Mungkin kita bisa memahami kenapa pemerintah masih mempelajari Indonesia akan "karantina" sampai tingkat apa. Sementara istilah lockdown sedang dihindari. Mungkin bagus juga cari istilah sendiri.
Di lapangan, faktanya beberapa kepala daerah sudah melakukan atau mengisyaratkan "karantina" atau menyebut juga istilah "lockdown". Beberapa sudah pakai beton penghalang lalu lintas kendaraan dari luar wilayah.
Mempelajari semua itu, rasanya amat penting kita sementara berbuat sesuatu, di luar aneka proses debat istilah, menunggu kepastian peraturan pelaksana/PP, atau soal kewenangan tingkat siapa.
Kembali di sini diusulkan sebutan praktis "gotong royong RT/komunitas".
RT (Rukun Tetangga) adalah unit terkecil dalam tatanan masyarakat kita. Sementara komunitas sangat penting, karena sebagian saudara dan saudari kita pekerja harian, belum tentu punya alamat di RT tertentu. Misalnya, teman-teman tukang pacul, buruh bangunan, dan lain-lain. Nah, komunitas mereka pasti mengetahui persis di mana mereka menginap dan beraktivitas.
Jadi, usulan tetap sederhana: gotong royong RT atau komunitas. Namun sekarang banyak kabar baik.
Pertama, Gugus-Tugas Atasi Covid-19 atau BNPB sudah punya aplikasi yang bisa sampai tingkat RT. Dekan FK UI, Prof. Ari Fahrial Syam sudah menyatakan, jaringan teman-teman posyandu bisa mengidentifikasi dengan baik siapa dan bagaimana detail keluarga yang membutuhkan di tingkat RT. Sosiolog Imam Prasojo juga punya banyak jaringan di antara komunitas.
Tentu, ini hanya beberapa saja. Saya yakin, amat banyak relawan dan koordinator di seluruh provinsi, kabupaten, kota yang juga punya basis di RT dan komunitas. Mereka biasa disebut "para champions" oleh kalangan civil society.
Kedua, segera mulai umumkan aplikasinya dan seluruh yang berkenan jadi relawan bisa mengakses aplikasi tersebut, untuk saling memberi data, informasi, dan masukan. Tim aplikasi akan melakukan updating (pemutakhiran) terus-menerus. Intinya, setiap RT/komunitas yang masih membutuhkan logistik akan memiliki warna tertentu (misal kuning) pada aplikasi tersebut.
Ketiga, gotong royong RT dan komunitas berjalan atas prinsip: jika ada yang mampu di RT atau komunitas tersebut, akan membantu satu atau beberapa keluarga lain di RT/komunitas tersebut. Dengan demikian, maka kebutuhan logistik seluruh warga RT dan komunitas pelan-pelan akan terpenuhi, dan bisa terus dimutakhirkan.
Dalam hal ini peranan Tim Relawan Gugus Tugas Atasi Covid-19/BNPB Andre Rahadian menjadi signifikan. Bersama tokoh-tokoh seperti Imam Prasojo, Haris Azhar, Paiman Rahardjo, Irwan Julianto, Chalid Muhammad, juga aktivis ACT, dan berbagai inisiatif kemanusiaan di media, serta masih banyak lagi. Semua bisa berintegrasi, saling melengkapi, dan saling memutakhirkan data.
Apalagi kita tahu dari berbagai Grup WA sudah amat banyak teman-teman civil society yang melakukan koordinasi dan kerja nyata menyumbangkan logistik ke keluarga-keluarga dan tenaga medis yang membutuhkan.
Keempat, usulan logistiknya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lokal/setempat. Bisa juga diseragamkan. Yang penting isinya adalah kebutuhan pokok per hari, selama 14 hari (sebagai tahap pertama), ditambah dengan sabun atau cairan cuci tangan.
Barangkali kita bisa fokus pada 4 Usulan ini, sesegera mungkin. Gotng royong RT/komunitas tidak akan bertentangan dengan debat atau kebijakan apapun yang akan diambil pemerintah pusat atau daerah. Basisnya sederhana CCC (Community-based Communication Centers, Uphoff, Colle, Gazali, 2000).
Setelah pemenuhan kebutuhan logistik, maka relawan/koordinator RT dan komunitas biasanya akan mulai bisa mengatur siapa yang mengajak agar warganya betul-betul tinggal di rumah saja. Dan bagaimana memberikan semacam peringatan serta sanksi sosial jika ada warga yang keluar dari RT/komunitasnya.
Banyak juga RT-RT dan komunitas yang sudah mulai melakukan ini secara mandiri. Sekarang tinggal bagaimana menyatukan ini semua dalam sebuah aplikasi (Interactive Big Data), yang juga bisa dikoordinasikan dengan para relawan/koordinator di provinsi, kabupaten, dan kota.
Aplikasinya sudah ada, dan telah bisa sampai tingkat RT; posyandu juga bisa kita ajak bangkit bersama, serta amat banyak influencer yang juga bisa jadi relawan/koordinator gerakan ini. Mereka semua nanti layak mendapat pengakuan sebagai "garda depan/front-liners dari Gugus Tugas Atasi Covid-19" pimpinan Doni Monardo.
Ayo, jangan buang waktu sedikit pun!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Effendi Gazali peneliti komunikasi, alumnus Cornell University
(mmu/mmu)