Puasa Sebagai Jalan Pemulihan Luka
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Puasa Sebagai Jalan Pemulihan Luka

Jumat, 17 Mei 2019 15:20 WIB
Kang abi
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Foto: iStock
Jakarta -
Tinjauan puasa dari aspek kesehatan fisik dari para ahli tentunya sangat penting untuk kita ketahui terutama bagi orang yang tengah dalam perawatan atau proses recovery dari suatu penyakit tertentu, sementara ia tetap ingin menunaikan kewajiban beribadah shaum di bulan Ramadhan ini.

Tidak kalah pentingnya juga untuk mengerti dan memahami puasa dan dampaknya bagi kesehatan batin, sisi dalam atau psikologi kita. Puasa adalah ibadah yang wajib bagi orang-orang yang beriman yang di dalamnya dijanjikan kualitas rohani, mutu menjulang suatu batin yaitu ketaqwaan (Q.S 2:183).

Puasa mendidik batin, dan terapi bagi batin yang sakit. Sakit atau sehatnya batin menentukan bahagia-tidaknya hidup. Sakit atau sehatnya batin menunjukkan bagaimana ia berperilaku, bereaksi, dan interaksi dalam kehidupan. Ibadah shaum atau puasa harus mampu membuat pelaksananya berada pada keadaan psikologi yang seimbang, matang tanpa konflik pertentangan. Karena itu ironi ketika pelaku puasa dapat bertindak kasar, tak sabar, vulgar dalam kekerasan fisik maupun verbal.

Setidaknya salah satu sabda Nabi Muhammad telah berbicara masalah ini, "Bagaimana mungkin kamu berpuasa padahal kamu mencaci maki pembantumu. Sesungguhnya puasa adalah penghalang bagi kamu untuk tidak berbuat hal yang tercela. Betapa sedikitnya orang yang shaum dan betapa banyaknya orang yang kelaparan."

Riwayat ini ingin mengingatkan kita aspek moral dari ibadah puasa yang menempatkan sikap seperti sabar, pemaaf, tidak melakukan kekerasan fisik maupun verbal, menjadi buah yakni sisi dalam (batin) menjadi sehat. Kesehatan batin dan rohani tergarap melalui puasa.

Batin yang Sakit

Keadaan batin yang tidak seimbang (batin yang sakit) dapat dilihat dari beberapa keadaan. Pertama, batin yang berjubel-jubel keinginan, laksana kolam yang permukaannya dipenuhi taburan bunga nan warna-warni. Keadaan batin seperti ini melalaikan orang dari tafakur (diam dan merenung) dan muhasabah (melakukan evaluasi diri). Ia tak mampu melihat isi dan kedalaman kolam yang boleh jadi sesuatu yang berharga tengah menanti di sana.

Keinginan ini-itu yang bersifat duniawi telah mengalihkan pandangannya. Kesenangan adalah inti yang dikejar-kejar dari keinginan. Sementara di mana ada pengejaran atas kesenangan di situ ketakutan tengah menunggu. Di mana ada kesenangan di situ ia takut akan berakhir kesenangannya. Kesenangan selalu merupakan wajah lain dari ketakutan, yang di situ menunjukkan keadaan batin yang sesungguhnya (ketakutan) dari orang yang mengejar keinginan dan kesenangan.

Keadaan kedua yang menunjukkan batin tengah dirundung sakit, luka, merana, dan menderita adalah ketidaksenangan. Laksana kolam yang permukaannya bergolak-golak, sehingga kolam itu menampilkan keadaan yang mengerikan, alih-alih dapat dilihat dengan jelas isi dan kedalaman kolam tersebut yang di sana boleh jadi sesuatu yang berharga bagi kehidupannya menunggu. Turunan dari rasa tidak senang adalah kemarahan dan kesedihan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bertemu Kesedihan

Bertemu kesedihan itu pengalaman sehari-hari. Bertemu kekecewaan itu juga terlalu sering. Bertemu rasa kesepian lalu ada rasa kehampaan, itu teramat rutin. Bertemu kemarahan, sudah biasa. Bertemu kenikmatan dan kesenangan, tak terbilang dan masih terus mengejarnya. Bertemu penyesalan lantas ada rasa salah, juga keseringan. Bertemu ketakutan, juga sudah seperti jadi makanan.

Apa yang lazim terjadi ketika saya bertemu dengannya? Saya tidak menemuinya, karena segera setelah bertemu saya lari darinya, meninggalkannya, menjauhinya, menghindarinya, lari sejauh-jauhnya dari itu semua dengan mengalihkannya melalui hiburan-hiburan agar semua yang melukai batin sirna --yang pokoknya berarti tidak mau menemuinya.

Shaum di bulan Ramadhan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi kita untuk lebih dekat, intim dan berhadap-hadapan, menemui langsung segala keadaan diri. Lebih dan kurangnya, kotor dan bersihnya, guncang dan tenangnya. Apakah perasaan sedang dalam kemarahan, kesedihan, menyesal, berduka, frustrasi, kecewa, galau, gelisah cemas, bernafsu, ambisi, dan seterusnya.

Dianjurkan tidak membuang-buang waktu, tiap detik, menit, dan jamnya kecuali untuk ibadah agar waktu yang ada adalah kesempatan emas yang berguna untuk menggarap keadaan batin melalui ritual-ritual yang dianjurkan, tafakur dan muahasabah di malam-malamnya.

Bersimpuh di sudut kamar di atas lambaran sembahyang, berdiam diri, yang adalah menemui segala keadaan batin yang terluka akibat interaksi kehidupan, yang tidak pernah tuntas kecuali diendapkan di dalam batin bahwa sadar menjadi tumpukan luka. Dan bilamana kita menemui luka-luka itu, diam mengamati dalam keikhlasan dan berserah diri, di sana terbuka kemungkinan pemulihan, pembersihan, dan kesembuhan penyakit dan luka batin itu.

"Sungguh berbahagialah orang yang membersihkan hatinya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya" ( Q.S As-Syam: 9-10)

Kang Abi penggagas komunitas dan fasilitator retreat DUDUK DIAM
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads