Wajar rasanya apabila bergabungnya Prabowo memicu pro dan kontra di masyarakat, ada yang memuji, namun tidak sedikit pula yang menyatakan kekecewaannya bahkan berbalik arah dalam dukungan. Namun perlu kita garisbawahi bersama, Kabinet Indonesia Maju bukan melulu tentang romantisme Jokowi-Prabowo, Kabinet Indonesia Maju yang berisikan 34 pos kementerian haruslah dipadang dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh.
Kita harus menyadari, sebagai bangsa, bukan hanya drama, gosip, atau kehidupan personal para public figure yang harus menjadi pusat perhatian kita. Komposisi para menteri dan wakil menteri beserta rekam jejak dan kinerjanya, haruslah menjadi pusat perhatian kita bersama. Kita sedang tidak berbicara tentang 1 kabinet pemerintahan, tidak pula berbicara sebatas 1 periode, namun bagaimana 5 tahun ke depan membentuk nasib dan masa depan Indonesia.
Pemuda dan Bonus Demografi
Sebelum lebih jauh, perlu penulis nyatakan bahwa "pemuda" yang dimaksud di sini bukanlah terbatas pada laki-laki belaka, namun pemuda-pemudi, yang sudah tentu perempuan juga termasuk dalam maksud penulisan kata pemuda. Penyingkatan kata pemuda haruslah dipandang semata dikarenakan oleh terbatasnya ruang penulisan yang tersedia.
Di hari sumpah pemuda ini, perlu kita semua pahami bahwa 28 Oktober bukanlah hanya sekadar seremonial belaka. Bukanlah sekadar upacara bendera bagi anak SMA atau teman-teman PNS hari Senin nanti atau bahkan sekadar membanjiri media sosial dengan ucapan dan postingan-posting-an normatif belaka. Wajib bagi kita hukumnya untuk melakukan refleksi diri dan evaluasi terhadap peran dan fungsi pemuda, termasuk generasi milenial, dalam menghadapi tuntutan zaman dan globalisasi yang ada di depan mata.
Perlu kita semua sadari, Indonesia sedang memasuki era baru demografi yang lebih dikenal sebagai era bonus demografi. Hal ini terjadi akibat berubahnya struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio perbandingan antara jumlah penduduk nonproduktif (usia kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas) terhadap jumlah penduduk produktif (usia 15-64 tahun).
Menghadapi bonus demografi, haruslah disikapi dengan kerja kolektif dari berbagai elemen bangsa. Pemuda sebagai generasi penerus sudah seharusnya mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menerima estafet dari generasi pendahulu. Kita tentu paham, bahwa kehidupan pemuda tidak hanya melulu belajar, harus ada keseimbangan di sana selayaknya slogan buku, pesta, dan cinta yang terasosiasi pada kehidupan pemuda. Namun, dengan adanya kesadaran akan momentum bonus demografi, diharapkan di tengah keriangan milenial dalam menjalani kehidupan muda, para pemuda tetap menyadari peran dan tanggung jawab sebagai penerus generasi bangsa, pemuda harus sadar bahwa 15-20 tahun ke depan, pemudalah yang memegang peran-peran penting atas bangsa Indonesia.
Jokowi dari jauh-jauh hari telah menangkap bonus demografi sebagai peluang bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Sejak periode pertama beliau pada tahun 2014-2019, Jokowi telah menuangkan pentingnya isu bonus demografi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Hal ini menunjukkan fenomena bonus demografi telah disadari dan mendapatkan perhatian dari Pemerintah, terlebih apabila kita dengan jeli melihat susunan para Menteri dan wakil Menteri pada Kabinet Indonesia Maju.
Potensi kabinet Indonesia Maju
Jokowi, selain menggarisbawahi pentingnya bonus demografi, juga melakukan langkah nyata dan kongkrit dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Nadiem Makarim, Erick Thohir, Wishnutama, Angela Tanoesodibjo, hingga Surya Tjandra ditempatkan jokowi dalam pos-pos kementerian yang beragam. Sosok-sosok pemuda tersebut mengambarkan betapa seriusnya Jokowi dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa dalam menghadapi bonus demografi.
Beragamnya pos-pos yang ditempati pemuda dalam kabinet Jokowi, menandakan pemerintah tidak hanya mendorong pemuda untuk hanya mengambil peran pada bidang tertentu saja, namun seluruh aspek dalam berbangsa dan bernegara, dikombinasikan dengan nama-nama Menteri senior yang sudah jelas rekam jejaknya.
Pemerintah sadar, dalam mempersiapkan generasi penerus tentu saja membutuhkan situasi yang kondusif. Bergabungnya Prabowo dalam kabinet, tentu saja dapat diharapkan menjaga kestabilan politik di Indonesia. Masyarakat sudah seharusnya tidak lagi sibuk fokus memilih kubu cebong atau kampret. Dengan bersinerginya 2 tokoh besar bangsa tersebut menjadikan tidak relevan lagi adanya perdebatan 01 atau 02 di masyarakat. Diharapkan 5 tahun ke depan, diskusi-diskusi yang ada di masyarakat bukan lagi tentang "kita" atau "mereka", tetapi bagaimana kita bergandengan tangan, mengambil peran pada bidang masing-masing, bersatu menuju Indonesia Maju.
Ditunjang nama-nama seperti Airlangga Hartarto dan Sri Mulyani dalam pos ekonomi, seakan menjanjikan optimisme yang baik bagi perekonomian Indonesia dalam 5 tahun ke depan untuk menunjang visi Indonesia Maju. Perekonomian yang stabil dan terus tumbuh diharapkan mempermudah bagi pemuda untuk bisa berkreasi dalam bidangnya masing-masing, terus berkarya dan memberikan sumbangsihnya pada kemajuan bangsa.
Sudah saatnya kita semua percaya, dengan adanya bonus demografi dan melihat komposisi menteri di jajaran kabinet Indonesia Maju, Indonesia bukan lagi dalam tahap belajar berjalan, apalagi merangkak, tapi Indonesia siap berlari, berlari menyongsong Indonesia yang tidak hanya adil dan makmur, namun lebih besar lagi, menjadikan Indonesia yang maju. Bismillah.
Tulisan oleh Wakil Ketua DPR RI, DR. Azis Syamsuddin.
(mul/ega)











































