Jakarta - Saya tersenyum membaca Detikhot edisi 10 Maret 2006 tentang gosip Siti Nurhaliza yang akan dinikahi oleh “Datuk K”, seorang pengusaha Malaysia. Detikhot menulis” Teka-teki siapa calon suami penyanyi cantik Siti Nurhaliza terjawab sudah…..” Tampaknya bagi Detikhot kabar itu seperti sebuah bisul yang akhirnya pecah setelah sekian lama ditunggu. Gairah Detikhot mengikuti gosip seputar Siti Nurhaliza rupanya tak kalah dengan media Malaysia yang selama hampir seminggu menempatkan gosip itu pada halaman pertamanya sejak 8 Maret 2006 lalu. Bagi publik Malaysia, terkuaknya kabar burung itu nampaknya lebih dari bisul yang ditunggu pecahnya. Ia seperti kegairahan seorang calon Ibu yang telah sekian lama menikah dan banyak menghabiskan
test pack namun baru kali itu ada dua garis merah petanda positip hamil. Pokoknya benar-benar ditunggu! Ini adalah karena Siti Nurhaliza adalah kebanggaan. Ia adalah harta dan pusaka yang sangat dicintai dan dihormati oleh publik Malaysia. Jadi setiap gerak-geraik, tutur kata, gosip dan kabar burung menyangkut dirinya pasti akan diikuti dengan seksama.Masih ingat kan adanya semboyan demonstran kita “Ganyang Malaysia Selamatkan Siti Nurhaliza” pada waktu sengketa Ambalat meledak? Semboyan itu dibahas di sidang Parlemen Malaysia pada 6 April 2005. Dalam sidang itu anggota parlemen dari UMNO, Dato’ Zainal Abidin bin Osman, mengatakan: “Dia idola di negara Indonesia dan Siti Nurhaliza adalah “gift” from God, anugerah Tuhan kepada bangsa serumpun, Jadi saya rasa kita sedia berkongsi (berbagi) Siti Nurhaliza bersama-sama rakyat Indonesia ”. Jadi, posisi atau “maqom” Siti Nurhaliza adalah sedemikian tingginya di mata publik Malaysia dan dinilai sebagai karunia Tuhan, tidak hanya untuk Malaysia tapi untuk negara-negara serumpun termasuk Indonesia. Oleh karena itu media Malaysia selalu menempatkan Siti Nurhaliza pada posisi protagonis dan penuh simpati. Bagi mereka Siti adalah ikon, dan “penyanyi nombor satu negara”. Ketika pada akhir tahun lalu pecah isu e-mail fitnah penyanyi senior Malaysia, Sharifah Aini tentang Siti Nurhaliza, maka media massa setempat pun memojokkan Sharifah yang pernah membuat album bersama penyanyi Broery Pesolima (alm) itu. Konser tunggal Siti Nurhaliza di Royal Albert Hall, London, 1 April 2005 pun diberitakan secara gegap gempita dan dinilai telah”mengharumkan nama negara di arena internasional” karena merupakan penampilan pertama penyanyi Malaysia di tempat yang amat prestisius. Tapi untuk yang ini saya menganggap pers Malaysia kurang jujur karena kenyataan mengenai penonton yang 90% lebih orang Malaysia dan ada konduktor bernama Erwin Gutawa dari Indonesia tidak turut dikabarkan. Meski demikian saya paham mengingat
maqom Siti yang sudah sedemikian tinggi itu.Siti Nurhaliza Tarudin, yang lahir di asrama polisi Kampung Awah, Pahang, 11 Juanuari 1979 itu memang masih muda tapi telah menempuh karir yang panjang sejak umur 12 tahun. Kerja kerasnya di dunia tarik suara telah menghasilkan gelar penyanyi terbaik Malaysia sejak 1997 sampai tahun 2005, dari berbagai penghargaan seperti Popular Star Award, Juara Lagu Awards, MTV Asia Awards (khusus artis Malaysia). Dari Indonesia setidaknya Siti Nurhaliza pernah memperoleh SCTV Music Awards 2004 (Top Foreign Artist) dan Indonesia Music Awards 2003 (Best Album Malaysia). Dari pentas internasional Siti Nurhaliza juga pernah memperoleh Gold Award dari Shanghai Music Festival (1999) dan Singapore Music Award (1997). Tak heran ia diberi gelar “penyanyi nombor satu negara” karena sederet prestasinya itu. Penghormatan itu juga tak lepas dari sosok Siti Nurhaliza sebagai seorang Melayu. Ini faktor paling penting. Malaysia adalah sebuah negara di mana kultur melayu adalah budaya
mainstream yang sekaligus dominatif secara fisik. Maksud saya, orang dan budaya Melayu secara
de facto mendapat tempat yang lebih istimewa dibanding mereka yang datang dari etnis lain (India dan Cina). Dengan demikian bila ada seorang Melayu yang mempunyai prestasi “sedikit” internasional saja, maka bisa dipastikan akan mendominasi pemberitaan media utama setempat (yang juga dikuasai oleh Melayu). Selain itu kebanggaan Malaysia kepada Siti Nurhaliza patut dipahami dalam konteks kebanggaan Malaysia pada Menara Kembar Petronas, mobil Proton, Sirkuit F1 Sepang dll di mana dengan itu Malaysia merasa telah bermetamorfosa menjadi negara maju yang disegani secara internasional. Dalam konteks itu bisa dimengerti bahwa rasa bangga dan penghormatan itu muncul karena “terima kasih” Malaysia pada Siti, Menara Petronas dll yang telah meningkatkan rasa percaya diri mereka sebagai bangsa Melayu yang selama ini dinilai sebagai bangsa yang susah maju.Jadi…mungkin ada baiknya kita juga ikut bangga dengan prestasi Siti bukan?
Keterangan Penulis:Hisyam MD,
pengamat masalah internasional tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia
(/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini