Merajut Optimisme Bersama UMKM
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Merajut Optimisme Bersama UMKM

Minggu, 14 Jun 2020 20:00 WIB
Rabin Hattari
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Dharma Wanita Festival atau DhawaFest 2019 digelar di lingkungan Kementerian Keuangan. Yuk kita lihat beragam produk UMKM yang dipamerkan.
Foto: Ilustrasi produk UMKM (Pradita Utama)
Jakarta -

Akankah ada survival of the fittest, atau seleksi alam, di bidang ekonomi pada masa transisi pasca-pandemik wabah COVID-19 ini?

Mungkin saja. Terlebih jika para pelaku bisnis lebih menonjolkan sikap pesimisme setelah melihat bagaimana serangan virus yang tidak terlihat mata ini menjungkirbalikkan, tak hanya ekonomi, tapi juga tatanan sosial dan politik di seluruh dunia.

Memang pasti ada seleksi alam. Namun ketimbang menunggu kapan nasib itu datang, bukankah jalan menghindar dari prahara hancur dan mati secara ekonomi dan bisnis juga terbuka lebar? Apalagi jika upaya untuk luput dari seleksi alam itu didasari sikap optimistis. Seperti yang dikatakan Martin Seligman dalam buku, "Learned Optimism - How to Change Your Mind and Your Life," tak hanya jalan keluar dari masalah saja yang bisa diperoleh, sikap optimistis mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sektor usaha kecil, mikro,dan menengah (UMKM) sebagai sendi utama ekonomi Indonesia jelas menghadapi guncangan hebat saat COVID-19 mulai merebak di tanah air sejak awal Maret lalu. Kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar) yang harus diambil demi menghentikan penyebaran virus, mau tidak mau membuat mata rantai terkait UMKM terguncang.

Terjadinya penurunan daya beli masyarakat yang mencapai 68%; kesulitan permodalan (12%); kendala distribusi (10%); kesulitan bahan baku (6%), dan terhambatnya produksi sebanyak 4%, menghantam daya tahan para pahlawan ekonomi nasional itu. Padahal sebelum diporak poranda serangan virus Corona, sumbangsih UMKM bagi ekonomi Indonesia mencapai, 90%.

ADVERTISEMENT

Kini memasuki masa transisi paska Covid-19, waktunya yang tepat bagi UMKM untuk kembali optimis dan bangkit lagi. Sudah tentu tak hanya sekadar meneruskan bisnis as usual. Namun harus pula dibarengi skill beradaptasi serta bertransformasi karena situasi ke depan yang dihadapi mengalami perubahan.

Tapi yang jelas, para pelaku usaha di sektor UMKM itu jangan pernah merasa sendiri untuk bangkit. Kementerian BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengemban tugas sebagai lokomotif pembangunan Indonesia sebenarnya sudah memikirkan langkah-langkah strategis, cepat, dan kongkrit dalam membantu sektor UMKM untuk beradaptasi, bahkan bertransformasi agar kembali kuat.

Dengan menjadi dirijen dari 108 BUMN, dan hampir 77 % terkoneksi dengan UMKM, Kementerian BUMN akan mengorkestrasikan agar para BUMN memainkan perannya sebagai development agent untuk kembali membangkitkan UMKM. Apalagi dalam program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) untuk BUMN yang dianggarkan sebesar Rp 52,57 T, terdapat alokasi untuk Penyertaan Modal Negara (PMN) terhadap empat BUMN dengan total Rp 15,5 T, yang ujung-ujungnya juga bermuara ke UMKM. Baik untuk bantuan program pemberdayaan, layanan kredit modal mikro, dan penjaminan penyaluran kredit ke UMKM.

Jika dilihat ke belakang, perhatian BUMN terhadap UMKM bukan barang baru. Sebelum PEN muncul, Himbara (Himpunan Bank Negara) sudah merestrukturisasi Rp 180 T nilai kredit dari UMKM. Terakhir, Kementerian BUMN juga sudah menerbitkan kebijakan bahwa BUMN-BUMN harus prioritaskan proyek dengan tender Rp 2 miliar sampai Rp 14 Miliar ke para UMKM.

Belum lagi jika bicara dan berhitung besaran alokasi Corporate Social Resposibility (CSR) dan juga Public Service Obligation (PSO) dari para BUMN terhadap UMKM, baik sebelum dan semasa krisis Corona. Maka, semakin jelas bahwa BUMN sudah bersiap agar pahlawan ekonomi nasional itu bisa bangkit dan berhasil.

Bahkan kali ini, energi yang akan diberikan BUMN kepada para UMKM tak hanya sekedar untuk memutar roda ekonomi sektor yang dekat dengan rakyat itu seperti sediakala. Atensi BUMN terhadap UMKM kali ini juga lebih ditekankan agar mampu meningkatkan nilai ekonomi dan dampak sosial yang lebih besar bagi Indonesia.

Ambil contoh pada aspek kesehatan. Krisis kesehatan dengan belum ditemukannya vaksin, obat, serta kebutuhan peralatan dan tenaga medis bisa dilihat sebagai peluang bagi BUMN bersama UMKM yang terkait bidang tersebut.

Dengan beradaptasi melakukan inovasi produk dengan spesifikasi khusus dan value yang lebih tinggi berdasarkan kebutuhan terkini itu diyakini akan membuka celah baru yang sebelumnya tidak ada.
Tak cuma itu, di tengah era digitalisasi ini, platform sebagai ladang transformasi bagi UMKM juga sudah disediakan oleh BUMN agar produk yang dihasilkan UMKM mudah diserap karena memiliki value yang lebih tinggi. Salah satunya, Kementerian BUMN sudah menyiapkan Pasar Digital (PADI) UMKM.

Platform digital ini akan mempertemukan BUMN dan UMKM sehingga setiap kontribusi BUMN terhadap UMKM di seluruh Indonesia selalu termonitor, sekaligus sebagai marketplace yang terintegrasi dalam mendukung e-commerce. Bahkan, platform tersebut juga berperan sebagai offtaker dari setiap produk yang dihasilkan UMKM.

So, jika BUMN optimistis akan masa setelah pandemik ini berakhir, maka UMKM harus punya sikap serupa. Kolaborasi yang dirajut semangat untuk maju bersama diyakini akan mampu membawa kita semua melewati tantangan ini. Apalagi, selama PSBB, kita juga melihat ada banyak pula UMKM yang tetap tangguh dan kuat. Tak hanya yang memiliki pasar yang sudah tumbuh, tapi juga bertahan terhadap dampak pandemik, punya akses bahan baku yang aman, serta sustainable.
Itulah pahlawan yang sesungguhnya.


Rabin Hattari, PhD
Staf Khusus Menteri BUMN

(gbr/gbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads