Berbagai Ancaman Disintegrasi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom Kang Hasan

Berbagai Ancaman Disintegrasi

Senin, 02 Sep 2019 10:43 WIB
Hasanudin Abdurakhman
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Hasanudin Abdurakhman (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta - Papua panas dan bergejolak. Kerusuhan besar melanda Jayapura. Sementara itu, situasi keamanan terkait aktivitas Organisasi Papua Merdeka (OPM) belum juga terkendali. Sudah banyak warga sipil meninggal, dan sejumlah anggota TNI gugur dalam berbagai kasus gangguan keamanan di Nduga. Papua berada dalam situasi genting, bukan hanya dalam soal keamanan, tapi juga dalam soal integrasi bangsa. Teriakan "Papua merdeka" terdengar dalam berbagai demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi belakangan ini.

Indonesia adalah negara besar, baik dalam hal luas wilayah maupun keragaman. Menyatukan Indonesia memang tidak mudah. Wilayah kita yang membentang dari Aceh sampai Papua, terdiri dari belasan ribu pulau. Menjaganya sebagai satu kesatuan wilayah saja sudah repot. Kalau ditambah dengan faktor manusia, persoalannya akan jauh lebih rumit. Kita selalu menghadapi berbagai ancaman disintegrasi.

Ancaman disintergrasi yang terjadi di Papua saat ini, dan sebenarnya terus terjadi, adalah persoalan rumit yang melibatkan begitu banyak faktor. Papua secara berbeda dengan Indonesia bagian barat. Suku bangsa Indonesia bagian barat adalah suku bangsa Asia. Papua bukan Asia, melainkan bagian dari kepulauan Melanesia, Pasifik. Apa yang membuat Papua jadi wilayah Indonesia? Kolonialisme Eropa. Papua dan wilayah lain yang kini merupakan wilayah Indonesia adalah bekas jajahan Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan mendasar itu membuat sebagian orang Papua merasa bahwa Papua seharusnya tak menjadi bagian dari Indonesia. Itu menjadi sumber ancaman disintegrasi.

Soal lainnya adalah soal kesenjangan antara pusat dan daerah. Ini sebenarnya bukan masalah Papua saja. Ini masalah di banyak daerah. Tempo hari listrik mati di Jakarta dan sekitarnya, segera jadi heboh nasional. Bagi orang daerah, itu kejadian sehari-hari. Harga BBM naik, orang di Jawa protes. Di berbagai tempat sejak dulu harga BBM sudah jauh lebih tinggi. Papua sebagai provinsi paling timur dalam banyak aspek pembangunan, tertinggal jauh dibandingkan dengan daerah lain.

Tentu saja ada usaha untuk memperbaiki kesenjangan itu. Sayangnya kendalanya juga tidak sedikit. Setelah berpuluh tahun menjadi bagian dari Indonesia, Papua tetap tertinggal. Kenapa? Korupsi. Korupsi, baik yang dilakukan oleh pejabat pemerintah pusat maupun pejabat pemerintah daerah Papua sendiri membuat banyak program pembangunan tak berjalan. Di Papua bahkan masih ada daerah yang mengalami ancaman kelaparan.

Papua bukanlah satu-satunya wilayah yang memiliki ancaman disintegrasi. Dulu Aceh juga begitu. Bahkan skalanya lebih luas, karena Gerakan Aceh Merdeka (GAM) memiliki pasukan yang jauh lebih kuat dibanding OPM. Pemerintah Indonesia kerepotan menghadapi pemberontakan dalam skala luas, dengan jumlah korban yang besar di kedua belah pihak. Ajaibnya, persoalan Aceh bisa diselesaikan, didorong oleh suatu faktor yang sama sekali tidak diduga oleh manusia: bencana tsunami. Luluh lantaknya Aceh oleh bencana itu membuat para petinggi GAM waktu itu cenderung melunak.

Di luar soal sejarah dan etnik, Aceh punya satu faktor lain yang mungkin tidak terlibat memicu ancaman disintegrasi Papua, yaitu soal ideologi. Aceh ingin tegak sebagai negeri bersyariat Islam.

Soal ideologi ini adalah sumber ancaman disintergrasi juga. Bedanya, ancamannya tidak terlokalisasi dalam suatu wilayah, tapi tersebar di berbagai daerah. Masih ada saja, dan selalu ada, orang yang menginginkan Indonesia menjadi negara Islam, dikelola berdasarkan syariat Islam. Keinginan ini sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka, dan terus mengalami pasang surut setelah 74 tahun berlalu. Keinginan itu tidak pernah benar-benar padam. Keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam turut berpengaruh pada berbagai peristiwa politik di Tanah Air.

Sebagai sebuah negara, kita ibarat sedang berlayar di tengah laut. Ada berbagai ancaman yang bisa menghancurkan kita menjadi puing-puing kecil. Ada ombak besar, serta karang tajam, yang merupakan ancaman dari luar. Tapi ada pula ancaman dari dalam kapal. Kalau para awak dan penumpang kapal tidak akur, mereka bisa bertarung dan saling bunuh, lalu menghancurkan kapal.

Menjaga Indonesia untuk tetap utuh sebagai NKRI yang berdaulat, melindungi segenap anak bangsa tanpa membedakan latar belakang suku, daerah, agama, dan status sosial sangat sulit. Ini adalah kerja semua komponen bangsa. Kejadian di Papua saat ini hanyalah satu ombak yang menggoyang NKRI. Ada banyak ancaman lain, khususnya yang terkait dengan soal ideologi. Ada begitu banyak orang yang gatal untuk menjadikan NKRI ini sebagai negara syariat, dan mereka melakukannya dengan terang-terangan. Kita perlu bekerja lebih keras lagi untuk menjaga keutuhan negeri ini.

Hasanudin Abdurakhman cendekiawan, penulis dan kini menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads