Tantangan Infrastruktur bagi Kendaraan Listrik
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Tantangan Infrastruktur bagi Kendaraan Listrik

Jumat, 11 Des 2020 15:00 WIB
Taufan Agasta
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Mobil Listrik Toyota Proace Verso Electric
Foto: Dok. Toyota
Jakarta -

Kini sepeda dan sepeda motor listrik sering kita temui di jalanan. Tampaknya khalayak sudah mulai familier. Sekira lima atau sepuluh tahun yang lalu keadaannya jauh berbeda. Beberapa merek kendaraan listrik ada di pasaran, namun layanan purna jualnya boleh dikata sangat minim. Banyak konsumen membeli dari jaringan penjualan langsung dan akhirnya kecewa karena produk tak sesuai ekspektasinya. Pengisian ulang baterai untuk kendaraan umum tak tersedia.

Pengalaman pertama saya menggunakan kendaraan listrik justru saat saya pulang kampung. Di garasi rumah orang tua saya di satu kota kecil di Jawa Tengah saya temui sepeda motor listrik model vespa bodi lebar. Bannya kempes dan bodinya berdebu. Jelas sekali sudah lama tak terpakai. Setelah saya bawa ke tambal ban dan saya charge baterainya ternyata kendaraan itu masih berfungsi dengan baik.

Tentu ada penyebab mengapa kendaraan itu mangkrak di garasi. Sekilas analisis saya kontur tanah miring di lereng gunung tempat rumah orangtua saya berada memang tidak cocok bagi kendaraan tersebut karena daya dorong motor listrik yang masih lemah. Jika jalanan menanjak terasa sekali tarikannya ngos-ngosan. Kalau sampai habis baterai sangat berat dan menyulitkan mendorong sepeda motor listrik model itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di banyak tempat sekarang kita temui fasilitas untuk mengisi ulang baterai ponsel dan gawai sejenisnya. Lain halnya dengan fasilitas pengisian baterai bagi kendaraan listrik. Bisa dihitung dengan jari. Pemilik mobil listrik juga masih terbatas pada orang-orang yang berkocek tebal dan pemakaian terbatas. Pengisian baterai cukup di rumah saja.

Seiring sejalan dengan perkembangan teknologi, kesadaran masyarakat dunia makin tinggi terhadap isu lingkungan. Nah, melihat gelagatnya, kendaraan listrik dalam skala masif yang mengandalkan keandalan baterai sebentar lagi akan tiba di negeri kita. Apalagi kalau subsidi BBM dicabut dan harganya semakin mahal. Indikasi ke arah itu makin kuat. Beberapa pekan lalu sudah mulai kampanye untuk mengganti kompor gas dengan kompor induksi. Padahal belum lama konversi minyak tanah ke gas elpiji. Juga bensin ke BBG pada bajaj.

ADVERTISEMENT

Teknologi dan ekonomi memang berkelindan. Setiap penemuan dan inovasi akan dilahap para pebisnis sebagai peluang. Ekosistem kendaraan listrik tentu membutuhkan fasilitas pengisian baterai yang memadai, layanan bengkel dan mekanik yang terampil, dan ketersediaan suku cadang yang murah.

Baterai yang menjadi nyawa kendaraan listrik. Daya tahan dan kapasitas baterai yang bertambah besar mendorong tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik. Perusahaan Tiongkok BYD yang berangkat dari produsen baterai gawai kini menjadi pemain terdepan dalam produksi mobil listrik. Mereka mampu membuat Tesla versi murah. Buah dari kebijakan alih paksa teknologi para pabrikan yang membangun basis poduksinya di negeri itu.

Kendaraan listrik roda dua mungkin masih bisa dituntun kalau baterainya habis. Lain halnya dengan mobil listrik yang sangat ribet kalau kehabisan baterai di jalan apalagi di tengah kemacetan. Itulah yang membuat mobil hybrid masih memiliki pangsa pasar luas. Siapa yang bertanggung jawab pada penyediaan fasilitas pengisian baterai kendaraan listrik? Ya, pemerintah, tentu dengan melibatkan pihak swasta dalam pengembangannya secara komersial. Akan terlalu memberatkan anggaran negara bila seluruh pengadaan fasilitas itu dibiayai oleh negara.

Pemerintah juga harus jeli membaca arah angin dan memutuskan teknologi apa yang cocok bagi pengembangan kendaraan ramah lingkungan di masa depan. Teknologi baterai bukan tanpa pesaing. Ada kendaraan ramah lingkungan yang berbahan bakar hidrogen. Dan salah satu opsinya adalah teknologi fuel cell yang serupa tapi tak sama dengan baterai. Dua-duanya tetap bisa disebut kendaraan listrik.

Mana di antara keduanya yang lebih efisien dan diterima pasar dialah yang akan jadi pemenangnya. Pilihannya nanti mengisi baterai atau mengisi hidrogen. Di Tiongkok pun beberapa bus umum sudah menggunakan bahan bakar hidrogen. Agaknya Xi Jin Ping tak mau melepas setiap opsi yang mungkin dapat menjadi penentu dalam persaingan global dan ketahanan energi.

Bagi Indonesia masalahnya menjadi agak rumit. Kita sudah terlambat dalam pengembangan teknologi kendaraan listrik. Menurut berita, Hyundai telah membangun pabrik di Cikarang. Secara bertahap memproduksi mobil bensin dan hybrid. Lalu pada 2025 akan memproduksi mobil listrik sebanyak 250.000 unit per tahun dari buah investasinya di Indonesia. Lagi-lagi kita mengubur ambisi memiliki mobil nasional.

Kapan ekosistem kendaraan listrik terbentuk di Indonesia? Roadmap-nya sudah pernah digelar pemerintah. Namun tantangannya adalah bagaimana kita mampu menyediakan fasilitas pengisian ulang baterai. Bukan tak mungkin kita akan rebutan mengisi baterai kendaraan kita. Banyak SPBU akan berganti menjadi SPKLU --Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum. Penamaan yang agak ganjil, tapi paling mungkin untuk fasilitas ini.

Hingga saat ini kita masih menghadapi fakta tentang lamanya pengisian baterai. Jauh lebih lama daripada mengisi tangki mobil dengan solar atau bensin. Dibutuhkan listrik berdaya tinggi dengan kabel yang mampu mengalirkan sejumlah daya tersebut. Dan tentu saja harus memenuhi standar keamanan. Jangan sampai pengguna fasilitas tersebut tersengat listrik dengan daya yang tinggi.

Banyaknya pemilik atau pengguna mobil membutuhkan jumlah fasilitas yang memadai. Tanpa ketersediaan fasilitas tentu akan menghambat terbentuknya ekosistem kendaraan listrik. Sekarang saja beberapa orang kaya sudah membeli mobil listrik. Walau harganya selangit dan pajaknya sebukit tak masalah bagi orang kaya. Toh para sultan dadakan itu bisa dengan mudah me-monetize ajang pamer kekayaan menjadi sumber pendapatan.

Dengan teknologi yang sudah berkembang pesat bukan berarti secara kalkulasi bisnis atau komersial menjadi feasible. Investasinya masih relatif mahal. Untuk fasilitas medium charging yang paling murah dengan kapasitas 25 kW senilai Rp 200 juta. Sementara yang fast charging Rp 800 juta hingga Rp 1,2 juta.

PLN yang merintis penyediaan fasilitas SPKLU pun merogoh kocek lumayan dalam untuk membeli dari beberapa vendor yang dianggap paling bagus. Ini menunjukkan bahwa tak hanya pabrikan kendaraan yang akan menjadi pemain utama di era mendatang. Ada juga mereka yang berada di garda depan dalam penguasaan teknologi baterai dan fasilitas pengisiannya.

Dari sisi bahan baku baterai sebenarnya kita memiliki potensi yang sangat besar dengan sumber daya alam yang kita miliki. Nikel dan kobalt misalnya. Kita tak boleh mengulang kekalahan masa lalu saat kita menjadi negara pengekspor minyak dan menjadi anggota OPEC. Kita tak mampu membangun kilang-kilang penyulingan hingga runtuhlah kedaulatan energi kita saat kita bergeser menjadi negara importir bahan bakar minyak.

Saat ini harus diakui bahwa atribut ramah lingkungan bagi kendaraan listrik itu belum tepat benar. Persediaan atau pasokan listriknya sebagian dihasilkan pembangkit yang menggunakan bahan bakar fosil. Tantangannya makin jauh. Energi angin dan surya lebih menjanjikan bagi lestarinya lingkungan.

Tak kurang-kurang kepandaian anak bangsa. Namun kebijakan pemerintah dan kesadaran para pengusaha nasional menjadi taruhannya. Apakah kita akan menjadi bangsa konsumen selamanya atau kita mampu menjadi produsen dan pemain kuat di ranah sains, teknologi, dan tentu saja ekonomi.

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads