Kolom

Permata Jawa Timur Bernama Porang

I Gede Alfian Septamiarsa - detikNews
Minggu, 05 Sep 2021 10:53 WIB
Menteri Pertanian saat meninjau pabrik porang di Madiun (Foto: Kementan)
Jakarta -

Sebuah komoditas asal Jawa Timur tepatnya dari Kabupaten Madiun kembali menjadi perhatian pemerintah pusat, hingga internasional. Komoditas tersebut dinamakan tanaman porang. Padahal, porang dulunya dianggap tanaman yang tumbuh liar di pekarangan, bahkan di beberapa daerah dianggap sebagai makanan ular.

Pengembangan kawasan porang Madiun dengan lahan porang pada 2020 seluas 5.263 ha. Pada 2021 akan ditanam 752 ha dan pada 2022 akan ditanam 800 ha.

Ibarat permata, porang ini membutuhkan waktu yang lama hingga diakui kualitas dan manfaatnya. Selain itu, tanaman ini baru bisa menghasilkan umbi yang baik pada usia di atas satu tahun sehingga masa panennya cukup lama.

Mengapa disebut permata? Karena Tanaman porang kini mulai banyak ditanam petani di sejumlah daerah seiring meningkatnya permintaan ekspor umbinya.

Melansir data dari laman birohumas.jatimprov.go.id, perkembangan ekspor porang mulai 2018 s/d 2020 di Jawa Timur melalui Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya selalu meningkat. Pada 2018, volumenya mencapai 5.516.382 kg dengan nilai sebesar Rp 270.302.720.450. Negara tujuan ekspor adalah China, Vietnam, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.

Kemudian pada 2019 volumenya mencapai 6.064.947 kg dengan nilai sebesar Rp 297.182.412.310. Negara yang dituju adalah Thailand, China, Taiwan, Vietnam, Kamboja, Pakistan. Pada 2020 volume mencapai 10.319.458 kg senilai Rp 499.082.915.019, dengan negara tujuan China, Belgia, Thailand, Myanmar, Jepang, Vietnam, India, Taiwan, Singapura, Bulgaria, Korea Selatan, Prancis, dan AS.

Mudah dan Murah

Porang atau dalam bahasa Latin disebut Amorphopallus muelleri blume merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang mengandung karbohidrat glukomanan atau zat gula dalam bentuk kompleks. Tanaman porang ini juga dikenal dengan nama iles-iles.

Porang biasanya diolah menjadi beras, shirataki, bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, dan bahan pengental pada produk sirup. Porang juga kerap diolah sebagai produk kosmetik.

Harga porang di pasaran ekspor pun terus mengalami peningkatan. Manfaat porang, terutama umbinya, digunakan untuk bahan baku pembuatan tepung konjak atau tepung glucomannan. Hasil dari olahan porang ini dijadikan tepung, yang kemudian dipakai sebagai bahan utama olahan shirataki, mie bening yang banyak dikonsumsi di Asia Pasifik.

Berbeda dengan tepung terigu atau tepung beras, konjak dikenal memiliki banyak serat. Itu sebabnya shirataki berbahan dari konjak memiliki rasa lebih kenyal namun kandungan karbohidrat lebih sedikit. Mie shirataki ini juga seringkali dipakai untuk mie ramen di Jepang. Popularitas shirataki juga terus meningkat karena dipercaya sebagai menu diet dan gaya hidup sehat. Begitu dijual di Indonesia, harganya berkisar Rp 25 ribu ke atas.

Budidaya porang ini terbilang mudah dan murah karena tak memerlukan banyak perlakuan khusus. Pohon porang mudah tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, bahkan di lahan kritis sekalipun. Sehingga hal tersebut memerlukan langkah konkret, agar dapat mengembangkan umbi porang di Jawa Timur. Apalagi tanaman Porang akan menjadi makanan sehat sebagai pengganti beras pada masa depan.

Panen porang juga sangat menjanjikan; setiap 1 hektare lahan bisa dipanen antara 15-20 ton. Tak ada yang mengira bahwa hasil panen porang per musim tanam, yakni di musim tanam pertama, bisa mencapai Rp 40.000.000 dalam kurun delapan bulan.

Dari data yang dirilis Kementerian Pertanian, jika dijadikan sebagai tanaman budidaya pertanian, keunggulan pohon porang yakni bisa beradaptasi pada berbagai semua jenis tanah dan ketinggian antara 0 sampai 700 mdpl.

Tanaman porang juga relatif bisa bertahan di tanah kering. Umbinya atau bibit porang juga bisa didapatkan dengan mudah, sementara tanamanya hanya memperlukan perawatan yang minim. Sehingga tidak hanya langkah konkret, perlindungan bagi komoditas porang pun juga harus dilakukan. Termasuk perhatian terhadap petani porang pun diperlukan.

Primadona Komoditas Baru

Begitu berharganya komoditas porang ini, mampu membuat Presiden Joko Widodo menginstruksikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menjadikan porang sebagai komoditas ekspor andalan baru di Tanah Air.

Instruksi tersebut disampaikan Presiden saat mengunjungi pabrik pengolahan porang milik PT Asia Prima Konjac dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Madiun, 19 Agustus. Komoditas porang ini dapat diekspor tidak hanya dalam bentuk mentahan dan barang setengah jadi, namun sudah dalam bentuk beras porang.

Di Jawa Timur sendiri, Gubernur Khofifah Indar Parawansa melakukan upaya untuk melindungi para petani porang. Pemprov Jatim sudah mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jatim terkait larangan ekspor katak (bibit) porang ke luar ngeri. Larangan ekspor tersebut diberlakukan karena banyak bibit yang dijual ke luar negeri.

Sebagai informasi, harga katak porang senilai Rp 200 ribu/kg, sedangkam umbi basah porang Rp 7 ribu/kg. Katak porang ini diburu dari sangat banyak negara yang beriklim tropis untuk budi daya porang. Jadi Gubernur Khofifah pun meminta Bupati Madiun untum menjaga bahwa sesuai SK Gubernur melarang katak untuk diekspor.

Selain itu Pemprov Jatim juga akan terus mengkonsolidasikan terkait pelarangan ekspor katak porang dengan Bea Cukai. Ditambah lagi melibatkan Universitas Brawijaya untuk pengembangan dan riset terhadap komoditas porang.

Potensi komoditas permata dari Madiun ini tak hanya sekadar membuat kabupaten ini sebagai sentra budi daya, tetapi juga turut berkembang sebagai sentra industri olahan tanaman porang. Sehingga tanaman porang yang diekspor dari Madiun nantinya sudah dalam berbentuk olahan, termasuk beras porang shirataki yang dikenal berharga mahal.

Pemerintah pun ingin membangun sebuah ekosistem yang saling menguntungkan; selain masyarakatnya untung, lingkungan sekitarnya juga dapat terjaga dengan baik. Untuk itu, Kementerian Pertanian perlu untuk membuat perencanaan besar terkait prospek porang sebagai sebuah primadona komoditas pertanian baru.

Ditambah lagi gaya hidup sehat sekarang ini banyak yang mengonsumsi beras dan mie semacam shirataki akan sangat menguntungkan bagi petani porang dan pabrik pengolahan porang.

I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom Pranata Humas Ahli Pertama Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur

Simak video 'Mau Budidaya Porang? Simak Dulu Tipsnya':






(mmu/mmu)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork