"Dewaruci" di Lautku

"Dewaruci" di Lautku

Ishadi SK - detikNews
Jumat, 24 Jan 2020 09:09 WIB
Ishadi SK (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta -

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tidak bisa dipungkiri Indonesia memerlukan armada laut yang andal. Sejak tahun 1952 Presiden RI Soekarno sudah memikirkan Angkatan Laut RI untuk memiliki sebuah kapal latih bagi perwira-perwira muda dan Taruna Akademi Angkatan Laut agar "merasakan" ganasnya ombak di tengah terpaan taufan di lautan.

Pada tahun 1952 diputuskan membuat Kapal Layar Latih, di Galangan H.C Stulchen and Sohn Hamburg, Jerman Barat. Tanggal 1 Oktober 1953, kapal layar yang kemudian diberi nama KRI Dewaruci masuk dalam jajaran armada RI, sebagai kapal latih bagi Akademi Angkatan Laut yang berbasis di Surabaya.

Kapal berbobot mati 847 DWT itu mempunyai tiga tiang layar besar, diberi nama sesuai urut di depan Bima, Arjuna dan Yudistira. Terdapat 16 layar di tiga tiang besar itu yang menjadi sandaran utama bagi pelayaran KRI Dewaruci mengarungi samudera. Di tengah samudera KRI Dewaruci menjadi kapal kecil ketika berpapasan dengan kapal-kapal dagang apalagi kapal tanker yang berbobot 200.000 - 500.000 DWT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapal yang demikian kecil itu dalam setiap perjalanan dijalankan oleh Anak Buah Kapal (ABK) dan 70 Taruna AAL RI. Kapal Layar Dewa Ruci dilengkapi dengan mesin 440-6K sekedar mengantar kapal keluar dari dermaga untuk kemudian masuk ke laut lepas dan sepenuhnya tergantung pada keterampilan awak kapal untuk dapat mencapai kecepatan maksimum 9 knot/jam.

Meskipun kecil Dewaruci menjadi legenda, karena sampai tahun ini Dewaruci telah melayari puluhan negara, menghadapi berbagai rintangan di lautan lepas, beberapa kali nyaris tenggelam akibat gelombang kencang, pernah tiang layar Bima di paling depan patah. Tiang seberat lebih dari 60 ton jatuh ke laut sehingga terpaksa diperbaiki di Melbourne, Australia selama tiga minggu, sebelum akhirnya bisa berlayar lagi.

ADVERTISEMENT

Tahun 1964 Dewaruci berlayar ke Terusan Suez melewati Laut Sokotra yang terkenal ombaknya tidak pernah berhenti bergejolak. Tatkala memasuki Teluk Aden, Dewaruci dihajar oleh ombak besar yang menyebabkan Dewaruci miring hingga 35 derajat. Saat itu Dewaruci sedang berada dalam perjalanan keliling dunia sejauh 50.000 km melintasi Samudera Hindia, Laut Merah, Terusan Suez, Laut Tengah, Samidera Atlantik, Laut Karibia, Terusan Panama dan Samudra Pasifik. Hampir di sepanjang jalan Dewaruci tak pernah bebas dari hempasan ombak maupun arus deras dan taufan badai.

Dalam buku bersejarah Sebuah Kisah Nyata Dewaruci (1964), perwira TNI AL Cornelis Kowaas yang beberapa kali ikut serta dalam pelayaran termasuk keliling dunia menulis:

Ombak ganas, arus deras, dan angin kencang semua berdatangan dari arah haluan sehingga Dewaruci betul-betul diuji kemampuannya. Diangkat, dibanting tapi Dewaruci tetap maju melawan ombak, arus dan angin yang semakin galak. Sementara kondisi mesin cadangan yang mendadak rusak belum bisa diperbaiki karena tidak ada suku cadang.

Pulau Shadwan di Teluk Aden yang panjangnya hanya 8 mil baru bisa dilewati setelah berjuang selama 12 jam. Dewaruci hanya beranjak maju sejauh 1 km/jam, kalah dari pejalan kaki yang sedang berjalan santai.

Di tengah hamparan badai dan ombak besar mendadak seperti terdengar teriakan dari juru mudi "Kemudi tidak makan!". Artinya kemudi tak berfungsi. Meskipun demikian Dewaruci berlayar maju tanpa kemudi yang berfungsi, tanpa mesin yang rusak dan berhenti, hanya terpaksa bermanuver mengikuti ombak, arus dan angin.

Hampir 24 jam kemudian baru Dewaruci kembali lagi bisa dikendalikan ketika telah melewati ombak pasang yang tak henti-hentinya menghempas perahu layar "kecil" ini.

Dewaruci bertahan selama 66 tahun sejak dibangun di Jerman. Berbagai alasan mengapa begitu lama baru diganti, bisa dipahami karena memerlukan anggaran sangat besar untuk membeli kapal layar pengganti yang baru. Bahwa kapal layar Dewaruci mampu bertahan itu didorong oleh keterampilan para anak buah kapal termasuk Komandan kapal dalam setiap perjalanan juga kemampuan tim teknis untuk melakukan revisi setiap kali ada kerusakan atau hambatan.

Sejak diluncurkan dan beroperasi Dewaruci selama 66 tahun nyaris tidak ada hentinya berlayar. Mulai di berbagai pulau di Indonesia, negara tetangga; Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, Saigon, Hanoi hingga Australia; Adelaide, Brisbane, Melbourne, Darwin hingga Eropa, Amerika, Selat Panama dan Lautan Pasifik. Melayari dua kali keliling dunia, Maret-November 1964 dan Januari-Oktober 2012.

Rekor perjalanan Dewaruci tak terkalahkan dibanding dengan kapal latih layar negara lain di dunia. Meraih puluhan penghargaan dalam aneka lomba layar internasional. Terakhir Juli 2010 meraih tiga penghargaan dalam Festival Tall Ship Race yang berlangsung di Antwerpen, Belgia. Pada festival yang diikuti 74 kapal layar dari berbagai negara, KRI Dewaruci terpilih sebagai kapal terbaik (The Spectacular Ship) pada peran parade memasuki pelabuhan Antwerpen sekaligus penghargaan sebagai Kapal Layar yang berasal dari negara terjauh dalam pelayarannya.

Sejarah kapal Dewaruci tak terlepas dari ketegangan, khususnya ketika pada Maret 1964 di era "Komando Ganyang Malaysia" Dewaruci "diganggu" oleh kapal armada Inggris dan Australia di Selat Malaka, namun Dewaruci melanjutkan perjalanan meskipun dihalang-halangi oleh kapal dari negara yang pro Belanda waktu itu. Beruntung Dewaruci dikawal oleh KRI Ngurah Rai secara terus menerus sampai melewati daerah aman.

Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang itu, Dewaruci dipimpin oleh Komandan berpangkat Kapten selama empat periode, kemudian Mayor Laut selama 3 periode dan setelah itu 30 Komandan berpangkat Letkol, dari tahun 1962-2019. Terakhir menjelang upacara akhir tugas Dewaruci, tanggung jawab diberikan kepada Mayor Laut (P) Hastaria Dwi Prakoso, SE, sebagai Komandan KRI Dewaruci ke-38. Rencananya KRI Dewaruci segera diganti oleh kapal layar baru KRI Bima Suci.

Namun belakangan Pemerintah memutuskan untuk tetap menggunakan Kapal Layar Dewa Ruci sebagai pendamping Kapal Layar baru KRI Bimasuci yang dibeli dari negara Spanyol tahun 2016. Keunggulan kapal latih tiang tinggi KRI Bimasuci jumlah layar 26 buah, sedangkan KRI Dewaruci 16 buah. Jika di KRI Dewaruci tidak terdapat ruang kelas, maka KRI Bimasuci menyediakan ruang kelas secara khusus sebagai tempat belajar para Taruna AAL saat berlatih.

Ruang kelas yang tersedia mampu memuat 100 orang Taruna. Jika KRI Dewa Ruci memanfaatkan geladak terbuka sebagai ruang rekreasi, sementara KRI Bimasuci menyiapkan ruang rekreasi dalam sebuah ballroom berukuran 11 x 10,5 meter persegi. Tingkat kenyamanan juga jauh lebih meningkat sebab KRI Bimasuci menyiapkan perangkat multimedia. KRI Bimasuci sendiri mampu menyediakan akomodasi bagi 203 personel. Kecepatan maksimal mencapai 12 knot jika menggunakan daya dorong mesin dan 15 knot jika menggunakan layar. Sementara itu untuk tingkat endurance (ketahanan berlayar tanpa mengisi BBM) dapat mencapai 30 hari.

Pada tahun 2017 KRI Bimasuci telah melakukan tugas Kapal Layar Latih TNI AL pada Taruna Akademi Angkatan Laut. Sedangkan Kapal Layar Dewaruci dijadikan kapal layar untuk promosi dan budaya. Medio Maret 2020, KRI Dewaruci ditugaskan ke Makassar untuk memeriahkan "Program di Lautku" sebuah proyek Pemda Sulsel yang akan meresmikan sebuah pulau berbentuk terumbu karang yang beraneka warna.

Jalesveva Jayamahe. Justru di Laut Kita Jaya.

Ishadi SK Komisaris Transmedia

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads