Eks Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono bicara soal kebakaran Gedung Utama Kejaksaan Agung (Kejagung). Dia tidak percaya soal dugaan bahwa ada pihak yang sengaja membakar gedung Kejagung.
Hendropriyono meminta semua pihak untuk tidak berspekulasi di saat aparat kepolisian sedang melakukan penyelidikan. Dia mengatakan pernyataan-pernyataan berbau spekulasi terkait kebakaran gedung Kejagung bak peribahasa menggantang asap alias perbuatan sia-sia.
Dia mengatakan Kejagung di bawah kepemimpinan Jaksa Agung ST Burhanuddin tengah banyak menangani kasus besar dari kasus korupsi Jiwasraya hingga penanganan kasus Djoko Tjandra. Menurutnya, tak relevan jika kebakaran di Kejagung bertujuan menghilangkan berkas kasus-kasus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, menurutnya, saat ini berkas kasus sudah dikelola secara digital. Di luar itu, Hendropriyono juga bicara soal manajemen pengelolaan gedung imbas kebakaran ini yang juga harus dipikirkan pengelola gedung lainnya.
Untuk diketahui, gedung Utama Kejagung dilalap si jago merah pada Sabtu (22/8) sekitar pukul 19.00 WIB. Puluhan unit mobil pemadam kebakaran dan ratusan petugas damkar gabungan berupaya memadamkan api hingga Minggu (23/8) pagi.
Pihak Kejagung memperkirakan kerugian akibat kebakaran gedung utama ditaksir mencapai Rp 1,1 triliun. Nilai tersebut merupakan angka sementara karena saat ini belum diketahui secara pasti.
Berikut wawancara Hendropriyono:
- Pak, banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa paling menghebohkan di pertengahan tahun 2020 ini. Di antaranya, gedung berusia 50 tahun lebih itu disebut-sebut sengaja dibakar. Menurut Bapak sebenarnya Kejaksaan Agung itu terbakar atau ada indikasi sengaja dibakar?
Soal kebakaran ini, kan sudah diselidiki aparat kepolisian. Tapi saya yakin, tidak benar sengaja dibakar.
- Tapi spekulasi ini kan tidak tiba-tiba muncul? Tapi berkembang yang intinya terkait dugaan untuk menghilangkan berkas kasus-kasus besar.
Hei.... Saya peringatkan agar publik jangan menggantang asap, ya! Spekulasi yang dilemparkan ini adalah pekerjaan sia-sia yang tidak realistis. Tidak benar jika kebakaran kantor Kejagung karena sengaja. Ini hanya untuk menyerang dan membunuh karakter Jaksa Agung.
Jika dikaitkan tuduhan kebakaran disengaja itu tujuannya untuk menghilangkan bukti-bukti perkara besar, juga jelas tidak mungkin. Ngapain membakar gedungnya? Ini tindakan bodoh sekali. Zaman sekarang ini arsip-arsip berkas kan sudah digital. Meskipun dibakar fisiknya, arsip digital di tempat lain pasti masih aman. Jadi kalau spekulasi membakar itu menghilangkan barang bukti atau berkas, pasti sudah terbantahkan.
- Jadi menurut Anda spekulasi kabar kebakaran Gedung Kejaksaan Agung disengaja itu hanya hoax?
Yes, sekali lagi itu hanya hoax untuk membunuh karakter Jaksa Agung ST Burhanuddin. Harusnya, penyebar hoax itu ditindak sesuai dengan UU ITE, tidak sulit kok untuk mencari pelakunya. Karena begini ya, barang siapa menyulut api fitnah, dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya.
- Pak Hendropriyono, sejak ST Burhanuddin memimpin Kejaksaan Agung, banyak sekali kasus korupsi kelas kakap yang ditangani. Di antaranya kasus Jiwasraya yang sangat rumit itu. Sehingga lembaga itu kembali mendapat kepercayaan publik. Menurut Anda?
Betul sekali, selama ini aparat Kejaksaan Agung agak kurang dipercaya. Karena kalah pamor dengan KPK. Padahal, kejaksaan itu kan sampai level kabupaten. Banyak sekali kasus korupsi yang ditanganinya. Ratusan triliun dana hasil korupsi dan harta koruptor disita dan dikembalikan ke kas negara. Namun, karena sebagian kasus ini hanya level daerah dan nggak terlalu fantastis, maka kalah pamor publik dan kurang seksi di media.
Jadi kinerja kejaksaan dianggap tak sekinclong KPK. Padahal, kalau kasus korupsi yang nilainya miliaran hingga ratusan miliar rupiah, banyak sekali yang ditangani. Sementara, di KPK juga ada yang hanya kecil saja, tapi hebohnya luar biasa. Ibarat kata, petirnya mengguntur di mana-mana tapi hujannya tak seberapa. Tapi KPK yang koar-koar itu bukan KPK yang sekarang loh ya. Kalau KPK yang sekarang bekerjanya silent, tapi efektif. Sudah baik itu.
Begitu juga soal korupsi di Skandal Jiwasraya. Kasus ini begitu rumit dan begitu berlapis-lapis perusahaan yang terlibat. Bisa diselesaikan dengan baik oleh aparat Kejagung kita. Ini membuktikan kalau ST Burhanuddin bukan orang sembarangan, dia orang yang cocok di tempat yang pas. The right man in the right place. Tidak salah Pak Jokowi menempatkannya sebagai Jaksa Agung. Saya melihat sosok Jaksa Agung ST Burhanuddin ini justru sosok brilian dan orang tepat memimpin lembaga itu.
- Mungkinkah kasus Jiwasraya menumpangi kasus Djoko Tjandra di balik kebakaran itu?
Ha.. ha.. Kan hasil penyelidikan polisi atas peristiwa itu belum diumumkan. Jangan terlalu berspekulasi liar. Apalagi turut menyebarkan hoax yang bisa dimanfaatkan koruptor atau pihak lain untuk membunuh karakter Jaksa Agung dan aparatnya.
- Soal Djoko Tjandra ini kan juga melibatkan internal Kejaksaan Agung, yaitu jaksa Pinangki Sirna Malasari. Mungkinkah bisa dituntaskan karena kabarnya banyak sekali pihak internal yang terlibat?
Sekali lagi, saya tegaskan bahwa ST Burhanuddin sepanjang yang saya tahu track record beliau itu orang baik, bersih dan akan mengerjakan tugasnya dengan baik. Saya yakin semua jaksa-jaksa nakal yang terlibat akan disanksi tegas. Jadi jika kasus Djoko Tjandra ini diarahkan untuk menyerang Jaksa Agung ST Burhanuddin, tidak akan berhasil.
Selain itu, Jaksa Agung menyambut baik adanya penyelidikan TPPU atas Jaksa Pinangki Sirna Malasari dalam kasus Djoko Tjandra, nah dengan begitu seluruh aliran dana dalam kasus itu kan bisa ditelusuri ke mana saja, ke siapa saja, tidak bisa ditutupi lagi. Jadi apalagi yang diragukan? Mungkin sekarang koruptor gerah dengan sepak terjang ST Burhanuddin.
- Dari berbagai peristiwa di Kejaksaan Agung ini pak, apa yang bisa kita pelajari?
Mari kita dudukkan segala persoalan itu sesuai porsinya. Kalau soal kebakaran gedung Kejaksaan Agung, mari kita usut sesuai dengan hasil pemeriksaan Polri. Soal manajemen pengelolaan gedung itu perlu kita perlu akui harus ada perbaikan, tidak hanya di Kejagung. Tapi seluruh aset pemerintah. Tidak mungkin manajemen gedung dibebankan kepada seorang Jaksa Agung, apalagi tujuannya untuk menjatuhkan seorang ST Burhanuddin secara pribadi.
Soal jaksa nakal dalam kasus Djoko Tjandra, sudah ada tindakan tegas. Yang ikut terlibat yang harus ditindak sesuai dengan kesalahannya. Apalagi Jaksa Agung sudah menegaskan akan menindak semua pihak yang terlibat. Jadi kita tunggu dan kita awasi bersama agar penegakan hukum kita makin profesional. Begitu ya, terima kasih.
(jbr/fjp)