Tak ada hari tampa berita covid. Berita covid menghiasi seluruh media dibahas dari sisi medis, ekonomi, sosial, budaya, politik, dan seluruh aspek kehidupan. Sisi medis terutama membahas tentang peran utama imunitas tubuh.
Imunitas adalah upaya tubuh untuk menangkal serangan yang mengancam. Baik yang akan menimbulkan sakit atau yang akan menimbulkan kerusakan. Imunitas tubuh memiliki kualitas; ada yang tinggi, ada yang rendah.
Kualitas tinggi tak mempan dilanda covid, kualitas rendah menjadi tempat kesenangan covid. Jika imunitas yang rendah masih mampu bertahan dari serangan covid, masih mungkin mengidap gejala sisa gangguan multi-organ. Gangguan sistem saraf pusat, gangguan sistem saraf, gangguan sisa di sistem pernafasan, gangguan sistem pencernaan, sistem pembuluh darah, gangguan di kulit, dan yang fatal gangguan jantung pasca-covid. Jika tak mampu menahan serangan covid berarti berjumpa ajal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kualitas Imunitas
Ada seorang tokoh masa lalu yang terkenal sangat bijaksana bernama Luqman. Ketika itu, Sang Tuan meminta Luqman untuk menyembelih seekor kambing, lalu dari kambing itu dimintalah Luqman memilihkan bagian yang terbaik. Luqman membawakan jantung dan lidah. Selang beberapa saat Sang Tuan mengulang permintaannya, kali ini meminta Luqman untuk mengambilkan bagian yang terburuk. Luqman membawakan jantung dan lidah.
Merasa aneh, Sang Tuan bertanya mengapa ia melakukan hal yang sama terhadap dua permintaan yang berbeda? Dengan santun Luqman menjelaskan, "Kalau Tuan dapati jantung dan lidahnya baik, Tuan pastikan seluruh bagian kambing ini baik. Tetapi bila jantung dan lidah kambing itu buruk, maka Tuan pastikan bahwa seluruh bagian kambing itu buruk."
Lukman ternyata hendak mengungkap kualitas jantung melalui lidah. Kualitas lidah tergambar dari kualitas ujaran yang disampaikan seseorang. Jika kualitas ujaran baik, maka baiklah 'lidah' orang itu, baiklah jantungnya, baiklah seluruh bagian tubuhnya, termasuk imunitasnya. Jika kualitas ujaran yang disampaikannya buruk, maka buruklah 'lidah' orang itu, buruklah jantungnya, dan buruk pula seluruh bagian tubuh orang tersebut, termasuk buruk pula kualitas imunitasnya.
Tentu saja kualitas ujaran ini tidak hanya yang disampaikan oleh lidah, bisa saja lidah mewakilkan kualitasnya melalui kualitas tulisan. Kualitas tulisan ini terutama bisa dilihat melalui tulisan-tulisan di media sosial.
Masaru Emoto dalam karyanya The Hidden Messages in Water berkisah tentang sejumlah besar riset fenomenalnya. Dalam buku best seller internasional ini, ilmuwan Jepang yang terkenal secara internasional itu menunjukkan bagaimana pengaruh ujaran terhadap molekul air. Ujaran dapat berdampak positif bagi bumi dan kesehatan pribadi seseorang. Emoto membuktikan kualitas ujaran melalui kristal air.
Air didinginkan sampai membeku. Pada titik beku itulah Emoto menggunakan teknik mikroskopis untuk dapat melakukan pengirisan (slicing). Melalui hasil penguraian mikroskopis, Emoto menemukan bahwa ada perbedaan signifikan pada kristal air, antara ujaran yang baik dan ujaran yang buruk.
Air yang ditempeli ujaran terima kasih, dibiarkan sekian waktu lalu dibekukan, memberikan gambaran kristal yang terbentuk sempurna, tersusun komplek, elok, dan indah. Sebaliknya, kristal air yang diperoleh dari air yang disimpan beberapa waktu, sambil ditempelkan pada tempat air itu ujaran 'kamu bodoh' terlihat gambaran kristal air yang rusak, bahkan tidak ada kristal yang terbentuk.
Emoto melanjutkan penelitian pengaruh ujaran terhadap benda padat, yaitu nasi. Dua genggam nasi ditempatkan pada dua gelas beker, masing-masing satu genggam. Pada gelas beker pertama ditempeli tulisan "terima kasih". Pada gelas beker yang lain ditempeli tulisan "kamu bodoh". Hasilnya nasi yang mendapat perlakuan ditempel ujaran yang baik (terima kasih) lebih tahan, tidak mudah busuk, tidak mudah basi. Sedangkan nasi yang ditempeli ujaran yang buruk (kamu bodoh) membusuk lebih cepat.
Emoto melanjutkan penelitian pada dua kelompok nasi yang dimasukkan dalam air. Kali ini Emoto tidak menempelkan tulisan, tetapi langsung mengucapkan ujaran yang sama berulang-ulang. Dua genggam nasi dimasukkan masing-masing ke dalam gelas beker. Ke dalam seluruh gelas beker ditambahkan air sampai dua kali tinggi nasi dalam beker itu.
Pada gelas beker pertama selalu diucapkan "terima kasih" setiap hari sampai hari ke-30. Gelas beker ke-2 diperlakukan serupa dengan gelas beker pertama, tapi menggunakan ujaran "kamu bodoh". Tiga puluh hari kemudian, gelas beker pertama menunjukkan tanda-tanda fermentasi, beraroma menyenangkan. Gelas beker ke-2 nasi berubah menjadi berwarna hitam, tanda-tanda pembusukan.
Percobaan ini menguatkan makna buah ujaran yang baik akan mengakibatkan kebaikan pada bahan cairan, juga bahan padat.
Kualitas Tubuh
Tubuh manusia dewasa terdiri dari 70 persen air, selebihnya bahan padat. Ujaran yang baik tidak saja menunjukkan kualitas tubuh yang baik sesuai Luqman (termasuk kualitas imunitasnya), tetapi juga bisa berbalik mempengaruhi air tubuh dan jasad tubuh menjadi baik. Sebaliknya ujaran yang buruk sesuai Luqman, bukan saja menunjukkan manifestasi dari tubuh yang buruk, tetapi juga sesuai Emoto, bisa mempengaruhi tubuh menjadi semakin buruk.
Mari berlatih mengujarkan ujaran yang selalu berkualitas baik, menghindar dari hoax, fitnah, dan adu domba. Hindarkan ujaran yang akan merusak persatuan dan kesatuan bangsa, paling tidak agar imunitas tubuh bisa terjaga selalu baik.
Imunitas yang sangat baik akan mampu mengadang covid dengan sempurna. Bukan hanya covid yang mampu diadang, tetapi penyakit apa pun tak mampu menyerang. Segerakan rapid test imunitas masing-masing kita melalui penilaian ujaran ini, agar kita bisa segera menilainya lalu memperbaikinya supaya semakin mampu mengadang covid!
Abdurachman Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dewan Pakar IDI Jawa Timur, President Asia Pacific International Congress of Anatomist-6, peneliti Anatomy of Personality
(mmu/mmu)