Indonesia menghasilkan 32 juta ton sampah organik per tahun dan 50%nya merupakan sisa makanan. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar 400 TPAS yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Indonesia dan tentu memiliki potensi menghasilkan emisi karbon apabila tidak dikelola dengan baik.

Menurut Arie Herlambang, potensi gas metana yang bisa dihasilkan mencapai 11.390 ton/tahun, jumlah ini merupakan 64% dari total emisi sampah yang berasal dari 10 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Palembang, Makassar, Bekasi, Depok, dan Tangerang.

Selain bahan bakar dan sampah, aktivitas sehari-hari seperti memasak, belajar, berwisata dan sebagainya juga dapat menghasilkan emisi karbon. Contoh saja aktivitas belajar membutuhkan kertas yang berasal dari kayu pepohonan. Konsumsi kertas menyebabkan berkurangnya penghijauan di bumi yang mengakibatkan semakin cepatnya pemanasan global.

Pola 3R sebagai Strategi Pengelolaan Sampah

Mengurangi pemanasan global dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bisa dimulai dari mengubah kebiasaan sehari-hari, seperti pengelolaan sampah domestik dengan pola 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Pengelolaan sampah dengan pola 3R di setiap rumah dan lingkungan sekitar merupakan hal yang penting, karena dapat mengurangi produksi sampah dari rumah tangga dan dapat menekan volume sampah yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS). Dengan berkurangnya volume sampah di TPAS, maka akan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akibat pembusukan sampah.

Reduce artinya mengurangi sampah. Maksud dari langkah ini yaitu mengurangi produk yang akan menjadi sampah. Salah satunya dengan cara menggunakan tas belanja, menggunakan tumbler dan kotak toples untuk mengurangi sampah plastik dan styrofoam, serta memesan makanan secukupnya, sehingga dapat membantu mengurangi sampah sisa makanan (food waste) yang sampai ke TPAS.

Reuse adalah menggunakan kembali barang bekas. Reuse mengajak untuk menggunakan kembali produk yang sudah dipakai sebelum menjadi sampah. Salah satunya adalah menggunakan kembali kardus atau kaleng bekas, atau seperti yang dilakukan Hatta di rumah, menggunakan kertas bekas ketika mengerjakan latihan soal dari sekolah dan membuat prakarya dengan kertas bekas.

Recycle berarti mendaur ulang. Hal ini biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang menghasilkan sampah cukup besar dengan mendaur ulang produknya menjadi produk lain yang bisa digunakan kembali.

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendukung pola ini dengan menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satunya adalah pembangunan Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R). TPS 3R dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan pola 3R di lingkungan sekitar.

Karena selain membangun hangar untuk tempat pengolahan sampah, TPS 3R juga dilengkapi dengan alat-alat seperti pencacah plastik, pencacah sampah organik, conveyor dan motor sampah. TPS 3R ini dikelola oleh kelompok masyarakat sehingga dapat menambah mata pencaharian dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Energi Terbarukan Pengganti Bahan Bakar

Dilansir dari Encyclopedia Britannica,sekitar 80% energi yang ada di dunia dihasilkan dari bahan bakar fosil. Untuk mengurangi pemanasan global maka diperlukan sumber energi alternatif, seperti panas matahari, air, angin dan panas bumi.

Salah satu contoh fasilitas publik yang telah memanfaatkan energi terbarukan adalah Peningkatan Kualitas Kumuh Kawasan Sungai Bengkulu Kota Bengkulu dengan menggunakan teknologi solar cell untuk penerangan. Fasilitas publik ini dibangun oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bengkulu, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Selain itu, Pemerintah juga sudah menyiapkan industri untuk mendorong terciptanya energi alternatif yang rendah emisi karbon. Salah satu contohnya adalah pembangunan pabrik baterai listrik di Kabupaten Karawang yang sudah diresmikan oleh Bapak Joko Widodo pada Rabu (15/09/2021).

Dengan dibangunnya pabrik baterai, dapat mendorong percepatan alih energi terutama untuk kendaraan bermotor dari bahan bakar minyak (BBM) menjadi energi listrik yang lebih rendah emisi karbon.

Peran serta masyarakat dengan menerapkan pola hidup hemat energi menjadi kunci keberhasilan untuk mengatasi pemanasan global. Hemat energi di rumah dapat dilakukan dengan mengurangi konsumsi listrik seperti menggunakan alat yang rendah daya, mematikan listrik saat tidak diperlukan, dan disiplin dalam menggunakan air.

Penghijauan Lingkungan dan Tren Urban Farming

Tumbuhan dan tanaman hijau dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2), menambah oksigen, menurunkan suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman dan menjadi area resapan air. Ruang Terbuka Hijau (RTH) tentunya dapat mengurangi emisi karbon di udara, terutama di perkotaan.

Selain berfungsi sebagai paru-paru kota, RTH juga dapat berfungsi memberikan keindahan dan menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat setiap memperingati Hari Bakti PU selalu mengadakan kegiatan penghijauan pada infrastruktur yang dibangun.

Sebagai contoh, BPPW Bengkulu melakukan penanaman pohon pada Kegiatan Penataan Kawasan Pantai Panjang pada Hari Bakti PU Tahun 2020. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas lingkungan dan memberi keindahan di lokasi proyek yang sedang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR.

RTH juga dapat dibuat di rumah untuk menyediakan penghijauan di lingkungan permukiman. Membuat RTH di rumah tidak selalu membutuhkan lahan yang luas. Dengan desain yang minimalis dan sederhana dapat juga menciptakan taman yang asri di dalam rumah.

Di sisi lain, masifnya pembangunan di perkotaan menyebabkan hilangnya ruang-ruang terbuka hijau, sehingga mempengaruhi kestabilan ekosistem lingkungan, sekaligus meningkatkan polusi yang mana berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat kota.

Salah satu cara menyediakan penghijauan di lahan yang terbatas yaitu dengan urban farming. Urban farming pun berkembang dan menjelma menjadi tren gaya hidup masyarakat perkotaan.

Konsep urban farming menjawab isu krisis ketersediaan lahan hijau di perkotaan dengan sistem penanaman yang dapat diterapkan di lahan terbatas, seperti vertikultur, hidroponik, aquaponik, dan aeroponik.

Para penggiat urban farming menyulap atap rumah mereka menjadi kebun atap, dinding atau pagar rumah menjadi taman vertikal, sebongkah pipa menjadi kebun tanaman hidroponik yang subur, atau menanam di atas kolam budidaya ikan.

Gerakan Walk For Health + World (WFH+W)

Saat ini masyarakat terlalu nyaman dengan adanya kendaraan bermotor, sehingga masyarakat malas untuk berjalan kaki sekalipun lokasi yang dituju berjarak dekat. Bahkan untuk pergi ke warung atau tempat ibadah yang berjarak kurang dari 200 meter, mayoritas orang menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini tentu menyebabkan semakin tingginya konsumsi bahan bakar minyak yang menyebabkan emisi karbon.

Masyarakat harus mulai membudayakan gerakan Walk for Health+World (WFH+W) dan diberikan kesadaran agar tidak selalu menggunakan kendaraan bermotor dalam beraktivitas. Selain mendorong masyarakat hidup sehat, gerakan ini juga mampu membantu menjaga kesehatan bumi.

Dokter Yunani Kuno Hippocrates mengatakan, Berjalan adalah obat yang paling baik yang dapat mencegah penyakit jantung, menenangkan pikiran, memperbaiki penglihatan, menambah volume paru-paru dan lain sebagainya.

Namun, mengapa budaya jalan kaki masih sulit diterapkan di Indonesia? Hal ini dikarenakan fasilitas pejalan kaki di perkotaan masih kurang optimal. Untuk mendukung gerakan berjalan kaki ini perlu pengembangan perkotaan ke arah walkable city atau kota ramah pejalan kaki.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyediakan jalur pejalan kaki yang nyaman dan aman serta terkoneksi dengan berbagai pusat-pusat kegiatan ekonomi, sosial, dan sebagainya.

Konsep kota kompak dan permeabilitas kawasan juga dapat mendukung terciptanya walkable city karena difokuskan pada pencapaian dengan berjalan kaki dan bukan kendaraan.

Penutup

Ancaman pemanasan global terhadap keberlangsungan hidup manusia di masa depan adalah sesuatu yang nyata. Hal ini telah kita rasakan bersama bahwa pemanasan global mengubah iklim di bumi menjadi tidak dapat diprediksi, sehingga menyebabkan hasil pertanian dan perkebunan tidak produktif dan mempengaruhi ketahanan pangan. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan angin puting beliung tidak lagi mengenal waktu dan tempat.

Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan peran aktif semua pihak baik pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta harus dilakukan seluruh dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui The Paris Agreement telah disepakati oleh lebih dari 194 negara merupakan salah satu usaha untuk mengatasi dampak buruk perubahan iklim yang harus segera dijalankan. Kita sebagai masyarakat juga harus menanamkan kesadaran untuk menjaga kesehatan bumi, karena masa depan kita tergantung dari kesehatan bumi. No more choice.

Vikri Febriyanto, S.T., M.Eng dan Retno Rasmi Rosati, S.T, Juara Favorit Karya Tulis PUPR Kategori PUPR (prf/ega)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads