Setelah lama menunggu, musim kedua Serial Kingdom akhirnya tayang juga. Serial yang ditayangkan di Netflix ini bercerita tentang konflik perebutan kekuasaan dengan memanfaatkan wabah. Semua bermula ketika Cho Hak-Ju (Ryu Seung-ryong) mencoba menyembunyikan kematian Sang Raja dengan menghidupkan raja memanfaatkan tanaman pembangkit guna memuluskan rencananya untuk mengambil alih kerajaan.
Cho Hak-Ju dibantu oleh putrinya yang juga Ratu kerajaan (Kim Hye-jun) untuk menyingkirkan Lee Chang (Jo Jinhoo), dari kursi putra mahkota melalui skenario rekayasa pemberontakan dan kehamilan palsu sang Ratu. Cho Hak-Ju meminta Tabib Kerajaan untuk melakukan proses pembangkitan dan Raja yang telah mati kemudian bangkit lagi, hanya saja, ia menjadi tak waras, sekaligus haus darah dan daging manusia. Ia menjadi Zombie.
Korban pertamanya adalah murid sang tabib, yang akhirnya mati dan kemudian dibawa pulang ke klinik. Dan di sanalah wabah zombie mulai menyebar.
Disutradarai oleh Kim Sung-hoon dan ditulis oleh Kim Eun-hee, Kingdom mengambil latar periode Joseon Korea, beberapa tahun setelah invasi Jepang ke Korea (1592-1598). Kingdom ditulis berdasarkan dokumen pengadilan kerajaan di abad ke 19, di mana tercatat terdapat puluhan ribu kematian di ibu kota akibat wabah epidemi yang tidak dikenal.
Serial ini mendapat review positif dari para kritikus film. Banyak yang mengatakan bahwa serial ini sangat relevan dengan wabah corona yang sedang melanda dunia. Jo Jinhoo sendiri dalam satu wawancara tidak pernah membayangkan jika serial yang selesai shooting pada Agustus 2019 ini bertepatan dengan pandemik global.
"Sangat ironis. Kami selesai menggarap proyek ini pada Agustus tahun lalu. Hal ini melukaiku karena cerita ini memiliki kesamaan dengan dunia kita, tapi ini adalah kenyataan kita, bukan sebuah drama," tutur Joo Ji Hoon seperti dikutip dari Soompi, Minggu (22/3).
Ketidaktahuan dan Ketimpangan
Suatu hari di klinik tabib di pedesaan. Saat itu musim dingin, dan bahan makanan sedang sulit diperoleh. Kelaparan sedang menyerang desa itu. Tak ingin ada yang mati kelaparan, Yeong-sin (Kim Sung-kyu), seorang pasien yang juga mantan tentara, berinisiatif baik dengan membuat sup daging rusa.
Diceritakannya pada pasien yang lain bahwa itu adalah daging rusa. Para pasien di klinik itu begitu bahagia, makanan sedang susah, mereka tak bisa berburu karena sakit, dan kini mereka bisa memakan daging. Yang diceritakan sebagai daging rusa itu, sebenarnya adalah potongan tubuh manusia: mayat seorang lelaki yang mati digigit sang raja yang sudah menjadi zombie.
Tak perlu menunggu lama, dimulailah mutasi virus paling mematikan di serial ini: zombie. Sementara itu, di dalam istana diperlihatkan betapa banyaknya daging, buah, dan sayur yang bisa dinikmati oleh kelompok bangsawan. Tampak kontras dengan rakyatnya yang terpaksa memakan bangkai rekannya sendiri.
Dari pengamatan sementara dapat dipelajari, zombie hanya aktif pada malam hari; pagi mereka mati kembali. Maka ketika pejabat pemerintah datang dan memeriksa keadaan, seorang dokter menyarankan untuk membakar semua mayatnya. Itu satu-satunya cara yang baru diketahui untuk menghentikan mereka. Setelah diidentifikasi, ternyata ada korban yang juga jatuh dari pihak bangsawan. Maka, anggota bangsawan keberatan jika keluarga mereka harus dibakar.
Akhirnya terjadi kompromi: mayat rakyat dibakar, sedang mayat bangsawan dikubur. Karena ketimpangan dalam pengambilan keputusan inilah, yang didasarkan oleh ketidakadilan kelas, yang membuat wabah semakin luas dan tak terkendalikan.
Ketika kita refleksikan dengan situasi Indonesia terkini, jangan sampai (tapi sepertinya masih) ada warga Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap pengetahuan perihal kesehatan dasar. Juga karakter virus Covid-19. Apalagi, tes Covid-19 masih sulit diperoleh (oleh rakyat kecil), sedang anggota DPR dan para pejabat antre mengajukan dirinya pertama kali.
Jika tes hanya bisa diakses oleh kalangan menengah atas saja, maka masyarakat bawahlah yang menjadi korbannya. Itu bahaya tidak hanya bagi negara, tapi juga bagi dunia sebab selama virus belum bisa dilenyapkan, maka ancaman masih berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tenaga Medis di Pusaran Politik
Ada satu tokoh menarik dalam serial ini. Namanya Seo-Bi (Bae Doo-Na). Dia adalah seorang dokter perempuan yang pemberani, murid dokter pemilik klinik tadi. Dia selamat dari wabah karena keputusan dan keberuntungannya ketika menghadapi situasi sulit.
Dokter Seo-Bi tidak punya keberpihakan politik. Dia merawat siapapun yang sakit. Saat Lee Chang terluka, dia merawat; saat musuh utama Lee Chang, Cho Hak-Ju sekarat, ia juga merawat. Awalnya saya gregetan, mengapa dokter ini tidak menghabisi nyawa Cho Hak-Ju saja! Padahal kesempatannya begitu besar.
Akhirnya saya memahami bahwa tenaga medis dalam pusaran politik apapun tidak bisa dan boleh melakukan tindakan medis atas dasar suka atau tidak suka, baik atau jahat. Misi dia adalah menyelamatkan manusia. Ia tak punya urusan dengan keberpihakan politik; satu-satunya yang dia pedulikan adalah mengobati orang sakit.
Ketika tujuan politik Sang Pangeran tercapai, ia juga tak begitu senang. Sebab, lawan sesungguhnya adalah wabah. Ia terus mempelajari wabah ini. Zombie, bagi dia, adalah gejala alam yang bisa diselesaikan kasusnya dengan sains. Dengan atau tanpa dukungan politik, ia akan terus mempelajari.
Ada satu adegan ketika ia sedang mempunyai akses ke istana, yang artinya juga mempunyai akses untuk menikam sang penjahat utama: Ratu. Namun, ketika ia berjumpa lawan politik Sang Ratu, bukannya diminta untuk menikam dari belakang, tapi malah berkata, "Pelajarilah!" Itu adalah perintahnya.
Ia diminta untuk mempelajari wabah ini. Pada akhirnya, ilmu pengetahuan adalah satu-satunya solusi bagi pandemik. Dalam bahasa Yuval Noah Harari di times.com, "Pertahanan terbaik manusia terhadap virus bukanlah isolasi, melainkan informasi."
Sama halnya ketika Yuval bercerita dalam artikelnya bahwa ketika wabah hitam terjadi, orang-orang tetap pergi ke pasar, tetap berlayar, dan terus-menerus menularkan virus tiada henti. Bukan karena tidak patuh terhadap pemimpin tertinggi, tapi memang mereka punya keterbatasan informasi. Mereka tak mengenal musuh yang mereka hadapi, sehingga mereka tidak tahu senjata apa yang harus mereka gunakan. Kuncinya adalah pada informasi.
Dalam artikelnya, Yuval mengatakan, "Begitu para ilmuwan memahami apa yang menyebabkan epidemi, menjadi lebih mudah untuk melawannya. Vaksinasi, antibiotik, peningkatan kebersihan, dan infrastruktur medis yang jauh lebih baik telah memungkinkan umat manusia untuk unggul dari predator yang tidak terlihat."
Kerja Sama Global
Langkah pertama yang dilakukan oleh pihak kerajaan Jaseon adalah menutup gerbang benteng. Membiarkan para rakyat sendirian menghadapi zombie yang berkeliaran. Sebagian besar rakyat akhirnya terkena wabah, dan ketika kekuatan semakin besar, gerbang benteng akhirnya bobol juga.
Lee Chang mengambil tindakan dengan memimpin orang-orang yang tersisa untuk menahan laju penyebaran. Ia menutup benteng, meski gagal lalu mundur, ia terus memutar otak dan berusaha merebut kembali tahtanya, karena ia tahu, politik bisa membantunya menyelesaikan wabah yang melanda.
Pada akhirnya kekuasaan bisa direbut, dan semua zombie di wilayah kerajaan bisa "dibersihkan". Namun masalah belum selesai. Ia masih punya tetangga. Negara yang sudah aman bukan berarti bisa tenang. Sebab di luar sana, wabah zombie masih merajalela. Sama halnya dengan Covid-19, tidak ada deklarasi menang seperti dalam kasus cacar jika Covid-19 hanya bisa diredam di China.
China harus ikut berperang melawan corona, jauh melalaui batas negaranya. Begitu pula negara-negara lain yang belum terkena. Seperti diserukan oleh Yuval dalam tulisannya, "Ketika satu negara dilanda epidemi, ia harus berbagi informasi tentang wabah tanpa takut akan bencana ekonomi. Sementara negara lain harus mempercayai informasi itu dan harus memberikan bantuan ketimbang mengucilkan orang lain."
Coba bayangkan, ketika semua ini sudah berakhir, dan dunia barangkali akan tampak berantakan, dan semua orang merasa kelelahan dan pasrah. Apakah mereka yang punya kekuasaan akan berusaha sekuat mungkin memelihara kehidupan dan apapun yang ada, atau mulai menjalankan misi pribadi yang licik untuk kepentingan pribadi? Saya hanya berdoa, semoga mereka masih punya nurani.