Melampaui (Protokol) "New Normal"
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Melampaui (Protokol) "New Normal"

Jumat, 05 Jun 2020 15:30 WIB
Firman Nugraha
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Hari Pertama New Normal di Depok, Begini Situasi Lalin di Margonda
Suasana lalu lintas pada hari pertama "new normal" di Depok, Jawa Barat (Foto: Ilman)
Jakarta -
Upaya masyarakat Indonesia bergulat dengan pandemi Covid-19 tampak memasuki sebuah fase baru. Pemerintah menyerukan bahwa masyarakat harus siap dengan wajah berkehidupan yang berbeda dari biasanya. Sebuah fase new normal. Di mana kita akan kembali menjalani aktivitas sosial-ekonomi dalam koridor rambu-rambu kesehatan dan kewaspadaan, bahwa Covid-19 akan terus mengancam keseharian kita hingga jangka waktu yang belum terkirakan.

Namun demikian, new normal haruslah dipahami tidak sebatas kembalinya kita pada rutinitas hajat sosial-ekonomi. Situasi krisis ini perlu dijadikan momentum refleksi bagi kita untuk lebih menyadari bahwa pandemi Covid-19 merupakan bagian dari respons alam atas ketidakseimbangan ekosistem kehidupan. Covid-19 bisa jadi bukanlah sebuah pandemi terdahsyat dan terakhir. Virus-virus pandemik lainnya mungkin akan muncul dan memberikan ancaman yang lebih besar jika dunia tidak lagi mampu menyelesaikan akar permasalahan peradabannya, yakni krisis ekologi.

Data WHO menunjukkan bahwa 70% penyakit menular endemik maupun pandemik disebabkan karena permasalahan lingkungan hidup. Dr Campbell-Lendrum menyatakan bahwa perusakan alam yang marak terjadi telah mengakibatkan timbulnya penyakit-panyakit baru. Hal ini terkonfirmasi diantaranya SARS, HIV, dan Covid-19 merupakan di antara virus zoonosis yang penularannya berasal dari binatang kepada manusia.

Kepentingan pembukaan lahan baru yang tak terkontrol untuk pertanian, peternakan, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur disebut menjadi faktor utama degradasi hutan dan punahnya keanekaragaman hayati. Kerusakan ekosistem tersebut tak ayal menjadi lahan subur bagi virus baru untuk berkembang biak. Dampak alih fungsi hutan turut pula membuka peluang resiko penularan zoonosis. Baik disebabkan infeksi yang terjadi baik pada binatang liar, binatang peliharaan, maupun infeksi yang ada pada manusia itu sendiri.

Di sisi lain, faktor perubahan iklim memungkinkan menjadi penyebab berkembangnya pandemi, penyakit tersebar melalui serangga seperti nyamuk dan kutu yang meningkat drastis populasinya dikarenakan perubahan iklim.

Besarnya ketergantungan pada bahan bakar fosil sebagai energi penghasil listrik dan transportasi tak pelak telah memperburuk polusi udara dan perubahan iklim. Bahkan jauh sebelum kecemasan publik karena pandemi Covid-19 saat ini, faktanya lebih dari 7 juta orang telah meninggal disebabkan polusi udara setiap tahunnya. Tanpa disadari bahwa polutan mikroskopik yang pekat menyelimuti lapisan udara sejatinya telah lama mengancam, terisap oleh saluran pernapasan kita, masuk sistem peredaran darah hingga menembus sistem imun tubuh, yang berisiko merusak paru-paru, jantung, dan otak kita.

Kerusakan ekologi dan perubahan iklim semakin mengkhawatirkan ketika melihat data pada 2019, tercatat 2.6 juta hektar lahan terbakar di Sumatra. The European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) menyebutkan bahwa kebakaran hutan di Indonesia telah memperburuk polusi udara emisi sebesar 720 megaton (720 miliar kg) karbondioksida.

Memaknai New Normal

Lebih dari sekadar protokol new normal, layaknya membiasakan diri menggunakan masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan menjaga jarak di tengah pandemi. Hal yang paling mendasar lainnya adalah bagaimana kita mampu membangun (kembali) kesadaran baru untuk suatu transformasi struktural bahwa politik pembangunan perlu melakukan reorientasi paradigma dari keusangan ekonomi linear-materialistik ke arah ekonomi sirkular-regeneratif.
Yaitu, sebuah praktik ekonomi yang mampu membangun harmoni dengan alam, meminimalkan sampah/limbah, melakukan pendaur ulangan sumber daya material (reuse, remanufacturing, recycling) serta mampu melakukan peremajaan sumber daya alam (repair and refurbishing). Alih-alih, pemerintah --melalui legislasi omnibus law-- mengobral kemudahan akses investasi dan industrialisasi dengan mengesampingkan kelestarian lingkungan hidup.
Maka new normal perlu dimaknai spiritnya sebagai sebuah political will untuk menyelenggarakan pembangunan yang lebih berwawasan lingkungan (sustainable development). New normal merupakan sebuah adaptasi kritis untuk mengembangkan praktik-praktik ekonomi hijau (green economy) melalui pengelolaan pertanian dan kehutanan yang berkelanjutan, mendorong penggunaan teknologi bersih (clean technology), serta pembangunan infrastruktur hijau (green infrastructure). Sebuah skema di mana pertumbuhan ekonomi perlu didorong oleh kesadaran kritis yang melibatkan kepentingan ekologi sebagai bagian yang tak terpisahkan.

Pada gilirannya, kenormalan baru adalah juga tentang adanya komitmen pemerintah untuk melakukan investasi lebih besar pada penciptaan energi alternatif. Yaitu energi baru dan terbarukan yang lebih murah, bersih, serta ramah lingkungan. Upaya ini sebenarnya semakin menemukan momentumnya, saat hampir di seluruh negara, batu bara kian kehilangan nilai ekonomisnya karena tidak mampu lagi bersaing dengan pilihan energi lain, yang lebih murah seperti energi surya.

Di tengah semakin banyaknya perusahaan tambang batu bara yang tutup bahkan mengalami bangkrut, hal tersebut seyogianya dapat dibaca oleh pemerintah sebagai momentum untuk melakukan gerakan divestasi tambang batu bara dan energi berbasis fosil lainnya.

Kembali ke Alam

Kesadaran memulihkan hubungan simbiosis mutualisme antara manusia dengan alam tidak saja diposisikan sebagai upaya kita mencegah pandemi. Melainkan sebuah pemikiran bahwa pada dasarnya kualitas kesehatan fisik dan emosional manusia sangatlah dipengaruhi oleh sentuhan dan hubungannya dengan alam sekitar. Ironisnya, intensitas hubungan ini semakin terancam di tengah tren urbanisasi dan digitalisasi yang pesat.

Gaya hidup sedentari masyarakat urban, tergambarkan seperti kurangnya aktivitas fisik, disesaki dinding-dinding beton, dengan sinar matahari yang terbatas, ditambah buruknya kualitas udara, dan meningkatnya screen time, telah berakibat tidak hanya meningkatnya kasus obesitas dan melemahnya daya tahan fisik, tetapi juga berdampak pada permasalahan mental seperti perasaan kesepian, stres, dan depresi. Umumnya, gejala tersebut didiagnosis sebagai nature-deficit disorder.

Sebaliknya, penelitian menunjukkan bahwa adanya penurunan tingkat kematian, stres, dan penyakit bagi mereka yang secara rutin berolahraga dan menghabiskan waktu di alam bebas. Kegiatan bermain di alam bebas, berkebun, dan menikmati pemandangan alam bebas secara signifikan terbukti meningkatkan kepuasan hidup (sense of well-being).

Pandemi Covid-19 telah menghadapkan kita pada suatu realitas baru. Yang pada akhirnya mengingatkan kita akan kegentingan kolektif untuk mengubah kompas perilaku kita dari egosentrisme ke arah solidaritas melestarikan alam. Karenanya, esensi dari new normal adalah tentang membiasakan gaya hidup futuristik, bercirikan perilaku kita yang gemar menanam pohon, aktif melakukan konservasi, mengurangi sampah plastik, melakukan penghematan energi, membiasakan berjalan kaki, bersepeda, bergaya hidup hemat, dan minimalis.

Selebihnya pada skala makro, Covid-19 perlu dilihat sebagai sebuah global warning. Meski tengah meluluhlantakkan berbagai sendi kehidupan, pandemi ini selayaknya menjadi katalis menuju kesadaran politik-hukum yang baru, bahwa sistem ekonomi sirkular-regeneratif adalah keniscayaan. Sebuah langkah pasti menjawab tantangan masa depan kita sebagai bangsa maupun masyarakat dunia.

Firman Nugraha Tenaga Ahli DPRD Kota Banjar, Jawa Barat
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads