Meluruskan Niat Kuliah
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom Kang Hasan

Meluruskan Niat Kuliah

Senin, 07 Sep 2020 10:12 WIB
Hasanudin Abdurakhman
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
kang hasan
Hasanudin Abdurakhman (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta -

Minggu ini atau minggu depan, di berbagai perguruan tinggi perkuliahan tahun ajaran baru akan dimulai. Ada puluhan ribu anak muda bersiap untuk memulai lembaran baru dalam perjalanan hidup mereka, pindah dari status sebagai pelajar SMA menjadi mahasiswa. Ada yang diterima di PTN melalui berbagai jalur masuk yang tersedia. Ada pula yang tidak diterima, dan akhirnya memilih untuk masuk ke PTS.

Ketika masih jadi dosen dulu, saya selalu membuka kuliah pertama saya untuk mahasiswa baru dengan pertanyaan, "Untuk apa kamu kuliah? Apa tujuanmu kuliah?" Banyak mahasiswa yang gelagapan dengan pertanyaan itu; tidak memiliki jawaban. Sebagian besar dari mereka tidak pernah mengajukan pertanyaan itu kepada dirinya sendiri. Ada yang memberi jawaban klise, ingin menambah ilmu, tanpa penjelasan memadai soal menambah ilmu tersebut.

Biasanya saya tegaskan kepada para mahasiswa bahwa mereka kuliah untuk mengumpulkan bekal untuk hidup sebagai orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab. Dalam bahasa praktis, Anda semua harus bekerja saat lulus kuliah kelak. Anda bisa bekerja sebagai karyawan, menjalankan usaha sendiri, atau bekerja sebagai profesional yang mandiri. Apapun jalan profesi yang Anda pilih, Anda harus mengumpulkan pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan selama kuliah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salahkah jawaban "ingin menambah ilmu" tadi? Tidak. Saya sebut itu jawaban klise, yaitu jawaban ketika mahasiswa tidak bisa menjawab sesuatu secara substansi. Menambah itu untuk tujuan apa? Itulah yang kurang dari jawaban itu, yaitu sebuah tujuan. Dari awal pertanyaan saya adalah tentang sebuah tujuan. Kalau menambah ilmu adalah tujuan, kita tahu ilmu itu sangat luas. Ilmu apa yang ingin Anda dapatkan? Anda tidak mungkin menguasai semuanya. Anda memilih suatu jurusan, artinya Anda menentukan ilmu apa yang akan Anda pelajari. Pilihan itu tentu berdasar suatu alasan. Itulah yang saya tanyakan.

Banyak mahasiswa tidak bisa menjawab karena mereka memang tidak pernah memikirkannya. Sebagian dari mahasiswa saya itu menjawab bahwa mereka kuliah karena disuruh oleh orangtua. Ada pula yang menganggap bahwa kuliah adalah konsekuensi otomatis setelah seseorang lulus SMA. Tidak hanya mahasiswa di kelas saya yang begitu. Saya sudah berkeliling ke banyak kampus di seluruh Indonesia untuk memberikan kuliah tamu. Selalu saya ajukan pertanyaan tadi, dan jawabannya selalu seperti itu.

ADVERTISEMENT

Para mahasiswa perlu menetapkan tujuan spesifik terhadap langkah mereka untuk kuliah. Tujuan yang bisa diterjemahkan menjadi rencana. Tanpa proses penerjemahan menjadi rencana, rumusan tujuan hanya akan menjadi kalimat klise tadi. Yang saya ajarkan adalah rumuskan tujuanmu secara spesifik: Anda akan menjalani profesi apa setelah lulus kuliah; mau kerja di mana, sebagai apa.

Penetapan tujuan membawa konsekuensi. Anda memutuskan untuk menjalani sebuah profesi setelah lulus kuliah kelak. Misalnya, Anda ingin bekerja sebagai engineer, akuntan, atau pengacara. Atau, Anda ingin memulai bisnis. Semua itu punya syarat yang harus Anda penuhi. Apa syarat untuk jadi engineer? Apa syarat untuk jadi akuntan? Apa syarat untuk jadi pengacara? Apa syarat untuk memulai sebuah bisnis?

Syarat-syarat yang dimaksud bukan sekadar syarat formal seperti punya ijazah atau gelar sarjana. Faktanya, banyak orang bergelar sarjana teknik tapi mereka tidak jadi engineer, sebagaimana banyak sarjana hukum yang tidak jadi pengacara. Tidak menjadi itu bukan karena mereka tak memilih, tapi karena mereka tak memenuhi syarat. Untuk menjadi sesuatu ada sejumlah syarat kompetensi yang harus dimiliki. Kompetensi itulah yang harus dikumpulkan selama kuliah.

Banyak mahasiswa yang tidak sadar soal hal ini. Mereka berpikir pada level formal. Kalau sudah kuliah di jurusan anu, maka serta merta akan dapat kompetensi anu. Lebih parah lagi, banyak yang mengira bahwa kalau sudah lulus kuliah, serta merta ada lowongan pekerjaan yang tersedia untuk mereka.

Kenyataannya, lowongan pekerjaan itu terbatas. Jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia memang terbatas. Tapi dari pengalaman saya bekerja di dunia industri, sering pula saya temui bahwa keterbatasan itu berasal dari ketiadaan kompetensi. Artinya, ada lowongan pekerjaan, tapi orang-orang yang berharap bisa mengisi lowongan itu ditolak karena tidak memiliki kompetensi yang cukup.

Ringkasnya, kuliah bukan sekadar masuk ke perguruan tinggi dan menjalani proses yang disediakan oleh kampus. Kuliah adalah tindakan terencana untuk mengumpulkan kompetensi. Anda, mahasiswa, yang paling bertanggung jawab soal itu.

Tetapkan tujuan Anda, lalu mulailah mengumpulkan informasi soal kompetensi apa yang Anda perlukan untuk mencapai tujuan Anda. Lalu susun rencana untuk mendapatkan kompetensi itu. Sebagian dari kompetensi itu bisa Anda dapatkan dari perkuliahan, tentu saja. Namun sangat penting untuk diingat bahwa lulus suatu mata kuliah tidak menjamin Anda memiliki sebuah kompetensi. Periksalah apakah yang Anda dapat di perkuliahan memang sudah cocok dengan kebutuhan di dunia profesional atau di pasar kerja.

Yang tidak kalah penting, ada sebagian dari kompetensi yang Anda butuhkan tidak disediakan oleh kampus. Misalnya, kemampuan berbahasa asing. Kemampuan ini, khususnya berbahasa Inggris, tidak akan Anda dapatkan dari perkuliahan. Kuliah bahasa dalam kurikulum kampus hanya sekadar pelengkap. Untuk mendapat kompetensi itu Anda harus mencari sendiri. Ada banyak kompetensi lain yang harus Anda bangun sendiri, misalnya kemampuan menulis, presentasi, mengorganisasi, dan sebagainya.

Inilah poin terpenting yang harus Anda sadari. Kuliah bukan sekadar mengumpulkan ilmu atau kompetensi melalui program yang sudah dibuatkan pihak lain, dalam hal ini kampus. Kuliah adalah proses mempersiapkan diri untuk menjadi orang mandiri dengan berbagai kompetensi. Proses itu Anda rancang sendiri, Anda jalani, dan Anda evaluasi hasilnya. Anda adalah pemeran dan pemegang kendali. Inilah yang disebut dengan proses belajar adult learning.

Bagi saya, kompetensi terpenting yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah kemampuan mengelola proses belajar tadi. Kelak di dunia kerja ia harus terus belajar. Tamat kuliah bukanlah akhir dari proses belajar. Itu hanya sebuah awal. Setelah itu akan ada proses belajar berkelanjutan. Tanpa kemampuan mengelola proses belajar secara mandiri tadi, seseorang akan mentok, tidak berkembang.

Kepada para mahasiswa baru saya ingin mengajak untuk meluruskan niat. Tetapkan secara tegas apa tujuan Anda. Segera kumpulkan informasi tentang tujuan tersebut, apa yang Anda butuhkan untuk mencapainya. Susun rencana untuk mendapatkan segenap syarat yang diperlukan tadi. Sadarilah bahwa setiap saat dalam masa kuliah Anda adalah saat berjuang untuk mengumpulkan setiap kompetensi tadi. Setiap kegagalan dalam masa kuliah itu adalah kegagalan di masa depan Anda. Jangan sampai saat lulus Anda menjadi orang yang tidak memiliki tempat untuk dituju, karena berbagai pintu tertutup bagi Anda.

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads