Mewujudkan Resolusi

Kolom

Mewujudkan Resolusi

Hasanudin Abdurakhman - detikNews
Senin, 31 Des 2018 10:05 WIB
Hasanudin Abdurakhman (Ilustrasi: Edi Wahyono/detikcom)
Jakarta - Sebuah night club bernama Purga di St. Petersburg, Rusia menyelenggarakan pesta tahun baru setiap malam. Artinya, kapan pun Anda ke sana pada malam hari, Anda akan bisa merayakan pergantian tahun pada jam 12 tengah malam. Aneh? Tidak. Setahun adalah masa di mana bumi bergerak mengitari matahari satu putaran. Kapan putaran itu dimulai, tak ada tanda khususnya. Jadi setiap orang bisa menetapkan suatu hari sebagai awal perhitungan tahun. Jadi setiap hari bisa jadi tahun baru.

Kita membuat perhitungan tahun untuk menandai pergantian waktu. Kita membuat semacam pengingat bagi diri kita, bahwa suatu satuan waktu telah berlalu. Ketika berlalu, ia tak bisa kita ulang. Kita sadar betul soal itu. Tapi, sesungguhnya kita tidak benar-benar sadar. Faktanya, banyak waktu yang berlalu begitu saja. Tadinya ingin kita isi dengan sesuatu yang berharga, tapi keinginan itu tidak kunjung menjadi tindakan. Kita selalu ingin hidup kita lebih baik, tapi sering kali hidup kita jalan di tempat, atau bahkan mundur. Hidup sering kali tak sesuai tekad kita di awal tahun.

Apa yang terjadi? Tekad sebenarnya tak pernah mengubah apapun. Yang menghasilkan perubahan adalah perubahan tindakan. Tapi, tindakan sekali pun tidak serta merta membuat perubahan yang kita inginkan. Hanya tindakan tertentu yang benar-benar membuat kita berubah ke arah yang kita inginkan. Tindakan seperti apa?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Resolusi adalah pernyataan soal tujuan yang hendak kita raih. Kita bisa menyebutnya mimpi. Punya resolusi adalah sesuatu yang baik. Artinya, kita punya tujuan. Itu sudah lebih baik daripada tidak punya tujuan. Buruknya, sering orang berhenti hanya dengan menyatakan resolusinya. Ia tidak mengikutinya dengan hal lain.

Setelah menyatakan resolusi, apa yang harus dilakukan? Kita perlu mencari tahu, apa yang diperlukan untuk mewujudkan resolusi itu. Apa tindakan yang harus kita lakukan untuk mencapainya, sumber daya apa yang dibutuhkan untuk mencapai itu, dan bagaimana kita bisa memperoleh sumber daya itu kalau kita belum memilikinya. Saya menyebut pengetahuan itu sebagai visi.

Misalkan Anda menetapkan ingin pergi ke suatu tempat tahun ini, misalnya Eropa. Itu mimpi Anda. Anda tinggal berhitung, berapa dana yang diperlukan. Dana tentu bukan satu-satunya faktor yang membuat Anda bisa berkunjung ke Eropa tahun depan. Anda harus sehat, dan punya waktu untuk ke sana.

Lalu Anda menyusun rencana, bagaimana memperoleh dan menyisihkan dana untuk keperluan itu, hingga dana itu cukup saat diperlukan. Anda juga menyusun rencana kerja, sehingga Anda bisa libur pada saat yang telah Anda tetapkan. Anda juga perlu merencanakan pengelolaan kesehatan, agar rencana kunjungan Anda tidak batal karena Anda sakit. Selebihnya, Anda membuat rencana perjalanan yang lebih detail.

Berikutnya, jalankan rencana itu. Pastikan Anda dapat pemasukan yang sesuai dengan yang Anda rencanakan. Pastikan juga Anda menyisihkannya sejumlah yang sudah direncanakan. Bagaimana kalau tidak? Anda harus menyusun rencana tambahan agar dana yang Anda kumpulkan bisa terpenuhi sesuai target. Itu adalah serangkaian tindakan atau aksi untuk mengeksekusi rencana Anda. Bila segala sesuatu Anda laksanakan sesuai rencana, Anda akan mewujudkan resolusi Anda untuk pergi ke Eropa.

Perhatikan bahwa rencana bukanlah daftar sederet tindakan yang ingin Anda lakukan. Rencana adalah daftar target yang harus Anda capai. Anda bertindak untuk mencapainya. Kalau tindakan itu tidak memberikan hasil, sama artinya dengan Anda belum melakukannya. Karena itu Anda harus mengulang dan memperbaiki tindakan itu sampai hasilnya sesuai rencana.

Bila semua rencana dilaksanakan dan memberi hasil sesuai target, maka Anda akan sampai ke tujuan. Bagaimana kalau tidak tercapai? Artinya, Anda salah dalam membuat perencanaan. Karena itu sangat penting untuk punya visi yang benar, yaitu mengumpulkan informasi yang benar tentang tujuan yang hendak Anda capai.

Kesalahan perencanaan yang umum terjadi adalah, basis perhitungannya adalah kondisi saat ini. Padahal kondisi selalu berubah. Misalnya, Anda merencanakan biaya 10 juta rupiah cukup untuk membeli tiket ke Eropa tahun depan. Ternyata, saat Anda hendak berangkat harga tiket sudah naik menjadi 15 juta sehingga dana Anda jadi tidak cukup. Rencana yang baik harus menyediakan antisipasi terhadap perubahan-perubahan seperti itu.

Saya percaya semua resolusi bisa diwujudkan jadi nyata, selama kita menjalani proses tadi, yaitu menyusun resolusi, membangun visi, menetapkan rencana, lalu mengeksekusi rencana itu, serta mengontrol untuk memastikan hasilnya sesuai rencana. Ringkasnya: resolusi, visi, rencana, aksi, dan kontrol. Kita hanya memerlukan langkah-langkah itu, bukan yang lain. Lebih tepatnya, hanya dengan langkah-langkah itulah kita bisa mewujudkan resolusi.

Anda punya sejumlah resolusi tahun lalu yang tidak terwujud? Coba perhatikan lagi, pasti ada satu bagian dari 5 langkah yang tidak baik. Atau, jangan-jangan bahkan Anda hanya berhenti pada resolusi saja, tanpa ada lanjutan pada 4 langkah berikutnya. Ingin resolusi 2019 terwujud? Lakukan 5 langkah itu.

Selamat Tahun Baru 2019.

Hasanudin Abdurakhman cendekiawan, penulis dan kini menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads