Virus Corona, Insentif Fiskal, dan Mencegah Panik
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Virus Corona, Insentif Fiskal, dan Mencegah Panik

Selasa, 03 Mar 2020 13:58 WIB
Irwanda Wisnu Wardhana
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Jumlah korban jiwa imbas virus corona terus bertambah. Hingga hari ini, Rabu (19/2) korban tewas akibat virus itu mencapai lebih dari 2 ribu orang secara global
Foto: AP Photo
Jakarta -

Panik! Itulah kondisi masyarakat setelah pengumuman oleh Presiden Jokowi pada Senin (2/3). Secara resmi dinyatakan bahwa dua orang warga negara Indonesia yang tinggal di Depok positif terjangkit virus corona. Mereka terinfeksi setelah berinteraksi dengan warga negara Jepang yang tinggal di Indonesia selama beberapa hari. Kini terpatahkanlah mitos bahwa orang Indonesia "kebal" dengan virus tersebut.

Indonesia sekarang berada bersama 50 negara lainnya yang telah mengkonfirmasi positif infeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Respons langsung dari pengumuman tersebut adalah kenaikan harga masker penutup hidung dan mulut yang drastis. Juga dilaporkan antrean yang tidak biasa di beberapa pusat perbelanjaan karena masyarakat berbondong-bondong membeli barang dalam jumlah besar.

Insentif Fiskal

Sebelum pengumuman Presiden, sejak Februari 2020 pemerintah telah mempersiapkan berbagai program insentif fiskal untuk menghadapi risiko pelemahan kinerja ekonomi akibat COVID-19. Pernyataan pertama dari Arif Baharudin selaku Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal pada 14 Februari mencakup rencana menghadapi virus corona, yaitu mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, mendorong pusat-pusat pariwisata, mendorong dan mempercepat belanja padat karya, mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespons situasi ekonomi (countercyclical), dan mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Selanjutnya, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan bahwa insentif fiskal yang akan diberikan kepada berbagai pihak yang terdampak dengan jumlah mencapai Rp 10 triliun meliputi insentif untuk mendatangkan wisatawan mancanegara, insentif untuk wisatawan domestik, Dukungan Transfer ke Daerah dan Dana Desa untuk sektor pariwisata, dan insentif untuk masyarakat ekonomi lemah.

Sektor Pariwisata

Paket insentif fiskal yang diumumkan pemerintah menitikberatkan pada sektor pariwisata. Salah satu alasan utamanya adalah karena pariwisata menjadi sektor yang langsung terdampak virus corona dan merupakan penyumbang devisa negara kedua terbesar setelah industri kelapa sawit. Apalagi rantai nilai sektor pariwisata sangat luas mencakup sektor transportasi, perhotelan, makanan minuman, restoran, industri kreatif, dan pengungkit sektor lainnya. Sehingga pada saat sektor tersebut mengalami goncangan, maka tentu saja akan berdampak besar terhadap kinerja ekonomi Indonesia.

Secara langsung, sektor pariwisata terdampak oleh hilangnya potensi wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dari Tiongkok. Padahal negara tersebut merupakan penyumbang jumlah wisman ketiga tertinggi yang berkunjung ke Indonesia setelah Malaysia dan Singapura, mencapai total 2.072.079 orang. Terdapat lima destinasi favorit wisman asal Tiongkok berdasarkan pintu masuk dan jumlah orang pada 2019 sesuai data dari Direktorat Imigrasi dan Badan Pusat Statistik, yaitu Bali (1.185.764), Jakarta (395.062), Kepulauan Riau melalui 3 pintu masuk yaitu Tanjung Uban, Batam, dan Tanjung Pinang (285.921), Sulawesi Utara (115.272), dan Jawa Timur (23.930).

Tetapi, dengan terpaparnya Indonesia dalam pandemi virus corona, maka akan kecil kemungkinan wisman mengunjungi Indonesia. Bukan saja kita kehilangan wisman asal Tiongkok, namun juga wisman dari berbagai negara lainnya. Kondisi ini menyebabkan target pariwisata sebanyak 20 juta kunjungan wisman pada 2020 akan sulit untuk dicapai. Tentu saja kondisi ini berakibat pada tidak optimalnya hasil dari usaha pemerintah yang membangun sepuluh Bali baru.

Berbagai upaya percepatan realisasi di lima destinasi utama yaitu Borobudur, Mandalika, Danau Toba, Bunaken, dan Labuan Bajo juga tidak akan sulit menarik wisman karena pandemi virus corona bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Sebagai negara yang menggantungkan diri pada sektor pariwisata sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, dan telah menjadi negara yang memiliki destinasi favorit dunia, maka Indonesia akan mengalami kerugian yang cukup besar dari pandemi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tenang dan Tidak Panik

Berbagai insentif fiskal yang direncanakan tersebut akan membawa dampak positif dalam menghadapi dampak virus corona apabila seluruh agen ekonomi juga merespons secara positif insentif tersebut. Para agen ekonomi yang sangat penting bagi berhasilnya insentif fiskal dimaksud adalah pemerintah daerah, perusahaan, dunia pendidikan, dan masyarakat umum. Kunci utamanya pada respons terhadap virus corona, yaitu tidak panik. Mengapa? Karena kepanikan akan membuat semua pihak tidak lagi mampu berpikir dan bertindak secara rasional. Pada akhirnya, kepanikan kolektif akan membawa pada masalah yang lebih besar.

Sebagai analogi dampak dari pentingnya sikap tidak panik adalah sebagaimana yang terjadi pada peristiwa gempa bumi dan tsunami di Jepang pada 2011. Jutaan penduduk antre dengan sabar selama berjam-jam di berbagai lokasi untuk mendapatkan air dan makanan. Mereka dengan sadar memelihara tertib sosial sehingga proses evakuasi korban dan rehabilitasi bencana berjalan dengan baik.

Sangat kontras dengan akibat dari sikap panik yang terjadi di negara tetangga Jepang. Ketika diberikan pengumuman bencana, orang-orang berebutan keluar dari gedung di suatu pusat perbelanjaan. Akibatnya beberapa orang tewas terinjak-injak. Padahal bencana terjadi di Jepang, namun korban secara langsung jatuh di negara itu.

Dalam konteks virus corona di Indonesia, sikap tenang dan tidak panik semua pihak sangat diperlukan. Jangan mudah terpancing dengan kabar-kabar yang belum pasti kebenarannya. Dan, semua agen ekonomi melakukan aktivitas perekonomian seperti biasanya, antara lain melakukan jual beli dengan wajar, tidak melakukan penimbunan barang, dan tidak mengambil keuntungan sepihak yang tidak etis. Serta, tetap melakukan perjalanan.

Ya, mari berwisata. Manfaatkan kesempatan berpetualang dengan biaya murah. Pemerintah memberikan subsidi kepada wisatawan domestik berupa diskon tiket pesawat untuk sepuluh destinasi wisata, yaitu Danau Toba, DI Yogyakarta, Malang, Manado, Bali, Mandalika, Labuan Bajo, Bangka Belitung, Batam, dan Bintan. Makanan, minuman, dan penginapan di destinasi tersebut juga lebih murah karena penurunan tarif dari pajak-pajak yang seharusnya dibayarkan oleh pengunjung.

Kemitraan yang baik dengan pemerintah daerah, dunia pendidikan, dan perusahaan akan sangat menentukan keberhasilan insentif fiskal yang ditawarkan oleh pemerintah pusat. Selain insentif fiskal yang ada, kita juga dapat membicarakan berbagai skema lainnya agar perekonomian Indonesia tidak terganggu secara dinamis berdasarkan tingkat ancaman yang datang. Mari kita satukan irama untuk bersama-sama bersatu dan seirama dalam menghadapi virus corona. Sebagai sebuah bangsa, kita tidak boleh kalah, apalagi panik!

Irwanda Wisnu Wardhana doktor Kebijakan Publik dan Ekonomi Politik, peneliti Badan Kebijakan Fiskal

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads