Internasionalisasi Universitas
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Internasionalisasi Universitas

Selasa, 01 Okt 2019 10:31 WIB
Budy Sugandi
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Internasionalisasi Universitas
Foto: iStock
Jakarta - Baru-baru ini The Times Higher Education (THE) merilis Peringkat Universitas Dunia 2020. Rilis peringkat universitas seperti ini selalu disambut dengan penuh antusias oleh khalayak ramai. Bahkan salah satu peneliti bernama Maria Yudkevich mengatakan, "The result is spectacle, like an Olympics game, that captures public attention." University of Oxford berhasil mempertahankan posisi teratasnya selama empat tahun berturut-turut.

Sepuluh universitas terbaik di dunia versi THE 2020 itu berturut-turut yaitu University of Oxford (Inggris), California Institute of Technology (AS), University of Cambridge (Inggris), Stanford University (AS), Massachusetts Institute of Technology (AS), Princeton University (AS), Harvard University (AS), Yale University (AS), University of Chicago (AS), Imperial College London (AS).

Kampus China Unggul di Asia

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Asia, dua kampus China berhasil menduduki peringkat teratas yaitu Tsinghua University dan Peking University, masing-masing di urutan ke-23 dan ke-24. Kedua kampus ini berlokasi di ibu kota China yaitu Beijing.

Universitas di China dalam waktu singkat berhasil melakukan ekspansi dari yang awalnya "terisolasi" menuju "internasionalisasi" secara masif sejak akhir tahun 1990-an. Pada 1998 hanya ada 1022 universitas di China dengan total mahasiswa 3,4 juta. Meningkat drastis pada 2016 menjadi 2596 universitas dan institut dengan total mahasiswa baru mencapai 27 juta.

Internasionalisasi universitas di negeri yang sedang menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat ini menjadi salah satu agenda strategis pemerintah. Hal tersebut menelurkan program transnational/offshore, adaptasi kurikulum, pertukaran pelajar dan dosen, serta talent mobility program beasiswa dan kerja sama riset.

Dari program transnational, pada 2016 telah melahirkan lebih dari 1,6 juta mahasiswa yang lulus selain dari universitas asal juga mengikuti kuliah di universitas partner (joint programs). China juga memperlebar sayap dengan program talent mobility berupa pemberian beasiswa ke luar negeri bagi mereka yang berprestasi.

Internasionalisasi universitas menurut Altbach (2007) adalah proses memperluas tren ekonomi, teknologi, dan sains yang bisa berdampak langsung pada universitas pada khususnya dan berdampak pada dunia.

Dalam hal publikasi jurnal internasional bidang sains, universitas di China sangat produktif, hal ini bisa dilihat di katalog Science Citation Index (SCI). Pada 2014 China berada di posisi ke-2 di dunia, setelah Amerika dalam hal jumlah publikasi jurnal internasional. Antara 2008 hingga 2014, satu dari empat (24,4%) publikasi internasional merupakan hasil kolaborasi dengan peneliti dari Amerika, Inggris, Jepang, Australia, dan Kanada (UNESCO, 2015).

Lebih lanjut, strategi pemerintah dalam menjaring mahasiswa asing untuk belajar ke China juga berjalan apik. Ada beasiswa pemerintah (China Scholarship Council) berupa full scholarship yang setiap tahun diberikan ke pelbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia tersedia sekitar 150 kuota, mulai dari jenjang S1 hingga S3. Selain beasiswa CGC juga terdapat Beasiswa Confusius, beasiswa dari provinsi hingga langsung dari masing-masing universitas.

Berdasarkan pengalaman pribadi kuliah dokotoral di sini, kelas internasional di China juga berjalan sangat baik. Mulai dari komposisi mahasiswa internasional, bahasa, kurikulum, dosen yang expert, perpustakaan yang lengkap, dosen tamu, hingga fasilitas penunjang lainnya.

Informasi di atas merupakan bukti nyata bahwa Pemerintah China benar-benar serius dalam menggarap internasionalisasi universitasnya. Sehingga tak heran jika Tsinghua University bisa masuk 23 universitas top dunia atau universitas terbaik di Asia versi THE.

Perguruan Tinggi di Indonesia

Sementara untuk universitas di Indonesia perlu diakui berjalan masih sangat lambat, untuk tidak mengatakan jalan di tempat, jauh tertinggal dengan negara lain. Masih banyak universitas yang masih berkutat di proses ajar dan penelitian. Hal tersebut masih kurang jika kita benar-benar ingin masuk ke peringkat 100 atau puluhan top dunia.

Lima top universitas di Indonesia versi THE yaitu Universitas Indonesia (UI) yang menempati peringkat ke 601-800, sedangkan ITB, IPB, Universitas Brawijaya, dan UGM menempati peringkat di atas 1000. Hasil ini harus menjadi bahan introspeksi untuk segera berbenah dan berlari lebih kencang lagi.

Menghadirkan internasionalisasi universitas di Indonesia ini senada dengan semangat Nawacita dan Visi Indonesia Presiden Jokowi yaitu fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM). Lebih-lebih saat ini kita tengah memasuki revolusi industri 4.0, era society 5.0, serta ledakan usia produktif. Internasionalisasi universitas bisa menjadi embrio bangkitnya pendidikan di Indonesia dalam melahirkan SDM yang berdaya saing tinggi, berpikir kritis, memiliki nilai kearifan lokal, dan berwawasan global.

Untuk itu, diperlukan kerja nyata dan konkret terkait masa depan universitas di negeri ini. Kita bisa berkiblat dari perjalanan universitas di China yang melejit cepat menerobos ke peringkat 23. Selain penguatan program transnational, adaptasi kurikulum, pertukaran pelajar dan dosen, talent mobility, kerja sama riset antaruniversitas top dunia, sarana dan prasarana yang memadai, juga pemberian beasiswa pemerintah kepada pelajar asing untuk kuliah di Indonesia.

Setelah pemerintah "sukses" menghadirkan program beasiswa LPDP dengan memberikan beasiswa kepada putra-putri terbaik bangsa untuk kuliah baik di dalam maupun luar negeri, sudah saatnya Indonesia melebarkan sayap membuka beasiswa bagi orang asing untuk belajar di Indonesia agar terjadi "knowledge and experience sharing".

Selain itu, universitas juga perlu memahami bagaimana proses peringkat itu dilakukan. Misalnya untuk THE menilai pada 13 indikator meliputi 4 kriteria yang menjadi acuan yaitu pengajaran, penelitian, transfer pengetahuan, dan pandangan internasional. Sedangkan Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings menilai 4 kriteria yaitu kualitas pendidikan (termasuk alumni yang meraih Nobel Prizes), kualitas fakultas, penelitian (Highly Cited Researchers, Papers Published in Nature Science), dan performa per kapita. Pedoman penilaian seperti ini perlu dipahami oleh universitas agar bisa menentukan arah strategi yang tepat.

Tentu ini tidak hanya menjadi tugas tunggal bagi universitas, namun butuh dukungan penuh dan kerja kolaboratif dari pemerintah melalui kementerian terkait dalam hal ini Kemenristekdikti, Kemendikbud, Kemenkominfo, Kementerian Keuangan, dan Bekraf serta kerja sama dengan pihak industri. Tanpa usaha keras dan bersama seperti ini, harapan agar ada universitas di Indonesia bisa masuk peringkat 100 bahkan puluhan top universitas dunia hanyalah mimpi di siang bolong.

Budy Sugandi PhD Candidate Jurusan Education Leadership and Management Southwest University, China

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads