Walaupun memikul beban dan perjalanan yang berat, bukan berarti APBN goyah dan tak mampu bertahan. Pergerakan APBN tetap menunjukkan arah yang cukup positif. Tren perbaikan fundamental ekonomi juga terlihat dan dapat menjadi modal yang cukup kuat untuk menghadapi dekade baru yang lebih menantang. Ekonomi Indonesia diperkirakan tetap tumbuh di atas 5% sepanjang 2019. Pertumbuhan tersebut memang lebih rendah di banding pertumbuhan ekonomi pada 2018, tetapi hal ini wajar mengingat perlambatan ekonomi global dialami oleh hampir seluruh negara di dunia saat ini.
Menurut Data Kementerian Keuangan yang masih bersifat sementara, Realisasi Pendapatan Negara 2019 tumbuh positif sebesar 0.7 % dibanding 2018, yaitu mencapai Rp 1.957 triliun. Pendapatan ini terdiri dari penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 1.545 triliun (86.5% dari target) dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 405 triliun (107,1% dari target). Kondisi ini menggambarkan masih terjaga dan terarahnya perjalanan panjang APBN 2019 ini meskipun ekonomi global sedang mengalami perlambatan yang serius. Penerimaan perpajakan tetap mampu tumbuh 1.7% dari realisasi 2018 meskipun mengalami shortfall atau selisih target dan realisasi sebesar Rp 245 triliun.
Kemudian apabila melihat sisi pengeluaran, diketahui bahwa belanja negara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Total belanja negara berada di angka Rp 2.310 triliun. Jumlah ini terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat yang mencapai Rp 1.498 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang mencapai Rp 811.3 triliun. Belanja yang lebih besar dibanding pendapatan membuat APBN mengalami defisit sebesar Rp 353 triliun atau lebih lebar dibanding target sebesar Rp 296 triliun. Meskipun demikian, defisit tetap terjaga di angka 2.20% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau masih di bawah aman sebesar 3% dari PDB.
Langkah Berikutnya
Energi yang besar diperlukan untuk mengawal pergerakan APBN. Perjalanannya adalah cermin dalam mengukur kinerja pemerintah Indonesia. Arah positif APBN di tengah gelombang ekonomi dan geopolitik yang cukup besar tentu menjadi permulaan yang baik dalam menyongsong dekade baru.
Gelombang besar tahun lalu diproyeksi perlahan surut di tahun-tahun berikutnya meskipun terdapat berbagai kondisi yang perlu menjadi perhatian khusus. Perkembangan ekonomi tetap bergantung kepada perundingan Amerika-China terkait perang dagang, sehingga Indonesia harus terus berusaha menguatkan faktor-faktor produksi dan menyisir alternatif-alternatif kerja sama dengan negara lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap dua raksasa ekonomi tersebut.
Di samping itu, perseteruan AS dan Iran di Timur Tengah juga sewaktu-waktu dapat mengubah suhu geopolitik global ke titik panas paling ekstrem dan dapat membenturkan kondisi ekonomi global ke level yang lebih rendah. Kemudian apabila melihat sisi ekonomi internal ekonomi Indonesia, optimisme mulai timbul terkait prospek pariwisata, investasi, dan manfaat pembangunan infrastruktur.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia terus mengalami peningkatan dan menopang penerimaan devisa dari sektor pariwisata. Hingga Oktober 2019, jumlah kunjungan tercatat sebesar 13,62 juta kunjungan atau naik 2,85% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pemerintah menargetkan kedatangan wisatawan mancanegara pada 2019 sebesar 20 juta kunjungan atau naik sebesar 26,53% dari jumlah kunjungan pada 2018 sebesar 15,8 juta, dengan target pemasukan devisa sebesar 17,6 miliar dolar AS.
Dari sisi infrastruktur dapat dilihat dari output APBN 2019. Perjalanannya memberikan capaian yang strategis seperti pembangunan jalan baru sebesar 350 kilometer, pembangunan jembatan sepanjang 15.7 kilometer, pembangunan jalur kereta api sebesar 320 kilometer, dan pembangunan empat bandara baru. Infrastruktur yang telah selesai tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi masyarakat dalam jangka waktu yang panjang.
Berbagai proyeksi kondisi positif tersebut tentu menjadi pembelajaran yang baik dan stimulus pelaksanaan APBN di tahun-tahun berikutnya. Dari sudut pandang penerimaan negara, masih dibutuhkan kinerja ekstra untuk mencapai target penerimaan yang diemban. Shortfall pajak pada 2019 tentu memberikan "pekerjaan rumah" bagi pemerintah untuk kembali merancang strategi meraih target penerimaan pajak di tahun-tahun berikutnya.
Dari sisi penerimaan lain, melampauinya target PNBP dapat memberikan angin segar bagi pendapatan negara. Kondisi PNBP yang dua tahun berturut-turut mampu melampaui target penerimaan tentu perlu terus dipertahankan dan semakin ditingkatkan untuk membantu penerimaan pajak.
Belanja negara juga harus dilakukan secara efektif untuk menjaga iklim investasi tetap kondusif. Meskipun masih aman di bawah 3%, defisit APBN sebesar 2.20% dari PDB juga perlu ditanggapi dengan baik melalui strategi belanja pemerintah yang efektif di tahun-tahun mendatang. Sedangkan dari sisi pembiayaan, upaya kehati-hatian dan efisiensi atas kombinasi sumber-sumber pendanaan serta pengembangan sumber pembiayaan yang kreatif perlu terus dilakukan untuk menjaga defisit APBN dengan baik.
Sekalipun menghadapi rintangan yang besar, pelaksanaan APBN 2019 tetap mampu berjalan dengan baik dan sesuai dengan koridor yang ditetapkan. Perjalanan APBN adalah kunci dan kredibilitas pengelolaan keuangan negara di mata masyarakat. Kinerja APBN yang baik dapat memberikan energi positif untuk kembali melangkahkan kaki menempuh perjalanan langkah demi langkah, tahun demi tahun dalam membangun negeri di dekade yang baru ini.
(mmu/mmu)