Amankah Berwisata di Indonesia di Tengah Merebaknya Virus Corona?
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Amankah Berwisata di Indonesia di Tengah Merebaknya Virus Corona?

Senin, 02 Mar 2020 13:50 WIB
Nofiyendri Sudiar
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
labuan bajo
Suhu di Labuan Bajo per 1 Maret 2020 tercatat 32 derajat Celcius (Foto: Bekti Yustiarti/d'Traveler)
Jakarta -

Penyebaran virus corona begitu menghantui banyak orang di seluruh dunia. Sampai 1 Maret 2020 pukul 9:43 WIB dilaporkan bahwa sebanyak 86.964 orang telah terinfeksi virus corona di seluruh dunia dengan korban meninggal tercatat sebanyak 2.978 orang dan 42.131 orang telah berhasil disembuhkan.

Virus ini dilaporkan pertama kali muncul dari wilayah Wuhan, salah satu kota di China. Gejala awal orang yang terinfeksi virus ini adalah demam, batuk kering, nyeri otot, dan kelelahan. Namun beberapa temuan terakhir ada yang positif terinfeksi virus corona ini tanpa gejala tersebut terlebih dahulu. Berbagai ilmuwan berlomba-lomba mengembangkan vaksin untuk meredam penyebaran virus tersebut.

Sejumlah negara telah menyatakan keadaan darurat. Bahkan Arab Saudi saat ini membekukan visa umrah dari seluruh dunia sampai batas waktu yang belum ditentukan. Berbagai spekulasi bermunculan di balik merebaknya wabah virus ini.

Hermawan Saputra dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mencurigai telah ada virus corona yang masuk ke Indonesia, namun ada tiga alasan kenapa belum dilaporkan. Pertama, tidak dilaporkannya efek virus corona ini. Kedua, kegagalan pemerintah mendeteksi keberadaan virus corona di seluruh masyarakat. Ketiga, tidak ada kecocokan antara standar WHO dengan yang dikembangkan di Indonesia.

Menurut laporan dari Universitas Nasional Singapura (NUS), virus corona mirip dengan Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) yang merebak pada tahun 2003. Penelitian tersebut menyatakan bahwa di negara yang beriklim sedang seperti China dan Amerika, flu biasanya merebak pada musim dingin yang dimulai pada Desember dan mencapai puncaknya pada Januari atau Februari, selanjutnya menurun dan hilang pada musim panas.

Laporan tersebut juga menyatakan bahwa flu biasa dapat bertahan 30 kali lebih lama di tempat-tempat dengan suhu 6 derajat Celcius dibandingkan dengan tempat-tempat dengan suhu 20 derajat Celcius dan kelembaban tinggi. Baru-baru ini, para ilmuwan dari Universitas Hong Kong (HKU), Profesor Malik Peiris dan Profesor Seto Wing Hong menunjukkan bahwa suhu rendah dan kelembaban relatif yang rendah memungkinkan virus SARS bertahan lebih lama daripada suhu dan kelembaban tinggi.

Demikian pula, sebuah laporan dalam publikasi Journal of Hospital Infection menunjukkan bahwa virus corona dapat tetap kuat bertahan di lingkungan pada suhu kamar (25 derajat Celcius) hingga 9 hari, tetapi jika suhu lebih dari 30 derajat Celcius maka durasi hidup virus akan lebih pendek. Pusat Nasional untuk Informasi Bioteknologi (NCBI) juga menyatakan bahwa coronavirus SARS tetap stabil pada 4 derajat Celcius, pada suhu kamar, dan pada 37 derajat Celcius selama minimal 2 jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan hasil beberapa temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa virus corona dapat melambat ketika matahari mulai bersinar lebih banyak dan cuaca menghangat di negara-negara beriklim tropis. Indonesia yang beriklim tropis pada Desember sampai Februari mengalami musim hujan di mana tingkat kelembaban cukup tinggi. Sebagai contoh, suhu rata-rata wilayah DKI Jakarta 25-31ΒΊC dan kelembaban 85-95% pada 1 Maret 2020.

Aman untuk Berwisata?

ADVERTISEMENT

Merebaknya kasus virus corona ini akan berdampak pada sektor pariwisata di mana sektor ini termasuk tiga besar penyumbang devisa negara. Beberapa laporan dari pengelola kawasan wisata menyatakan bahwa banyak calon wisatawan membatalkan kunjungannya ke tempat wisata strategis di Indonesia. Tingkat hunian hotel mulai menurun dan lain sebagainya. Dengan kenyataan yang ada saat ini muncul pertanyaan apakah memang saat ini tidak aman untuk berwisata di Indonesia?

Penelitian pada NUS juga menyatakan bahwa infeksi orang ke orang menyebar lebih cepat selama cuaca dingin karena lebih banyak waktu dihabiskan di dalam ruangan dan dalam kontak yang lebih dekat dengan orang lain. Laporan lebih lanjut menyatakan bahwa coronavirus yang baru ini mirip dengan virus pernapasan lainnya dan dapat disebarkan oleh tetesan air liur, dahak dengan batuk atau bersin dan lain-lain. Penelitian menunjukkan bahwa melalui pernapasan tersebut menyebar lebih jauh ketika udara dingin dan kering.

Selain itu, penggunaan pendingin ruangan (AC) secara intensif juga dapat membantu penyebaran virus tersebut. Barangkali kondisi inilah yang menyebabkan di Singapura meskipun juga beriklim tropis banyak terinfeksi virus corona karena warganya banyak beraktivitas di ruang ber-AC.

Dari hasil temuan ini kita bisa sedikit bernapas lega bahwa kita masih bisa menikmati indahnya kawasan wisata Indonesia terutama kawasan pantai yang mempunyai suhu lebih panas dibandingkan wisata pegunungan. Beberapa rekomendasi dapat diberikan berdasarkan hasil laporan riset tersebut, antara lain hindari kawasan wisata yang bersuhu dingin dan kelembaban rendah. Pilih wisata alam atau luar ruangan ketimbang wisata dalam ruangan yang menggunakan AC.

Teknologi dapat membantu kita mengetahui berapa suhu dan kelembaban suatu tempat cukup dari ponsel masing-masing. Banyak aplikasi yang menyediakan informasi tersebut, seperti informasi cuaca milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Contoh laporan cuaca pada 1 Maret 2020: Labuan Bajo NTT suhu 32 derajat Celcius dan kelembaban 75%; Gilimanuk Bali suhu 30 derajat Celsius dan kelembaban 85%; Pulau Lengkuas Bangka Belitung suhu 31 derajat Celcius dan kelembaban 65%.

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads