Saya mengawali judul dengan klise. Memenangkan Pemuda. Kadang kita terlalu melangit dan ambisius sampai lupa bahwa sekarang, yang kita butuhkan adalah segera mulai mengeksekusi #upayabaik apa saja. Pandemi telah membuat kita selama dua tahun mengurangi akselerasi dan memaksa kita semua beradaptasi. Untungnya kita masih punya pemuda yang menjadi pondasi ekonomi sehingga kita mampu keluar dari resesi.
Sumpah pemuda yang sudah 93 tahun, menjadi momentum bersama untuk bangkit dari pandemi. Tidak ada rumusan besar selain terus meneruskan #upayabaik di semua lini. Selama beberapa tahun terakhir, terutama dua tahun sebagai Staf Khusus Presiden berkeliling Indonesia, saya mendapatkan banyak inspirasi dari para penggerak milenial yang kelak menjadi para penerus republik.
Tentu tantangan ke depan tidak main-main, akan tetapi harapan besar kita mampu melangkah dan menjadi great power bukan lagi mimpi. Membaca laporan World Bank berjudul "Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class (2020)" menemukan bahwa selama 50 tahun terakhir Indonesia tumbuh dengan rata-rata 5,6 persen. Meluasnya kelas menengah hingga 52 juta penduduk memiliki ekonomi yang cukup merupakan salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Lebih lanjut, World Bank merekomendasikan bahwa jalan keluar agar Indonesia maju adalah terus memperluas kelas menengah yang berkualitas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu bagaimana caranya? Catatan World Bank setidaknya apabila dirangkum ada empat poin yaitu, peningkatan kualitas pendidikan, layanan kesehatan universal, memperbaiki layanan publik (pusat dan daerah) untuk mendorong kelas menengah tumbuh dan produktif, serta yang sangat penting di era desentralisasi yaitu agar pemerintah lokal terus meningkatkan pendidikan, kesehatan, hingga sanitasi bagi masyarakat.
Peta jalan World Bank di atas setidaknya sudah mulai menjadi kesadaran para pemimpin daerah maupun masyarakat. Paling sederhana untuk peningkatan kesehatan warga adalah kesuksesan vaksinasi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah terus mendorong perbaikan kesehatan publik dan masyarakat aktif berpartisipasi.
Pengalaman saya mengadakan hampir sejuta vaksinasi di pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia memperlihatkan bahwa gotong royong masih menjadi tulang punggung republik. Para kiai mendorong vaksinasi, santrinya berpartisipasi.
Begitu juga dengan kualitas pendidikan. Kita patut bersyukur bahwa kesepakatan 20 persen APBN untuk pendidikan sudah menjadi konsensus bersama melalui UU no 20 tahun 2003 serta sejumlah kebijakan yang pro terhadap akselerasi peningkatan pendidikan seperti kebijakan Indonesia Pintar merupakan terobosan merdeka belajar.
Peta jalan ketiga yang menurut saya hari ini adalah momentumnya. Memperluas kelas menengah membutuhkan kebijakan publik yang dapat men-trigger munculnya kelas menengah baru. Harapan itu ada pada generasi milenial yang hari ini merupakan populasi terbesar dan pada 2030 akan mencapai 64 persen dari total populasi.
Artinya kunci untuk mendorong munculnya kelas menengah baru ada pada pemuda. Kalau sebelum kemerdekaan, pemuda berkumpul untuk memerdekakan diri dari kolonialisme, lalu pada 1998 berkumpul untuk menjatuhkan otoritarianisme, hari ini, energi pemuda harus menjadi tenaga lompatan besar 1 abad kemerdekaan.
Kebijakan publik yang pro terhadap pemuda juga menemukan momentumnya, dimana menurut temuan Perludem bahwa pada Pemilihan umum kepala daerah pada 2020 kemarin, setidaknya 13,7 persennya adalah pemimpin muda. 20 kepala daerah terpilih dan 17 wakil kepala daerah terpilih berusia kurang dari 34 tahun. Semesta mendukung. Maka kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.
Lalu bagaimana mengakselerasinya dan seperti apa best practice-nya? Banyak pemimpin muda berprestasi yang mampu mengakselerasi pembangunan, mengentaskan kemiskinan dan yang juga lebih penting membuat warganya bangga dengan kotanya. Tentu tidak hanya berangkat dari kebijakan pemerintah tetapi partisipasi dan inisiatif publik untuk mendorong kualitas kelas menengah menuju kelas atas menjadi penting. Munculnya berbagai inisiatif inkubasi untuk UMKM, usaha rintisan dan sebagainya merupakan inisiasi para pemuda ini, tidak kalah strategisnya dari kebijakan pemerintah.
Dengan terus mendorong #upayabaik kita akan mampu menghadapi serangkaian tantangan yang akan datang. Ke depan pekerjaan rumah kita sangat besar. Atmosfer ekonomi global tidak lagi menguntungkan, kekhawatiran munculnya resesi ekonomi bukan lagi sekedar gosip. Belum lagi tantangan untuk keluar dari jebakan kelas menengah (middle income trap). Ancaman menguatnya politik identitas, korupsi, dan konflik horizontal juga menjadi kabar buruk bagi masa depan negara.
Sudah saatnya Indonesia naik kelas. Itu mengapa kita harus menyiapkan perangkat dan jalannya Indonesia yang merdeka sebagai negara bangsa, berdaulat secara ekonomi, dan bermartabat dalam kebudayaan. Dan, itu semua ada di tangan pemuda sehingga tidak ada jalan keluar lain selain Memenangkan Pemuda.
Apabila kebijakan pemerintah sangat penting begitu juga partisipasi publik juga dibutuhkan, maka kolaborasi untuk terus mendorong #upayabaik adalah kata kunci untuk memenangkan pemuda. Menyambut Hari Sumpah Pemuda, tidak ada lagi perayaan. Kerja keras dan cerdas sedang kami (pemuda) upayakan agar Indonesia naik kelas.
Aminuddin Ma'ruf, Staf Khusus Presiden RI
Simak video 'Jokowi Peringati Sumpah Pemuda: Jadi Pemimpin Perubahan di Era Digital':