Wabah virus corona yang berasal dari Wuhan segera menimbulkan gejala akut di Indonesia: mewabahnya lelucon yang tak lucu!
Apa yang dilontarkan Menkes Terawan barangkali adalah lelucon paling tidak lucu. Saat sebagian besar orang Indonesia deg-degan dengan wabah virus corona yang menyebar cepat, Pak Menkes meminta masyarakat enjoy aja menghadapi virus corona.
Saat itu, Pak Menkes merujuk bahwa di China yang terkena virus corona hanya 2000-an dari 1,4 miliar penduduk. Jadi secara statistik kasus virus corona tentu saja sangat kecil. Bahkan ketika data terakhir menunjukkan angka 20.000-an orang terkena virus pendatang baru itu, secara statistik tetap bukan bukan angka yang besar. Sekali lagi, rujukannya adalah penduduk China yang 1,4 miliar itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang paling senewen dengan pernyataan "enjoy aja" itu tentu WNI yang ada di Wuhan dan sekitarnya. Sebagian terkurung di asrama kampus, dengan harap-harap cemas, karena angka yang terinfeksi dan meninggal terus melesat. Dan, sepertinya virus corona berjarak beberapa sentimeter saja dari mereka.
Mungkin suatu hari nanti Pak Menkes --atau pejabat lain-- bisa mengatakan "enjoy aja" saat ada kecelakaan pesawat yang menewaskan 200 orang WNI. Toh jumlah itu tak ada apa-apanya dibanding jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta orang!
Kelucuan lain muncul saat Presiden Jokowi memastikan Wuhan belum bisa ditembus. Masih dikunci. Karena itu, WNI di Wuhan belum bisa dievakuasi. Pada saat bersamaan timeline medsos sudah wira-wiri foto dan video bahwa negara lain sudah berhasil mengevakuasi warganya dari Wuhan.
Tentu apa yang dilontarkan oleh Presiden dan Menkes tidak dimaksudkan sebagai joke atau lelucon. Jokowi dan Terawan bukan komedian, apalagi pelawak. Tapi mereka "terperangkap" dalam suasana lucu, dalam artian mengesalkan publik karena situasinya. Mereka memberi pernyataan yang --pada saat yang bersamaan-- ditimpa kenyataan yang berbalik 180 derajat!
Ya, mirip-mirip sebuah segmen acara komedi-situasi. Hanya saja, kali ini, dengan residu yang tak enak dan bikin publik geleng-geleng kepala.
Kelucuan yang tak lucu bukan monopoli tunggal para pejabat kita. Seorang komika terkenal yang membaptis dirinya sebagai komika spesialis dark joke mencuit di Twitter, "Gong Xi Fa Cai!! Apakah di Tiongkok pas buka angpao dibuka isinya Virus Corona?"
Kontan, cuitan yang "meledek" korban virus corona di China ritu amai di lini masa. Sebagian besar tentu menghujat si komika yang dinilai fakir empati. Sebagian yang lain, yang paham apa itu dark joke, langsung mengkuliahi si komika. Lelucon fakir empati kepada korban bukan saja dark joke yang buruk, bahkan joke itu sama sekali jauh dari substansi dark joke.
Ciri-ciri dark joke yang paling menonjol, meski sering sangat getir, adalah sifatnya yang mampu menertawakan diri sendiri. Almarhum Gus Dur sering mempraktikkan ini terkait dengan penglihatannya yang tidak normal.
Pada haul ke-10 akhir tahun lalu Inayah Wahid kembali menceritakan, kenapa Gus Dur selalu memulai ceramah dengan mengucap salam. Bukan semata-mata beliau mengamalkan amalan sunah. lebih dari itu Gus Dur ingin tahu apakah ada yang datang atau tidak di acara ceramahnya. Pahit, karena Gus Dur memang punya masalah dalam urusan penglihatan. Tapi bikin kita mesam-mesem (bahkan ngakak) mendengar Gus Dur berucap itu.
Tak ada rasa kesal, karena Gus Dur tidak menyinggung siapapun. Gus Dur sedang menertawakan diri sendiri.
Dark joke memang bukan sekadar joke biasa. Ia punya persyaratan ketat. Penyampai dark joke harus benar-benar memahami relasi kuasa jangan sampai jatuh pada situasi mengolok-olok korban. Juga memahami dengan baik topik yang disampaikan. Syarat lain adalah jangan sampai menabrak batas hingga ke jalur fakir empati. Dan, di atas semua itu tak ada niat buruk!
Jangan hanya buat dark joke sekadar cari sensasi atau memunculkan kontroversi. Apalagi kalau cuma tujuannya menarik perhatian followers.
Bahkan, ekstremnya, dark joke baru sah bila penyampainya adalah korban atau mewakili suara korban. Karena bagi para korban, dark joke bukan hanya sekadar merebut argumentasi dan narasi atas peristiwa dan pengalaman tertentu. Ia juga berfungsi mendefinisikan dan memberdayakan diri sendiri hingga lepas dari trauma.
Maka tak heran, dark joke tumbuh subur di wilayah-wilayah yang sangat gelap dan sulit. Atau, berasal dari pengalaman individu yang pahit dan menyesakkan.
Dark joke yang cukup terkenal bisa kita baca dari para komedian Afghanistan. Contoh yang cukup populer misalnya joke berikut. Di sebuah pasar seorang asing menawar buah jeruk dan barang dagangan lain. Tawarannya dianggap terlalu rendah oleh si penjual yang merupakan warga lokal. Si pembeli nyeletuk, "Murah sekali, kamu kira barang dagangan saya kepala manusia!"
Ya, di Afghanistan, pada suatu masa nyawa (kepala manusia) memang seperti tidak ada harganya. Tiap saat ada bom meledak dan menimbulkan banyak korban. Negara sangat tidak stabil. Itulah kenapa inspirasi membuat dark joke seolah tak ada habisnya di sana.
Joke tentang "murahnya harga kepala manusia" memang getir. Mungkin bisa membuat kita tersenyum dan tertawa, tapi sekaligus bisa membuat kita menangis pilu. Semua relevan dan "kena" karena yang menyampaikan narasi adalah rakyat Afganistan sendiri.
Itulah kenapa untuk sebagian kalangan, dark joke itu dianggap capaian puncak dari komedi. Adagium good comedy make you laugh, great comedy makes you cry menjadi panduan yang masih sahih untuk sebuah komedi, terutama untuk aliran dark joke.
Tapi ada sedikit hiburan soal wabah virus corona ini. Saat virus corona nyaris "tidak mempan" menyerang warga Indonesia, di lini masa media sosial netizen Indonesia ramai-ramai menertawakan diri-mereka sendiri. Mereka sangat yakin virus corona tidak mampu menyerang mereka. Kenapa? Karena sejak kecil mereka sudah akrab dengan makanan yang penuh bakteri e-coli, borak, formalin, pewarna tekstil, dan lain-lain.
Virus corona yang masuk ke tubuh warga Indonesia akan kebingungan sendiri karena sudah ada virus dan bakteri lain yang lebih "preman " dan "jago". Virus corona pun buru-buru cabut dari tubuh netizen Indonesia! Ha ha haβ¦!
Harison Haris penulis naskah komedi