Seorang teman yang tinggal di Jepang bercerita, sejak awal pandemi Covid-19 merebak di seluruh dunia, sekolah-sekolah di Jepang tetap berjalan seperti biasa. Tentu ada pengetatan protokol kesehatan, disertai aturan bahwa sekolah akan ditutup sementara apabila ada warga sekolah yang positif Covid-19.
Yang masuk sekolah semua murid, tidak dibatasi, seperti sebelum pandemi kecuali sakit. Kalau sakit, ya belajar sendiri di rumah. Protokol kesehatan di Jepang tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan tidak bersalaman atau berpelukan.
"Ah, masyarakat Jepang sudah dari dulu disiplin dan taat aturan, jangan dibandingkan dengan masyarakat Indonesia!"
"Orang Indonesia kok disuruh taat aturan, susah, pakai helm saja kalau ada polisi!"
Begitu beberapa tanggapan teman di grup WA. Di awal pandemi, pandangan saya mirip seperti tanggapan teman grup. Yaitu, masyarakat Indonesia susah untuk taat aturan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, 15 bulan berjalan pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, dan entah akan sampai kapan. Anak sekolah selama itu pula melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Pada April 2021, beberapa daerah di Indonesia melaksanakan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Ada yang masih uji coba. Dalam sekolah tatap muka belum semua murid yang masuk, masih 50% dari kapasitas.
Mei 2021, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengungkapkan hasil berbagai survei, yang dihimpun maupun yang dilakukan kementeriannya. Dia menyebut, mayoritas peserta didik dan orangtua sudah ingin tatap muka. "Hampir 80 persen sudah ingin tatap muka. Karena juga sudah lebih percaya diri dengan protokol kesehatan."
Namun, tak sedikit yang ragu akan hasil survei yang dilakukan Kemendikbudristek, ya lagi-lagi dengan alasan bahwa masyarakat Indonesia susah untuk taat aturan, apalagi anak.
Kenapa anak selalu dianggap tidak lebih taat daripada orang dewasa? Apakah benar bahwa anak Indonesia selamanya tidak akan tertib aturan --baik aturan negara atau protokol kesehatan?
Berdasarkan pengalaman saya selama menjadi komite sekolah, anak lebih taat aturan yang berlaku, baik aturan negara atau aturan di sekolah. Dan, ketika di sekolah hampir semua anak menurut dengan perkataan guru.
Sebagai contoh, waktu komite sekolah mengadakan kegiatan di aula. Untuk membuat semua anak di aula diam tak bersuara, para pengurus komite tidak mampu. Baru setelah guru turun tangan, seluruh anak di aula diam tak bersuara, hanya dengan satu kalimat! Yang selalu saya ingat, guru mengucapkan kalimat "tepuk diam". Maka, seluruh anak mengikuti perintah tepuk diam, dengan bertepuk tangan satu kali, dan langsung diam tak bersuara lagi.
Cerita lain, di sekolah anak saya. Pada hari tertentu, ada kegiatan belajar sikat gigi dengan benar, cuci tangan memakai sabun selama 20 detik, dan lain sebagainya. Bukankah kegiatan tersebut sudah diajarkan, serta berlangsung sejak sebelum pandemi Covid-19? Berarti, sekarang tinggal melanjutkan kegiatan yang baik selama ini. Tinggal menambah ketentuan baru terkait protokol kesehatan Covid-19 yang lebih ketat dan terarah.
Apa protokol kesehatan yang paling penting di masa pandemi Covid-19 sekarang? Ya, penggunaan masker. Jadi, warga sekolah selama tatap muka harus taat dalam menggunakan masker. Tentu tanpa mengesampingkan sering cuci tangan dan menghindari kerumunan dan berpelukan. Namanya juga anak-anak, setelah 15 bulan tak berjumpa mungkin akan ada yang lengah berpelukan atau cium pipi kiri-kanan. Tapi dengan pengawasan dan arahan dari guru, hal tersebut bisa dihindari.
Dari beberapa pengalaman di atas, saya berpandangan, jika guru di sekolah memberi contoh yang benar dan taat dalam menetapkan aturan protokol kesehatan Covid-19, terutama terkait penggunaan masker, maka anak ketika kembali pembelajaran tatap muka bisa dan mampu melaksanakan protokol kesehatan dengan baik pula.
Orangtua harus terlibat aktif untuk selalu mengingatkan anak taat dengan protokol kesehatan selama di sekolah. Disiplin dan taat protokol kesehatan. Dan, jangan hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan rumah.
Apakah anak-anak Indonesia bisa diajarkan kedisiplinan protokol kesehatan? Tentu saja bisa! Anak itu lebih melihat contoh nyata. Yang dilihat, dipraktikkan, bukan yang banyak bicara tanpa bukti.
Sedikit cerita pengalaman pribadi. Anak saya yang berumur 3,5 tahun, karena sering melihat saya dan istri memakai masker selama keluar rumah, meski hanya ke warung sebelah untuk membeli es teh, maka ia setiap keluar rumah pasti meminta memakai masker.
Jadi, bila ingin mendisiplinkan anak, orang dewasa juga harus mulai disiplin dalam segala hal aturan kedisiplinan. Sekali lagi saya tegaskan, bahwa anak mencontoh perbuatan orang dewasa di sekitarnya.
Bila sekolah tatap muka jadi berlangsung pada Juli nanti, maka akan menjadi momen yang tepat, serta kesempatan, untuk mengajarkan pada anak kita kedisiplinan dan taat aturan yang berlaku, yang lebih baik dibandingkan dengan era sebelum pandemi Covid-19. Terutama pada masa wabah pandemi Covid-19, yaitu disiplin dan taat protokol kesehatan, agar tidak tertular Covid-19.
Bayangkan, ya bayangkan, generasi anak saat ini, yang semakin terlatih dalam kedisiplinan dan taat aturan, menjadi agen perubahan kedisiplinan dan taat aturan di masa depan. Bukankah hal itu membanggakan kita?
Yuk, bisa yuk, kita orangtua memberi contoh yang baik ke anak tentang disiplin dan taat aturan!
Candra Rudi Sanjaya
(mmu/mmu)