Terus terang, saya bingung bagaimana menghibur diri di masa pandemi. Saya makin bingung saat anak dan istri juga kebingungan mau ngapain jika bosan dan merasa sepi. Terbersit dalam pikiran, coba kalau ada paket hiburan gratis, tentu akan sangat membantu dan menjadi solusi.
Pikiran saya pun melayang. Bagaimana orang-orang di luar sana? Apakah mereka bingung juga seperti saya?
Semua orang pasti butuh hiburan di masa pandemi ini. Dan saya yakin itu masalah kita semua. Lantas, bagaimana menjawab kebutuhan tersebut? Ke mana kita mencari?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi orang yang punya hobi dan menekuninya tentu lebih mudah menghibur diri. Mereka bisa berolah raga, menanam bunga, mengurus hewan peliharaan, dan apapun yang selama ini disukai. Dan tentu hiburan ini tak semuanya gratis, alias butuh modal.
Bagi orang yang memiliki cukup kuota internet, hiburan virtual jelas menjadi solusi. Saat bioskop dan konser musik tak ada lagi, mereka tinggal buka Netflix, Disney, Youtube, dan Spotify. Bagi orang yang punya hobi namun tak bermodal, dan orang yang pingin hiburan virtual namun tak memiliki cukup kuota internet, bagaimana?
Pandemi pasti membawa konsekuensi. Perubahan pasti terjadi. Bagi orang yang siap dengan perubahan, ia akan tetap bertahan. Nah, bagaimana yang tak siap perubahan?
Kesiapan menghadapi pandemi bagi tiap orang tentu berbeda-beda tergantung dari kemampuan yang dimiliki. Kemampuan di sini menurut saya bisa berupa kemampuan pengetahuan dan berapa tabungan uang yang disimpan.
Pengetahuan mempengaruhi daya survival seseorang. Dengan pengetahuan yang baik, orang memiliki daya literasi untuk mencari tahu apa yang terbaik untuk dirinya di masa-masa sulit. Ia bisa menjelajah, mencari, dan akhirnya menemukan pilihan-pilihan tipe hiburan terbaik untuk dirinya.
Orang yang memiliki simpanan uang di tabungan juga punya daya tahan hidup di masa seperti ini. Dengan uang, seseorang akan mudah membuat pilihan barang apa yang diminati untuk dibeli, dan menggunakan barang tersebut sebagai alat menghibur diri. Taruhlah beli sepeda, tanaman, atau bunga indah yang mahal, dan mungkin mengikuti kegiatan daring berbayar. Nah, bagaimana dengan masyarakat miskin pengetahuan dan miskin uang?
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan terjadi pertumbuhan tingkat kemiskinan menjadi 10,63 persen akibat pandemi Covid-19. Total penduduk miskin diproyeksi meningkat dari 24,79 juta orang menjadi 28,7 juta orang. Itu yang terdata, dan mungkin kita harus mulai peka, bisa jadi mereka ada di sekitar kita. Pernahkah kita memikirkan, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari? Bagaimana pula mereka menghibur diri?
Saya tak ingin mendiskriminasi, membedakan "si kaya" dan "si miskin" di masa pandemi. Saya hanya ingin berbagi empati antara kita yang sama-sama terdampak pandemi. Ada yang memiliki kemampuan lebih dan ada yang kurang, apa salahnya berbagi?
Saya jadi ingat, beberapa waktu lalu juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto pernah diprotes karena mencatut kata "si kaya" dan "si miskin" dalam penanganan pandemi, yang akhirnya diklarifikasi karena sempat menjadi kontroversi.
Di sisi lain, saya mengapresiasi pemerintah yang telah memberikan berbagai bantuan dalam bentuk paket sembako dan uang tunai kepada masyarakat terdampak pandemi. Ada juga bantuan modal untuk pengusaha mikro-kecil, dan akhirnya ada pula bantuan kuota internet bagi pelajar yang kesulitan belajar daring.
Paket tersebut mungkin cukup membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, cukupkah paket tersebut mengisi ruang hiburan masyarakat yang kosong?
Saya percaya, hiburan termahal bagi masyarakat saat ini adalah ketenangan yang dirasakan saat berjuang memenuhi kebutuhan. Namun isu yang berkembang akhir-akhir ini semakin membuat bingung, akhirnya menambah keresahan dan mengusik ketenangan.
Berbagai isu bermunculan, dari isu munculnya kembali PKI, simpang siurnya penanganan pandemi, hingga pengesahan UU Cipta Kerja yang baru saja diprotes dan memunculkan berbagai aksi. Isu-isu itu justru semakin memperburuk suasana hati dan menambah penderitaan di masa pendemi.
Setitik Optimisme
Di saat beban kehidupan semakin berat, apa yang bisa dilakukan untuk menghibur diri? Kita bisa berharap pada si kaya yang banyak pengetahuan dan punya uang, tetapi itu kan harapan, bisa terkabul dan bisa juga tidak. Karena bicara orang per orang kita paham, kepala sama hitam, tapi isi kepala siapa yang tahu?
Ada setitik optimisme terjadi beberapa waktu lalu. Ada gerakan berbagi kebutuhan pokok beras, sayuran, buah, dan lainnya di berbagai kompleks perumahan. Bahkan sempat ramai di berita media.
Saya masih berharap dan menunggu episode selanjutnya. Yang saya tunggu adalah gerakan saling menghibur atau berbagi hiburan antarwarga. Dan, saya masih setia menunggu episode itu hingga saat ini. Namun yang ada selalu isu dan berita yang tak menenangkan hati. Akhirnya, hiburan semakin sulit dicari, dan jangan terlalu berharap "paket hiburan gratis" datang.
Tetap bersyukur, karena mengeluh justru menambah penderitaan dan sakit hati. Bagaimanapun sulit dan terbatas, tak ada salahnya membuat paket hiburan sendiri, menciptakan formula hiburan versi kita sendiri. Hiburlah diri sendiri, karena kita sendirilah penghibur sejati. Tetaplah santuy dan berani menghadapi pandemi.
Kepada pemerintah bolehlah kita berharap, paket bantuan kebutuhan pokok dan paket kuota internet jangan sampai terhenti, dan kalau bisa ditambah lagi, agar masyarakat tenang menghadapi pandemi.
Ambar Susatyo warga masyarakat terdampak pandemi
(mmu/mmu)