Lagu Lama Hantu Komunisme
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Lagu Lama Hantu Komunisme

Rabu, 30 Sep 2020 10:41 WIB
Fitraya Ramadhanny
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
faya
Fitraya Ramadhanny
Jakarta -

Setiap tahun mendekati 30 September, isu komunisme diramaikan. Lama-lama masyarakat juga hafal, seperti lagu yang diulang-ulang dan membosankan.

Tapi isu komunisme ini seperti hantu. Kita semua diminta takut dan waspada, tapi entah pada siapa, tidak jelas wujudnya. Kampanye anti-komunisme ini membawa jargon 'jangan lupakan sejarah'.

Betul, tapi jangan lupa juga bahwa zaman sudah berubah. Coba saja diuji logikanya. Peristiwa G30S/1965 terjadi 55 tahun lalu. Sebuah tragedi menyedihkan dan makan banyak korban jiwa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Separuh abad berlalu, tapi narasi komunisme kok masih saja sama seperti 1965, khas zaman Perang Dingin ketika komunisme adalah bahaya yang mengintai di kegelapan. Lalu apa tidak tahu dunia berubah jadi seperti apa sekarang? Kan sekarang sudah terang benderang.

Kalau PKI sekarang bangkit, dia mau apa? Mau ikut pemilu modern kita? Bisa nggak lolos parliamentary threshold? Mau berkiblat ke mana; Uni Sovyet --sudah bubar. China? Isinya Alibaba, Huawei, dan Tiktok --kurang kapitalis apa China sekarang; komunisme yang tersisa tinggal partainya. Korea Utara? Siapa yang mau menghubungi negara yang mengisolasi diri itu? Faktanya, komunisme sekarang sudah semakin ditinggalkan dunia.

ADVERTISEMENT

Apa ada partai komunis modern abad ke-21? Ada, salah satunya malah Palestina yang punya partai komunis, namanya Palestinian People's Party. Siapa sangka komunisme berubah dalam 50 tahun terakhir. Kalau di Indonesia masih jualan narasi komunisme ala 1965, kok rasanya seperti baru keluar dari gua.

Setelah 50 tahun, makin banyak informasi baru soal G30S/1965. Film buatan Orde Baru bebas ditonton kapan saja di YouTube. Tapi sekarang juga ada film Jagal dan Senyap. Buku-buku sejarah baru juga bermunculan memberi informasi yang tidak mungkin disampaikan di masa Orde Baru. Bahkan CIA pun setelah 50 tahun membuka dokumen mereka tentang G30S/1965. Ratusan berita baru soal Peristiwa 1965 sudah dipublikasikan aneka media nasional. Tinggal dibaca.

Sekarang adalah kesempatan kita untuk belajar sejarah bangsa kita dengan utuh dan fair. Biar tahu bahwa ormas-ormas underbouw PKI memang pernah sejahat itu kepada umat Islam. Tapi kita juga bisa belajar bahwa banyak rakyat kecil yang tidak tahu apa-apa dibantai karena disangkut-pautkan PKI.

Jangan lupa dengan sejarah, tapi jangan lupa juga zaman berubah. Sampai kapan mau memelihara dendam dan ketakutan? Lagi pula TAP MPRS No 25/1966 masih ada kok.

Kalau kita mau menghargai jasa Pahlawan Revolusi, dukunglah inisiatif keluarga Pahlawan Revolusi seperti Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo yang menciptakan Forum Silaturahmi Anak Bangsa antara keluarga Pahlawan Revolusi dan keluarga DN Aidit. Apa kita ada dalam barisan itu?

Kalau kita mau menghargai jasa Letjen TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo memberantas PKI, teladani juga langkah Sarwo Edhie menjalin silaturahmi dengan keluarga DN Aidit. Memeluk Ilham Aidit dalam acara Wanadri dan bicara dari hati ke hati dengan dia. Apa kita ada dalam barisan itu?

PKI sudah mati dan komunisme sudah tidak laku lagi. Bahaya laten kita hari ini bukan PKI dan komunismenya. Tapi perilaku politik menabur konflik, yang diteruskan sampai sekarang.

Ormas underbouw PKI pernah membubarkan acara di masjid dalam Peristiwa Kanigoro di Kediri, 13 Januari 1965. Apa sekarang masih ada ormas membubarkan kegiatan ibadah?

PKI menyebar fitnah Dewan Jenderal yang mau kudeta. Apa sekarang masih ada yang suka menyebar fitnah?

PKI menyebar hoax Dokumen Gilchrist soal kekuatan Barat akan mendukung kudeta oleh tentara. Apa sekarang masih ada yang menyebar dokumen hoax?

PKI memberikan julukan kebencian untuk kubu yang berbeda pandangan politik dengan sebutan Antek Nekolim. Apa sekarang masih ada yang memberikan julukan-julukan kebencian?

PKI dibenci, tapi kok cara-caranya diikuti. Aksi intoleransi, menyebar fitnah, hoax, dan ujaran kebencian, itulah bahaya laten yang mengancam negeri kita hari ini.

Peristiwa G30S/1965 adalah tragedi yang melukai bangsa. Tapi luka itu harus disembuhkan seperti cara yang dilakukan keluarga Pahlawan Revolusi dan Sarwo Edhie. Bukan lukanya dikorek terus biar berdarah setiap tahun di bulan September.

Hantu komunisme terus dimainkan untuk menakut-nakuti kita. Tapi toh masyarakat lebih rasional. Boro-boro PKI, pandemi Corona lebih mengkhawatirkan kita sekarang.

Fitraya Ramadhanny redaktur pelaksana di detikcom. Tulisan ini pendapat pribadi, tidak mewakili redaksi

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads