Bukan Sekadar Kembali
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Bukan Sekadar Kembali

Selasa, 25 Agu 2020 11:40 WIB
Ali Damanik
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
poster
Ilustrasi: Edi Wahyono
Jakarta -

Saat orang-orang mulai kembali beraktivitas di kantor-kantor, pelan-pelan perkantoran menjadi kluster baru penyebaran Covid-19. Angkanya pun perlahan tapi pasti merangkak naik. Ini sepatutnya menjadi alarm serius untuk para pemimpin di kantor-kantor tersebut.

Kebijakan kembali ke kantor itu sepatutnya dipersiapkan dengan bekal yang memadai. Bukan cuma sekadar bekal 3M --memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Kebijakan 3M itu mungkin cocok untuk ruang publik yang periode interaksinya terbatas, seperti di mall, rumah ibadah, pasar atau kafe.

Di kantor, orang bisa tinggal lebih dari 8 jam x 5 hari seminggu dalam satu ruang dengan interaksi intens. Pola interaksi itu sudah dibangun dalam siklus kebiasaan bertahun-tahun. Akan dengan mudah pola interaksi sebelum era Covid itu dilanjutkan di era adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Old habits never die. Oleh karena itu penting bagi setiap kita untuk memikirkan apa yang digaungkan oleh Jim Hagemann Snabe, Chairman Siemens AG dan Allianz SE, sebagai mentalitas "renewal not return".

Covid-19 ini mengajarkan kita bahwa cara-cara bekerja lama sudah tidak relevan lagi. Contohnya, model perencanaan (planning) strategi yang terlalu detail dan berlapis-lapis sudah out of date. Karena orang sudah tidak bisa menebak lagi kejutan apa yang akan dihadirkan oleh sang virus besok hari, lusa, dan seterusnya. Tetapi pada saat yang sama, orang tetap harus punya energi bekerja dan menghadapi hari esok.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, mereka harus tetap punya ambisi yang dibangun dari visi yang jelas. Orang harus cukup jelas melihat puncak gunung yang ingin mereka tuju jauh di sana, sehingga mereka tidak kehilangan arah dan terus termotivasi untuk bergerak.

Bagaimana cara menempuhnya, dibutuhkan fleksibilitas dan juga resiliensi. Cukup lentur untuk bisa merespons situasi dan kondisi, dan pada saat yang sama cukup lasak di tengah segala tantangan.

Kita mungkin sudah memiliki visi yang ambisius untuk bisa selamat melewati masa pandemi, dan strategi kita juga sudah dipahat se-resilien mungkin di tengah ketidakpastian. Tetapi the enemy is always in the detail --detail yang dibangun di atas kebiasaan bertahun-tahun sebelum era Covid. Datang pagi-pagi di kantor, nongkrong, ngopi, atau sarapan bareng di pantry atau di warung sambil kongko-kongko.

Mulai bekerja sambil terus kongko. Sesekali mampir ke meja kerja atau kubikel orang, ngobrol lagi panjang kali lebar, istirahat sebentar sambil ngopi atau ngudud sambil ngobrol lagi, meeting berlama-lama dalam suatu ruangan terbatas yang sebagian bahasannya melenceng ke mana-mana, dan seterusnya, dan seterusnya.

Itu adalah aktivitas rutin harian di kantor hampir semua orang. Di era pandemi, yang rutin dan biasa itulah ancaman mengintai. Lengah sedikit saja dari 3M di semua rutin itu, terjebaklah kita dalam lingkaran pandemi yang tak habis-habis ini.

Oleh karena itu, penting untuk kita terus memperbarui cara kita berfikir dan bekerja (renewal) di hari-hari ini, dan bukan cuma sekedar kembali (return) ke kantor dengan kebiasaan lama. Stay safe, teman-teman!

Ali Damanik analis dan pelatih bisnis dan kepemimpinan

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads