Dilansir dari Pertamina, Indonesia sebagai negara yang terletak di Khatulistiwa mempunyai sumber energi yang melimpah, meliputi sumber energi fosil maupun non-fosil. Namun sampai saat ini sebagian besar energi yang dihasilkan dan digunakan berasal dari fosil yaitu sebesar 95% dari total bauran energi. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kuat dalam beberapa tahun terakhir, permintaan energi akan terus meningkat.
Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil yang jumlahnya relatif terbatas dapat memicu krisis energi di negeri ini. Oleh karena itu masalah energi akan terus menjadi perhatian utama pemerintah di masa mendatang apalagi dengan meningkatnya masalah dampak lingkungan akibat pembakaran energi fosil untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi nasional.
Energy terbarukan berasal dari proses alam yang berkelanjutan tersedia tanpa batas. Indonesia yang berada di antara lautan memiliki energy berlimpah karena berada di kawasan Khatulistiwa yang pada dasarnya memiliki potensi cahaya matahari yang tidak terbatas. Radiasi cahaya matahari rata-rata 4,80 kwh per harinya. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) mengatakan terdapat empat energi khusus yang membuat Indonesia mampu memanfaatkan secara tidak terbatas potensi energi dasar di Indonesia:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Energi matahari di lokasi strategis di tengah Khatulistiwa tidak sulit mengumpulkan beragam potensi energi yang bisa dimanfaatkan.
2. Energi angin, bisa dimanfaatkan di antara dua gunung yang berdekatan.
3. Energi laut. Dua pertiga wilayah Indonesia merupakan kawasan lautan. Di laut terdapat energi pasang surut, energi gelombang, energi arus laut, energi perbedaan suhu lapisan laut.
4. Potensi energi termal di sekitar 240.000 MW.
Dirjen EBTKE pernah merilis langkah-langkah pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Dirjen EBTKE telah memfokuskan diri untuk menambah kapasitas pembangkit dengan energi air dan panas bumi.
Pembangunan ini diharapkan bisa mencapai energi modern bagi daerah terisolasi. Selain itu, pembangunan energi terbarukan ini juga berpotensi mengurangi biaya subsidi BBM dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Perihal sumber energi terbarukan di Indonesia:
1. Energi Matahari
Indonesia adalah negara tropis yang dilintasi garis Khatulistiwa. Ini membuat Indonesia memiliki potensi cahaya matahari yang berlimpah dan bisa dikonversi menjadi salah satu sumber energi terbarukan. Besarnya radiasi cahaya matahari di Indonesia rata-rata mencapai 4,80 kWh/m2 per harinya.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) adalah teknologi yang dapat diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di daerah terpencil sekalipun. Teknologi PLTS sangat mudah dari sisi instalasi, operasi, dan perawatannya. Kendala instalasi PLTS umumnya disebabkan biaya pemasangan dan biaya komponen yang masih relatif mahal. Bahkan, beberapa bahan baku sel surya masih harus diimpor.
2. Energi Angin
Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki potensi angin yang kecil. Namun, pada beberapa wilayah di Indonesia memiliki potensi energi angin yang lebih besar. Misalnya di penyempitan di antara dua pulau atau di antara dua gunung yang berdekatan.
Pembangkit yang memanfaatkan energi angin adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Tenaga Bayu adalah pergerakan udara akibat perubahan temperatur yang disebabkan pemanasan dari cahaya matahari. Pembangunan PLTB memang masih relatif mahal. Namun, potensi energi yang ditawarkan sangat bersaing dengan sistem pembangkit listrik energi terbarukan lainnya di masa depan.
3. Energi Laut
Indonesia salah satu negara yang memiliki wilayah laut terbesar di dunia. Hampir dua per tiga wilayah negara Indonesia adalah laut. Oleh karena itulah laut menjadi potensi energi yang luar biasa bagi Indonesia. Energi laut dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.
Contoh energi yang dihasilkan laut antara lain energi pasang surut, energi gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan laut. Sebut saja daerah Bagan Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter begitu juga laut di sekitar pulau Jawa yang memiliki energi gelombang laut sampa 40 kW/m.
Sayangnya, pemanfaatan energi laut sebagai pembangkit tenaga listrik masih dalam tahap penelitian oleh lembaga litbang (BPPT dan PLN) serta institusi pendidikan lainnya.
Upaya untuk mencapai nol emisi karbon telah dilakukan sejak tahun ini. Upaya yang dilakukan mulai dari peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, dan pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).
Di tahun 2021 ini, pemerintah akan mengeluarkan regulasi dalam bentuk Peraturan Presiden terkait EBT dan retirement coal.
"Tidak ada tambahan PLTU baru kecuali yang sudah dijalankan, maupun yang sudah masuk dalam tahap konstruksi," urai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir. Arifin Tasrif.
Di tahun 2022 akan ada Undang-Undang EBT dan penggunaan kompor listrik untuk 2 juta rumah tangga per tahun. Selanjutnya, pembangunan interkoneksi, jaringan listrik pintar (smart grid) dan smart meter akan hadir di tahun 2024 dan bauran EBT mencapai 23% yang didominasi PLTS di tahun 2025.
Pada 2027, pemerintah akan memberhentikan stop impor LNG dan 42% EBT didominasi dari PLTS di 2030. Di mana jaringan gas menyentuh 10 juta rumah tangga, kendaraan listrik sebanyak dua juta (mobil) dan 13 juta (motor), penyaluran BBG 300 ribu, pemanfaatan Dymethil Ether dengan penggunaan listrik sebesar 1.548 kWh/kapita.
Semua PLTU tahap pertama subcritical akan mengalami pensiun dini di tahun 2031 dan sudah adanya interkoneksi antarpulau mulai COD di tahun 2035 dengan konsumsi listrik sebesar 2.085 kWh/kapita dan bauran EBT mencapai 57% dengan didominasi PLTS, Hydro dan Panas Bumi.
Di tahun 2040, bauran EBT sudah mencapai 71% dan tidak ada PLT Diesel yang beroperasi, Lampu LED 70%, tidak ada penjualan motor konvensional, dan konsumsi listrik mencapai 2.847 kWh/kapita.
Kemudian lima tahun berikutnya, pemerintah mewacanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama mulai Call of Duty (CoD). "Kita juga mempertimbangkan penggunaan energi nuklir yang direncanakan dimulai tahun 2045 dengan kapasitas 35 GW sampai dengan 2060," harap Arifin Tasrif.
Selanjutnya, bauran EBT diharapkan sudah mencapai 87% di 2050 dibarengi dengan cara tidak lagi melakukan penjualan mobil konvensional dan konsumsi listrik 4.299 kWh/kapita.
Pada 2060 diharapkan bauran EBT telah mencapai 100% yang didominasi PLTS dan Hydro. Serta dibarengi dengan penyaluran jaringan gas sebanyak 23 juta sambungan rumah tangga, kompor listrik di 52 juta rumah tangga, penggunaan kendaraan listrik, dan konsumsi listrik menyentuh angka 5.308 kWh/kapita.
Kita semua mengharapkan bahwa Menteri ESDM secara khusus mampu mengembangkan potensi energi menghadapi era teknologi sumber daya yang dieksploitasi lewat kekayaan alam Indonesia yang demikian luas dan kaya dari Sabang sampai Merauke. Semoga.
Jakarta, 25 Oktober 2021
Ishadi SK
Transmedia