Hari ini 24 Januari 2019 menjadi hari yang bersejarah bagi Basuki Tjahaja Purnama (BTP) dalam hidupnya. Ia telah keluar dari penjara setelah menjalani hukuman karena dianggap menistakan agama. Keluarnya BTP ini membuat lawan dan kawannya angkat berbicara, menawarkan sejumlah tempat untuk kembali berkarya, salah satunya adalah partai politik.
Selain dikabarkan bahwa BTP akan berlabuh ke PDIP, sebagaimana dikabarkan Djarot Saiful Hidayat, juga ada beberapa saran dari lawannya. Salah satunya adalah Novel Bamukmin, Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA) 212, agar BTP tidak kembali mengulangi perbuatannya dan mending menekuni profesi pebisnis. Sebagaimana dilaporkan detikcom, Rabu (23/1), Novel Bamukmin menyatakan kalaupun BTP ingin berlabuh ke dunia politik, sarannya adalah di partai keumatan. Partai yang disarankan asal bukan koalisi 01, melainkan Gerindra, PAN, PKS dan partai-partai serupa.
Selain prediksi berlabuh pada partai politik, BTP dikabarkan akan menekuni beberapa profesi. Salah satu yang dikabarkan beberapa media, memang dia akan memulai kariernya setelah keluar dari penjara dengan menekuni bisnis, menulis, atau menjadi konsultan. Beberapa profesi yang diprediksi oleh orang terdekatnya tersebut memanglah sangat wajar.
Namun, apapun profesi BTP setelah keluar dari penjara, baik di dunia politik, bisnis, ataupun di dunia kreatif seyogianya memang ada suatu nilai yang diperjuangkan atau dipegang olehnya. Artinya, partai politik ataupun profesi lain bukanlah suatu tujuan akhir. Sebagaimana kutipan yang sering digunakan oleh orang dari Gus Dur, "Yang jauh lebih penting dari politik adalah kemanusiaan". Nilai kemanusiaan misalnya, lebih penting daripada memperjuangkan partai itu sendiri.
Partai politik atau bisnis apapun itu memang semestinya memiliki misi kemanusiaan. Perjuangannya di mana pun itu tidaklah kosong, hanya mengikuti arus yang ada di masyarakat. Sehingga tidak heran saat ini kita banyak melihat orang yang begitu memperjuangkan "mati-matian" dukungan politiknya, tanpa memperhatikan misi yang dibawanya, salah satunya adalah kemanusiaan. Saya rasa misi kemanusiaan menjadi bekal yang sangat penting setiap partai atau lembaga apapun itu.
Mendidik Rakyat
Mohammad Hatta dalam bukunya Mengambil Peladjaran dari Masa Lampau untuk Membangun Masa Datang (1966) banyak mengupas fungsi-fungsi partai politik. Ia menyatakan bahwa partai politik tersusun menurut golongan paham atau pendapat yang ada dalam masyarakat. Pendapat yang dituangkan ke dalam satu program aksi untuk membangun negara dan masyarakat merupakan jalan untuk mewujudkan cita-cita dan kemakmuran rakyat.
Ia juga menyatakan bahwa salah satu fungsi lainnya dari partai politik adalah mendidik rakyat untuk menyadari tanggung jawab atas keselamatan bersama sebagai bangsa. Pun dengan misi untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kemakmuran yang terkandung dalam hari nurani rakyat sudah semestinya diperjuangkan setiap partai politik. Apabila cita-cita mulia tersebut tidak dipegang betul oleh para anggotanya, maka akan banyak kepentingan di dalam partai politik itu sendiri.
Mohamma Hatta menyatakan, pada masanya banyak orang yang keluar dari partai politik karena tidak sesuai dengan kepentingan pribadinya. Pada masanya, ada orang-orang yang ingin berkarier memperoleh kedudukan dan mendapatkan rezeki di partai politik, akan banyak yang keluar dan mendirikan partai politik sendiri apabila kepentingannya tidak tercapai. Ia akan mendirikan partai baru, bukan karena prinsip orang berpisah melainkan karena tujuannya sendiri tidak tercapai.
Kekuasaan politik menurut Mahatma Gandhi bukanlah tujuan akhir, melainkan menjadi sarana untuk memperbaiki nasib masyarakat luas dalam setiap bidang kehidupan. Kekuasaan politik untuk mengatur kehidupan nasional melalui para wakilnya. Keperbihakannya pun harus jelas, dalam bahasa Gus Dur harus mempunyai orientasi kepentingan masyarakat umum, bukan pada kepentingan pribadi atau kelompok.
Menjelang pemilu pada April nanti, kita banyak berkaca dari fanatisme masyarakat terhadap partai politik atau calon yang diusungnya. Banyak yang menumpukan harapan kesejahteraannya pada calon tertentu, dan melupakan peran sertanya sebagai masyarakat sipil sangat mempunyai andil yang cukup besar dalam membangun bangsa ini. Setiap profesi mempunyai andil dalam membangun keadilan sosial, kesejahteraan, dan cita-cita mulia lainnya.
Pelajaran Penting
Kasus yang menimpa BTP sehingga dia masuk dalam penjara merupakan pelajaran yang sangat penting baginya. Ia sebenarnya lebih paham bagaimana kelompok-kelompok tertentu yang mengupayakan dirinya agar masuk penjara, karena ia dianggap menodai agama. BTP juga sudah banyak mengalami penolakan atas dirinya sebagai pemimpin daerah.
Atas pengalaman-pengalaman yang ia alami, memang sebaiknya ia tidak membalas dendam atas apa yang telah ia terima. Melainkan, ia berbicara lebih jauh lagi yaitu mengenai politik kebangsaan. Berbicara mengenai persaudaraan, keadilan sosial, kemanusiaan, toleransi, dan lain sebagainya daripada hanya berbicara tentang kekuasaan.
Politik kebangsaan sangat perlu dijadikan arus besar mengingat eksklusivisme semakin marak di masyarakat. Persaudaraan kita tersekat-sekat dengan perbedaan pilihan politik dan perbedaan agama. Persaudaraan jangan dipahami sebagai persaudaraan sesama golongan saja, melainkan harus ketiganya, persaudaraan sebangsa dan sesama umat manusia. Trilogi persaudaraan --golongan/agama, bangsa, manusia-- inilah yang akan menjaga keberagaman dan perdamaian negara ini. Dalam kebangsaan, trilogi tersebut sudah terwakili pada Pancasila.
Apapun pilihan politik dan profesi kita, memang kita sudah semestinya mempunyai orientasi kebangsaan. Artinya, berbicara untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan kelompok tertentu. Kasus BTP menjadi pelajaran kita bersama atas persaudaraan kita yang semakin terkikis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nur Sholikhin mahasiswa pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam UIN Sunan Kalijaga dan aktivis Gusdurian Yogyakarta











































