Suroboyo Bus untuk Kelola Limbah Plastik-Dorong Mobilitas Kolektif

Kolom

Suroboyo Bus untuk Kelola Limbah Plastik-Dorong Mobilitas Kolektif

Erdin Rusandy Sahfitrah - detikNews
Selasa, 02 Nov 2021 12:35 WIB
Suroboyo Bus
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Kota Surabaya, salah satu kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki potensi menjadi salah satu tujuan urbanisasi yang sangat berpengaruh terhadap tingginya mobilitas masyarakat dalam menjalankan aktivitas. Menjadi kota metropolitan dengan luas wilayah 305,5 km, mayoritas penduduk produktif sekitar 2.142.900 jiwa (Indahsari, Kartika & Herijanto, 2019).

Masyarakat Kota Surabaya dengan keragaman profesi/mata pencaharian yang tidak satu lingkup dengan tempat tinggalnya membutuhkan akses mobilisasi untuk mempermudah akses menuju ke suatu tempat. Ketersediaan fasilitas publik seperti transportasi massal untuk mengurai laju mobilitas masyarakat secara holistik akibat dari pertumbuhan demografi dan berkembangnya sentra perekonomian yang berdampak pada minimnya akses ruang infrastruktur.

Kemacetan sebagai masalah kompleks yang sering terjadi di perkotaan minimnya ketersediaan ruang infrastruktur dan melonjaknya populasi kendaraan sebagai alat transportasi secara personal maupun komunal. Kemacetan dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) kemacetan recurrent disebabkan oleh tingginya intensitas jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan ruang/akses untuk menampung laju pergerakan dan; (2) kemacetan nonrecurrent yaitu kemacetan tidak dapat diduga dan terjadi tanpa adanya unsur kesengajaan yang menghambat akses pergerakan (Fatikasari & Prastyanto, 2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya mengatasi kemacetan di perkotaan yaitu dengan melibatkan seluruh pihak yang bergerak di bidang transportasi umum untuk berpartisipasi dalam mengorganisir tingginya laju mobilitas. Ketersediaan angkutan umum yang saat ini mendapatkan stigma buruk dari perspektif masyarakat, terutama terkait rendahnya fasilitas keamanan dan kenyamanan. Dengan menggunakan angkutan umum maka secara kapasitas dapat menampung lebih dari satu individu atau bisa kolektif.

Kendala yang dihadapi ialah terkait profesionalitas operator transportasi kota dalam hal sistem operasional yang masih belum optimal (Widayanti, Soeparno & Karunia, 2014). Sehingga adanya persaingan dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi kemacetan di perkotaan, munculnya otoritas swasta dalam memberikan pelayanan yang mengedepankan kualitas inheren/sangat erat dalam mendapatkan kredibilitas layanan yang jauh lebih praktis/modern dibandingkan sistem operasional transportasi konvensional.

ADVERTISEMENT

Salah satunya kekuatan modal sosial untuk menggunakan layanan yang sudah menjadi bagian konstruksi masyarakat dalam melakukan mobilitas. Tetapi sistem transportasi online sama halnya sebagai bentuk representasi transportasi bersifat eksklusif, sehingga kehadirannya justru menambah persoalan kemacetan.

Sistem perencanaan untuk transportasi online masih belum memiliki shelter/tempat tunggu penumpang. Sehingga masih memanfaatkan ruang publik yang seharusnya menjadi akses bebas hambatan yang dapat mengganggu ketertiban lalu lintas (Dalimunthe & Nofryanti, 2020).

Di samping itu, eksistensinya yang semakin berkembang berpengaruh terhadap populasi unit kendaraan sebagai alat operasional. Kebutuhan transportasi publik perlu diimbangi oleh fasilitas penunjang seperti kenyamanan, keamanan, dan yang terpenting meminimalisir populasi unit kendaraan operasional. Inovasi Suroboyo Bus sebagai solusi untuk menciptakan kepercayaan kepada masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi publik yang saat ini mulai pudar akibat dari pesatnya arus teknologi tentang penyedia layanan transportasi personal yang jauh lebih efisien dan efektif. Hal tersebut memang tidak dapat dipungkiri, sehingga pihak stakeholder khususnya pemerintah lebih adaptif untuk menyediakan fasilitas publik dengan tujuan lain untuk revitalisasi citra Kota Surabaya.

Transportasi sebagai kebutuhan utama masyarakat dibutuhkan penyesuaian intensif terkait mekanisme operasional yang lebih bijak dan tepat guna. Sebagian masyarakat ada yang menyambut dengan baik dan ada pula yang belum bisa menerima terkait sistem pembayaran tersebut. Akibatnya pengguna Suroboyo Bus hanya masyarakat yang memiliki partisipasi dalam meminimalisir persebaran limbah AMDK yang kurang terorganisir. Terlebihnya sikap masyarakat yang saat ini dimanjakan dengan layanan yang serba praktis dan instan.

Layanan Suroboyo Bus pun terkadang ramai penumpang saat akhir pekan. Hal ini dimanfaatkan oleh orang tua maupun kalangan pemuda-pemudi untuk berwisata transportasi berkeliling Kota Surabaya. Pada hari kerja Suroboyo Bus ini masih belum maksimal, hanya minoritas oleh kalangan pelajar/mahasiswa dan pegawai yang tempat kerjanya satu rute dengan Suroboyo Bus.

Suroboyo Bus terdiri dari 3 rute, yaitu rute Surabaya Selatan (Rajawali- Bungurasih), Surabaya Timur, dan ITS UNESA. Rute suroboyo bus masih belum bisa hadir di seluruh wilayah Kota Surabaya dikarenakan benturan dengan perusahaan transportasi milik negara, bus Damri. Sehingga rute Suroboyo Bus hanya menjangkau wilayah yang masih minim akses ketersediaan transportasi publik.

Dinamika operasional Suroboyo Bus sejak berjalan tiga tahun mengalami transformasi yang cukup adaptif. Alternatif pembayaran dengan uang elektronik/e-money sebagai wujud penyesuaian terhadap kebutuhan masyarakat yang masih enggan menggunakan alat transaksi botol plastik.

Salah satu ikon moda transportasi berbasis pembayaran limbah botol bekas mengakibatkan pergeseran budaya Suroboyo Bus sebagai transportasi yang berperan mengurai limbah plastik. Perubahan struktural tersebut apakah relevan terhadap partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan limbah air minum dalam kemasan (AMDK) yang dikelola melalui pemerintah daerah, khususnya kerja sama dari Instansi Dinas Perhubungan dengan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau, serta sejauh mana tingkat kebutuhan transportasi publik masyarakat kota Surabaya terhadap kesadaran mobilitas kolektif.

Partisipasi Masyarakat Kurangi Emisi Karbon dan Dorong Green Urbanism di Kota Surabaya.

Berdasarkan hasil survei, pengguna transportasi Suroboyo Bus dari tahun 2018 sampai dengan pertengahan tahun 2021 mengalami surplus. Artinya bahwa respons dan antusias masyarakat Surabaya dalam memanfaatkan fasilitas transportasi publik sudah mengalami perkembangan.

Persentase dari hasil publikasi di media instagram Suroboyo Bus menunjukkan pada tahun 2018 sekitar 513.142, pada tahun 2019 sekitar 1.123.177, pada tahun 2020 sekitar 823.130, dan pada September 2021 mencapai 544.044. Presentasi yang signifikan tersebut terdapat beragam faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan layanan Suroboyo Bus.

Terlihat pada tahun 2019 paling tinggi motivasi masyarakat untuk menggunakan angkutan Suroboyo Bus dalam bermobilisasi, namun pada tahun 2020 hingga September 2021 mengalami penurunan yang disebabkan oleh masuknya pandemi yang mengakibatkan keterbatasan aktivitas masyarakat. Sehingga layanan transportasi kota menyesuaikan terkait kondisi persebaran wabah di Kota Surabaya. Terkadang operasional dihentikan sementara dikarenakan regulasi dari pemerintah pusat untuk menekan laju mobilitas masyarakat dalam mencegah lonjakan kasus wabah COVID-19.

Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Perhubungan melakukan penyesuaian terhadap minat masyarakat. Salah satunya menghadirkan alternatif sistem pembayaran melalui uang elektronik/e-money. Regulasi tersebut sebagai wujud untuk mendorong minat masyarakat dalam menggunakan transportasi publik guna meminimalisir tingginya kemacetan dan polusi karbon di Kota Surabaya.

Pembayaran uang elektronik ini mengubah sistem pembayaran hanya melalui limbah botol mineral plastik/air minum dalam kemasan (AMDK). Sehingga adanya metode alternatif pembayaran kemungkinan besar menggeser perilaku budaya masyarakat dengan pola kebiasaan bertransaksi dengan menggunakan botol mineral plastik/AMDK. Pola kebiasaan tersebut sudah terkonstruksi dalam kehidupan pengguna transportasi Suroboyo Bus. Yang semula ketika di rumah harus mengumpulkan botol mineral plastik bekas yang tidak terpakai dan ketika sudah memenuhi target jumlah botol, maka ditukarkan ke halte/shelter untuk memperoleh tiket dalam bentuk stiker yang nantinya sebagai alat transaksi pembayaran. Ataupun masyarakat bisa membawa botol plastik mineral secara langsung pada saat naik dengan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Budaya struktural tersebut sebagai upaya mengorganisir keterlibatan masyarakat dalam memanfaatkan limbah botol plastik/AMDK yang diimplementasikan melalui transportasi publik. Dengan berjalannya waktu minat masyarakat dalam menggunakan botol mineral plastik sebagai alat pembayaran mengalami pergeseran yang disebabkan oleh metode alternatif pembayaran uang elektronik yang dinilai lebih praktis dan efisien.

Implementasi regulasi sistem pembayaran uang elektronik dan limbah air minum dalam kemasan (AMDK) harus seimbang. Artinya keterlibatan masyarakat yang dominan terhadap alternatif pembayaran elektronik tanpa harus menghilangkan pola kebiasaan dengan memanfaatkan limbah AMDK sebagai alat transaksi dalam menggunakan layanan transportasi Suroboyo Bus.

Hal tersebut dikhawatirkan jika terjadi dalam jangka panjang maka efektifitas pembayaran Suroboyo Bus yang semula memanfaatkan limbah AMDK terdirupsi oleh sistem pembayaran elektronik. Sehingga eksistensi limbah AMDK di Kota Surabaya yang semula dapat terstruktur dengan baik terkait sistem pengolahan melalui wadah Suroboyo Bus dengan melibatkan institusi Dinas Kebersihan dan Terbuka Hijau Kota Surabaya akan kembali seperti sedia kala ketika belum diciptakan inovasi transportasi publik yang dapat mengorganisir eksistensi limbah AMDK di lingkungan perkotaan.

Strategi tata kota dalam mengurangi emisi karbon dan limbah botol plastik/AMDK yang bertransisi menjadi kota hijau sepenuhnya stakeholder tidak bisa bekerja mandiri. Keterlibatan masyarakat yang menjadi penggerak utama untuk menyukseskan regulasi yang telah ditetapkan dalam rangka mengoptimalkan potensi kota melalui implementasi pengembangan komunitas berbasis aset. Potensi sumber daya di Kota Surabaya dengan optimalisasi pemberdayaan baik pada aspek sumber daya manusia, fisik/lingkungan, modal sosial/jaringan, dan modal ekonomi.

Melalui aset transportasi Suroboyo Bus dapat mengoptimalkan potensi mobilitas kolektif yang efektif untuk menyongsong kesejahteraan masyarakat Kota Surabaya yang secara komprehensif terhadap keseimbangan ekologi perkotaan berkelanjutan.

Erdin Rusandy Sahfitrah Juara Favorit Karya Tulis PUPR Kategori Umum

(ads/ads)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads