Jupiter, Akulah Sayap Tanah Air

"Common Sense" Ishadi SK

Jupiter, Akulah Sayap Tanah Air

Ishadi SK - detikNews
Jumat, 25 Jan 2019 11:17 WIB
Ishadi SK (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta - Minggu lalu atas alasan dokumentasi saya beserta tim CNN Indonesia berkesempatan berkunjung ke Lanud TNI AU Adisutjipto Yogyakarta. Adisutjipto pada tahun 1948 berhasil menerbangkan pesawat cureng bekas angkatan udara Jepang terbang ke Semarang dan Ambarawa menjatuhkan bom di beberapa sasaran militer kolonial Belanda. Serangan ini mengakibatkan serangan balik angkatan udara Belanda dan menghancurkan hampir semua pesawat TNI AU waktu itu, yang kemudian disusul dengan pendudukan Yogyakarta.

Butir-butir rekaman sejarah masa lalu itu yang terlintas di dalam pikiran saya ketika memasuki Lanud Adisutjipto. Kami diterima dengan ramah dan diminta untuk mengikuti tata cara prosedural rutinitas harian pesawat Jupiter yang dikenal sebagai JAT (Jupiter Aerobatik Team). Satuan pesawat latih ringan KT-1B Woong Bee buatan Korea Selatan. JAT sudah sangat terkenal di Indonesia maupun di berbagai negara Asia oleh kemampuan aerobatik yang spesifik dan jarang dilakukan oleh negara-negara lain. Lewat briefing dari Letkol Penerbang Dedy "Leopard" Susanto, Komandan Sekolah Pendidikan Penerbang 102 (Yogyakarta) saya menyadari betapa "berbahaya" dan sulitnya manuver yang dilakukan oleh JAT dalam berbagai kesempatan di dalam maupun luar negeri.

Dalam buku The Jupiters Indonesian Airforce Aerobatik Team (2015) disebutkan ada beberapa tipe pertunjukan Hi-Show Sequence di ketinggian 6.000 feet dan Low-Show Sequence di ketinggian 3.000-6.000 feet. Dalam setiap sortie diikutsertakan enam pesawat KT-1B Woong Bee dan durasi aerobatiknya antara 15-20 menit. Pada Hi-Show Sequence misalnya ada 16 manuver dari yang sederhana sampai yang rumit dan berbahaya. Paling sulit menurut Mayor Penerbang Marcell adalah manuver Mirror.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayangkan kalau Anda menjadi pilot yang terbang "terbalik" (upside down), terbang sejajar dengan mengikuti gerak dan kecepatan pesawat yang di bawahnya, perbedaan jarak antara mereka hanya 1-2 meter. Kesalahan 1/10 detik saja bisa berakibat fatal. Inilah manuver yang negara-negara lain jarang melakukannya. Adegan tersebut berlangsung selama 15-20 detik, dengan kecepatan 300-350 km/jam. Manuvernya, dua pesawat terbang sejajar dalam kecepatan yang sama namun pesawat yang satunya terbang "terbalik" di atas pesawat yang lain.

Manuver lainnya yang juga sulit adalah Screw Roll di mana satu pesawat terbang berputar mengitari jajaran tiga pesawat lainnya terbang melingkar-melingkar di antara tiga pesawat yang terbang bersama. Manuver ini tentu sangat sulit karena memerlukan kemampuan estimasi dan perhitungan yang menuntut presisi tinggi.

Manuver ketiga, Solo Spin berupa sebuah gerakan pesawat tunggal menanjak vertikal dalam ketinggian tertentu kemudian tiba-tiba seakan-akan mesinnya mati, pesawat ke bawah berputar-putar mencoba untuk me-recovery sebanyak tiga putaran sebelum akhirnya keluar dari putaran tersebut.

Sungguh sangat enak dipandang oleh penonton di darat meskipun tidak ada satu pun yang menyadari gerakan seperti itu memerlukan persiapan dan kekuatan fisik sang penerbang yang ekstra prima karena akan menghadapi kehilangan kesadaran ketika pesawat berputar-putar menukik ke bawah. Pada saat itu seorang penerbang akan menerima beban sampai dengan 5 G (Gravitasi), sekitar lima kali lebih berat dibanding kalau berada dalam pesawat penumpang biasa. Satu gravitasi sama dengan berat satu kali berat badan penerbang, jadi jika seorang penerbang berat badannya 70 kg, kemudian mendapat tekanan 5 G, maka ia akan menerima beban 350 kg di udara. Dia harus terus menerus menjaga agar tidak kehilangan kesadaran. Manuver ini memerlukan latihan bertahun-tahun.

Nah, Anda membayangkan kalau JAT tahun 2012 harus melakukan demonstrasi terbang di Thailand, dalam rangka 100 Tahun Penerbangan Thailand, enam pesawat aerobatik dan dua cadangan terbang ke Thailand. Tentu lewat perhentian di beberapa pangkalan udara Indonesia. Mereka kemudian harus melakukan demonstrasi aerobatik dua hari berturut-turut dalam 16 manuver dengan catatan tidak ada satu pun manuver yang mudah dan aman, semuanya dalam kondisi teramat sulit dan sangat berbahaya.

Untuk ikut serta memahami, menghayati, dan mencoba betapa sulitnya manuver yang dilakukan, saya sempat merasakan suasana cockpit serta safety procedure menggunakan pakaian dan peralatan lengkap terbang. Dari cockpit itu saya membayangkan betapa sulitnya berbagai manuver pada setiap kali aerobatik.

Setiap tahun diterima 50 calon penerbang dan selama empat tahun mereka digembleng, dilatih, dan "digojlok" di Akademi Angkatan Udara dengan berbagai latihan fisik dan pemahaman unsur-unsur pesawat. Para taruna terbaik pada tahun keempat ditunjuk sebagai calon penerbang aerobatik. Bersama-sama dengan para instruktur mereka melakukan latihan aerobatik tiga kali setiap hari, mulai Senin sampai Jumat tanpa putus.

Letkol Penerbang Marcellinus "Liger" Dirgantara paling sedikit telah 12 tahun berlatih terbang loop, spin, roll slide, dan lain-lainnya. Betapa beratnya menjadi seorang penerbang aerobatik. Di sisi lain menjadi penerbang aerobatik merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena terpilih lewat latihan, seleksi dan ujian yang teramat sulit bertahun-tahun.

Kalau katakanlah setiap angkatan melahirkan sekitar 50 penerbang baru, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dihasilkan 500 penerbang, namun hanya terpilih kurang dari dua lusin penerbang yang dianggap mampu menjadi penerbang aerobatik yang handal dam dapat diandalkan dalam berbagai Air Show di dalam maupun luar negeri.

Bagi mereka para penerbang andal ini latihan terbang rutin setiap hari tiga kali selama bertahun-tahun akan menambah keyakinan serta kepercayaan untuk melakukan penerbangan aerobatik Hi-Show Sequence yang teramat sulit dan membahayakan. Bagi mereka setiap manuver adalah tantangan yang harus dimenangkan untuk kebanggaan dan kehormatan Indonesia tercinta. Sesuai dengan motto penerbang militer umumnya, Swa Bhuwana Paksa - "Akulah Sayap Tanah Air".

Ishadi SK Komisaris Transmedia

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads