Strategi Rumah Hemat Listrik

Kolom

Strategi Rumah Hemat Listrik

Lulut Laraseta - detikNews
Sabtu, 30 Okt 2021 12:34 WIB
O2 Studio mengubah rumah tua yang sudah dibangun sejak tahun 1960-an jadi pembangkit listrik hemat energi.
Foto: Inhabitat

Ventilasi

Kenyamanan di dalam rumah tinggal tergantung dari perancangan bangunan sejak awal. Namun, apa sebenarnya yang disebut nyaman itu? Secara teoritis kenyamanan akan didapat apabila temperatur udara di tempat kita berdiri lebih rendah dari temperatur rata-rata permukaan kulit. Dalam kondisi ini, tubuh dengan mudah melepaskan panasnya melalui kulit ke udara di sekeliling kita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mencapai temperatur tersebut pilihan pertama adalah menggunakan ventilasi alam. Pada dasarnya ventilasi adalah bukaan permanen pada dinding luar dari sebuah ruangan yang diharapkan bisa mengalirkan udara secara tetap ke dalam.

Memang jendela dan pintu tentu juga mengalirkan udara, tetapi tidak selalu terbuka. Bagi ruangan dengan penghawaan alami, udara yang bergerak dan mengalir adalah hal yang penting, terlebih bagi daerah yang berhawa panas dan berkelembapan tinggi.

ADVERTISEMENT

Udara yang mengalir dan selalu berganti memang dibutuhkan oleh sistem pendingin tubuh manusia yang mengandalkan pelepasan panas tubuh melalui permukaan kulit. Udara dengan kejenuhan tinggi yang tidak mengalir di permukaan kulit tentu akan menghambat sistem pelepasan panas dari tubuh.

Oleh sebab itu, diperlukan udara pengganti yang kurang jenuh untuk memperlancar pelepasan panas dari tubuh. Di sinilah pentingnya udara mengalir di satu ruangan. Ukurannya adalah pergantian udara per jam.

Menurut Y.B. Mangunwijaya, tingkat pergantian yang ideal bagi ruang hunian adalah antara 7O-'gO m3 per jam. Sementara kecepatan angin yang ideal (nikmat) dalam ruangan yang berventilasi adalah sekitar 0,1-0,15 m/detik.

Dari kedua angka tersebut bisa dibuat hitungan besaran ventilasi yang dibutuhkan. Namun, sekali lagi bukan hanya besaran yang menentukan berhasilnya suatu sistem penghawaan alami. Penempatan dari lubang lubang ventilasi tersebut juga menentukan baik-buruk aerodinamika dalam ruangan yang hendak diventilasikan.

Pencahayaan

Kalau memasuki rumah-rumah tradisional tertentu (toraja dan batak) kita akan mendapatkan ruang dalam seperti sengaja dibuat temaram di siang hari. Kondisi ini terjadi karena cahaya luar yang masuk ke dalam diminimalisir dengan tujuan agar panas yang diakibatkan oleh cahaya berkurang.

Kelembaban

Manusia punya persepsi jika dalam suatu ruang memiliki kelembapan udara lebih dari 70% maka temperatur ruang akan terganggu dan akan mengundang jamur. Jamur tersebut dapat mengganggu bahkan merusak bagian-bagian bangunan sehingga mempertinggi risiko penghuninya terserang penyakit, terutama yang berhubungan dengan pernapasan. Oleh karena itu kelembaban udara dalam bangunan punya pengaruh tidak langsung dalam hal penghematan energi sebagai berikut:

  • Kelembaban menyebabkan bagian bangunan, terutama dinding, mengandung air lebih dari seharusnya yang mengakibatkan berkurangnya daya isolasi kalor dari dinding tersebut sehingga diperlukan energi lebih besar untuk mengatasinya melalui exhaust fan atau AC.
  • Kelembaban juga menyebabkan kerusakan dan korosi instalasi listrik serta alat-alat listrik sehingga mengurangi performanya yang kemudian menambah beban energinya. Di negeri kita yang kebanyakan beriklim tropis lembab, air sebenarnya boleh dibilang berada di udara di sekeliling kita.

Jadi, tak heran jika bagian bangunan kita selalu menghadapi keadaan kelembaban yang kebanyakan tidak dikehendaki. Air di udara diserap oleh semua bagian bangunan yang punya sifat menyerap. Selain terjadi karena penyerapan langsung, juga terjadi karena pengembunan.

Celakanya, bahan bangunan utama rumah-rumah kini adalah bata atau batako yang umumnya berpori banyak sehingga dapat menyerap air dari udara, terlebih lagi menyerap air dari kelembaban tanah di bawah bangunan melalui pondasi.

Hal ini terjadi terutama di dinding bagian luar yang langsung berhadapan dengan cuaca ataupun dinding kamar mandi, dapur, dan daerah daerah yang banyak terdapat air. Kalau tidak mendapatkan sinar matahari langsung atau mengalami hambatan dalam pelepasan kandungan airnya, air dalam bata ini akan menetap selamanya di dinding bata tersebut.

Kalau secara terus menerus menyerap air dari udara sampai jenuh sampai akhirnya dinding akan lembab dan juga udara di dalam ruang turut lembab, apalagi tidak berventilasi cukup. Udara lembab akan membawa beberapa persoalan pada penampilan dinding seperti tumbuhnya jamur meskipun sudah berulang kali dibersihkan. Juga dapat terjadi pengelopakan cat dan plester yang biasanya menutup dinding tersebut.

Belum lagi pengaruh buruknya terhadap kusen yang menyatu dengan bagian dinding tersebut atau lemari yang merapat ke dinding. Untuk penderita penyakit asma, udara dan dinding yang lembab di kamar tidur akan memicu serangan asma.

Klik halaman selanjutnya >>>

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads