Menggunakan Fasilitas Keagamaan untuk Mempercepat Vaksinasi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Menggunakan Fasilitas Keagamaan untuk Mempercepat Vaksinasi

Senin, 05 Apr 2021 16:00 WIB
Nekson Simanjuntak
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Menggunakan Fasilitas Keagamaan untuk Mempercepat Vaksinasi
Mendapatkan vaksinasi Covid-19 (Foto: dok. pribadi)
Jakarta -
Rabu, 24 Maret 2021 lalu sekitar 300 orang pendeta dan majelis dari Gereja HKBP Distrik Deboskab (Depok Bogor Sukabumi) ikut vaksinasi Covid-19 bersama-sama di Senayan. Vaksinasi ini merupakan jawaban dari permohonan pihak gereja HKBP ke Kemenkes untuk melayani vaksin bagi pekerja gereja yang sehari-hari berhadapan dengan warga jemaat (baca: umat).

Selain permohonan ke Kemenkes, gereja HKBP telah mendorong setiap pimpinan jemaat untuk menyurati Puskesmas setempat agar pendeta dan majelis gereja didaftarkan menerima vaksin. Permohonan ini didasari kebijakan pemerintah untuk mendorong vaksinasi bagi tokoh agama, dan pada pihak lain ada kerinduan bersama agar aktivitas masyarakat kembali normal dan pelayanan gereja kembali pulih. Sekalipun tergolong jauh (dari Bogor dan Cinere), namun tetap antusias datang ke Senayan untuk divaksin.

Vaksin merupakan harapan masyarakat dunia agar dapat melepaskan diri dari pandemi Covid-19. Memang ada saja pro dan kontra di kalangan masyarakat, dengan pertanyaan, apakah vaksin aman? Apakah ada dampak dari vaksin kepada kesehatan manusia dan sejauh mana daya tahan tubuh setelah divaksin? Pertanyaan-pertanyaan ini tentu harus dijawab oleh pemerintah untuk meyakinkan masyarakat untuk ikut dalam program vaksin.

Hingga kini, vaksinasi merupakan langkah terbaik yang ditetapkan oleh WHO untuk melepaskan masyarakat dunia dari pandemi Covid-19. WHO mendorong negara-negara untuk mensukseskan pelaksanaan vaksinasi. Di Indonesia, pada awalnya pemerintah melakukan vaksinasi dengan prioritas tenaga kesehatan (nakes), ASN, dan TNI-Polri, setelah itu dilanjutkan kepada masyarakat umum.

Hal itu wajar karena keempat lapisan masyarakat tersebut merupakan penggerak aktivitas pemerintah dalam melayani masyarakat. Pelaksanaan vaksinasi dengan prioritas di atas telah banyak mendapat cibiran dalam masyarakat --mengabaikan lansia, pelaku bisnis, dan pelayan publik lainnya. Namun setelah vaksinasi para nakes, rupanya pemerintah mendengar aspirasi masyarakat dengan membuat kebijakan baru bahwa vaksinasi terbuka kesempatan kepada lansia, pelaku ekonomi, dan pelayan publik. Kebijakan ini dinilai membuka percepatan aktivitas masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Buah dari kebijakan pemerintah itulah, gereja HKBP Distrik XXVIII Deboskab ikut mendukung program pemerintah dengan menyampaikan permohonan untuk menerima vaksin bagi pekerja gereja. Di Kota Depok misalnya telah banyak pendeta dari gereja mengikuti vaksinasi pertama dan kedua, namun untuk kategori majelis masih banyak yang belum divaksin disebabkan karena kekurangan informasi, terbatasnya akses, dan kesibukan pekerjaan.

Selain kepada majelis, HKBP juga mendorong jemaat lansia untuk ikut vaksinasi. Ada antusiasme para kaum lansia mengikutinya. Hingga saat ini, pendeta, penatua, dan lansia yang menerima vaksin berjalan dengan baik, tidak ada keluhan berarti, pusing atau bengkak atau mual-mual seperti yang dilansir oleh pihak tertentu. Justru bagi mereka yang telah menerima vaksin ada semangat dan harapan, Covid akan segera berlalu. Pemahaman seperti itu menjadi imun yang mensugesti diri sehat dan pendorong untuk lebih bersemangat menjalani hidup ini di masa pandemi.

Sejauh ini, gereja tidak mengalami kendala yang berarti mendorong warganya untuk menerima vaksin; justru kewalahan untuk menunggu antrean kapan mendapat giliran untuk segera divaksin. Sebagai pimpinan wilayah di distrik Deboskab, saya mengharapkan pemerintah dapat memberdayakan tokoh agama untuk mendukung program vaksin dengan menggunakan gedung dan fasilitas gereja untuk digunakan penyelenggaraan vaksinasi bagi warga jemaat.

Demikian pula dengan mesjid, vihara, dan pura dapat bekerja sama dengan tokoh agama setempat untuk menggunakan fasilitas keagamaan tersebut untuk penyelenggaraan vaksinasi. Vaksin adalah untuk kemaslahatan umat, karena itu fasilitas keagamaan dapat dipergunakan untuk melaksanakan program vaksinasi.

Saya sendiri melihat ada antusiasme warga jemaat HKBP untuk ikut divaksin. Namun karena prioritas saat ini masih kepada pelayanan publik (pendeta dan majelis), warga jemaat sedang menunggu giliran untuk segera mendapatkan vaksin segera. Ini adalah peluang besar bagi pemerintah untuk memberdayakan tokoh agama untuk mendorong pelaksanaan vaksinasi ke depan, setelah tahap pelayan publik dan lansia.

Pemerintah dapat memberdayakan tokoh agama untuk memotivasi warganya ikut program vaksin dan menggunakan gedung dan fasilitas keagamaan. Semakin cepat terwujudnya vaksinasi bagi warga jemaat, maka semakin kuat pula warga jemaat menghadapi pandemi Covid-19, aktivitas kembali normal, dan pertumbuhan ekonomi akan berangsur pulih.

Inilah harapan kami sebagai pelayan masyarakat untuk percepat program vaksinasi. Pemerintah jangan segan-segan menggandeng tokoh agama untuk menggunakan fasilitas keagamaan untuk pelaksanaan vaksinasi. Kiranya pemerintah dengan segala kebijakannya dapat melaksanakan tugas mulia ini untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia segera lepas dari pandemi Covid-19 ini.

Nekson M Simanjuntak pendeta HKBP, tinggal di Cinere

Simak juga 'Ma'ruf Amin Tegaskan Vaksinasi Saat Ramadhan Tak Batalkan Puasa':
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads