Apa makna usia 17 tahun? Makna kekiniannya adalah Transmedia tengah bersiap memasuki zaman 4.0. Era analog tradisional berakhir, digantikan oleh era digital yang multiplexing. Untuk itu, rangkaian acara untuk HUT-nya berbeda. Digelar tiga malam pertunjukan musik berturut-turut, 14, 15, 16 Desember 2018 berdasarkan target segmen penonton yang berbeda: musik era 2000, era 2010, dan era milenial. Untuk itu, disiapkan panggung seluas 3.500 m2, terbagi dalam 17 cluster panggung. Paling besar di tengah seluas 1.400 m2, dan 16 panggung berukuran sedang dan kecil dengan luas total 2.100 m2.
Tidak mudah mendirikan bangunan panggung demikian kompleks sekaligus mempersiapkan area yang dapat menampung 300.000 penonton sekaligus. Rekayasa produksi studio seluas ini menjadi menarik untuk dibahas, tidak saja untuk para broadcasters, namun juga mereka yang menjadi penonton di lapangan, maupun di rumah. Menyaksikan program live enam jam sehari selama tiga hari berturut-turut.
Beruntung Transmedia telah berpengalaman menyelenggarakan Piala Dunia 2018. Pada waktu itu, lokasinya di area yang sama dengan sekarang, dulu namanya Sunburst BSD, sekarang diberi nama baru Trans City BSD. Sebuah area yang kelak menjadi cluster pemukiman baru yang moderen dan berkelas, seluas 27 ha.
Waktu itu di tempat ini dibangun panggung seluas 1.500 m2 dengan layar LED sebesar 400 m2, terbesar yang pernah digunakan untuk dapat menampung penonton yang pada malam final World Cup pada 15 Juli 2018 ditonton lebih dari 1 juta orang.
Berdasarkan pengalaman itu, rekrutmen kali ini memanfaatkan mereka yang sudah berpengalaman di World Cup. Perhatikan data-data berikut. Dalam tiga hari disiapkan 156 performances/lagu, penyanyi solo maupun grup vokal, 200 penari latar dari grup Alpha Plus, Trans Studio Bandung, dan Trans Studio Cibubur Dance Group.
Sejak Agustus, 30 Creative, 10 Program Director, 15 Camera berbagai panggung, 4 Jimmy Jib, dan 2 kamera long distance lens dipasang khusus di Apartemen Tree Park yang terletak di seberang lokasi, khusus untuk mengambil opening dan closing shot, dan beberapa drone. Tentu yang paling sulit adalah bagaimana menghubungkan seluruh kamera termasuk drone dan kamera yang di Apartemen Tree Park di lantai 33 bisa diterima signalnya di master control room dan control room, untuk kemudian ditayangkan melalui satelit ke seluruh Indonesia dan melalui streaming di media sosial sehingga bisa ditonton di seluruh dunia.
Jawabnya, menurut Wawan Julianto, Bos Transmission, menggunakan sistem nirkabel yang pernah diterapkan di World Cup 2018 lalu, berupa sistem DVB2 (Digital Video Broadcast 2), sehingga lalu lintas signal tidak lagi lewat kabel seperti zaman TV analog, tetapi menggunakan frekuensi.
Untuk itu tiga bulan sebelumnya dicari frekuensi yang masih kosong di sekitar lokasi BSD. Belum lagi sistem kalibrasi audio. Tidak kalah menarik adalah selama tiga hari diproduksi 400 grafis dan video grafis untuk mengiringi setiap pembukaan dan penutupan performances, sekitar 10-30 detik.
Sebuah acara televisi apalagi yang seluruhnya dilakukan di luar studio dengan durasi 6 jam kali tiga hari di panggung yang luas, harus dipikirkan aliran listriknya. Seluruh kegiatan baik on air maupun off air tidak menggunakan listrik PLN, namun menyewa 12 genset besar dan kecil yang seluruhnya berkekuatan 1.000 kw, yang ekuivalen dengan sistem penerangan listrik untuk sebuah kota kecil.
Di luar panggung utama, masih ada panggung untuk off air berbagai atraksi, lomba grup musik, lomba modern dance tingkat SMA, restauran, kafe, Transmart, Bank Mega, Mobile Legend, Grab dan 20 brand booth pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Sangat melelahkan untuk 300 kru yang sudah membahas show besar ini sejak akhir Agustus 2018. Pagi, siang, sore, malam, terkadang sampai pagi hari. Sebuah pertunjukan besar seperti ini tentu menuntut biaya yang tinggi. Diperlukan biaya sekitar Rp 20 Miliar, itu berarti kerja keras buat tim Sales dan Marketing, yang terdiri dari 20 orang, melayani klien off air sejumlah 20-an, dan 30-an klien on air, yang rata-rata memasang loose spot, masing-masing minimal 300 jutaan, dengan seluruhnya 62 brand. Masih diramaikan juga dengan atraksi Mobile Legend dan Grab di 20 booth.
Tentu ada tokoh-tokoh kunci untuk melaksanakan, mulai dari memikirkan konsep, merealisasikan dalam bentuk simulasi, menghubungi artis pengisi acara, melatih mereka, merancang dan mendirikan panggung, menyiapkan lighting, merancang posisi kamera, merancang audio agar tidak bertabrakan dan jelas terdengar hingga radius 21.000 meter, tim penghubung artis dan pengisi acara, program director, floor director, creative, genset, jimmy jib, steady cam, rijing. Off air program marketing, transport, akomodasi kru, karena sebagian besar tinggal di lokasi selama satu minggu. Sangat melelahkan, sangat memerlukan koordinasi, sinkronisasi, dan implementasi yang kreatif dari menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari.
Pagelaran ini didukung oleh artis-artis papan atas; Iwan Fals, Slank, Padi Reborn, Armada, D'Masiv, Rossa, Zaskia Gotik, Ayu Ting-Ting, Siti Badriah, dan masih banyak lagi, dan utamanya oleh kehadiran dua kelompok K-Pop, yaitu Suju hari kedua dan SNSD di hari ketiga. K-Pop memang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia.
Diperlukan juga disiplin yang tinggi, memiliki kemampuan teknis maksimal, dan terbiasa dalam tekanan emosi serta kemampuan untuk mengatur waktu dalam menjaga agar pertunjukan yang ditayangkan baik off air maupun on air agar tidak menjemukan, meskipun berlangsung alam waktu enam jam per hari. Di lapangan ukurannya adalah jumlah penonton yang tetap bertahan hingga acara usai atau tidak.
Sesungguhnya selalu ada penonton yang keluar maupun masuk, bergantian, hitungan kami pada hari pertama 300.000 penonton, pada hari kedua 400.000, penutupan hari ketiga 250.000 --hampir satu juta dalam jumlah, mendekati penonton World Cup pada Juli 2018 yang lalu. Menkominfo Rudiantara yang menyaksikan acara pada 15 Desember mengatakan bahwa pagelaran ultah Transmedia "Sweet 17" memecahkan rekor dunia.
Waktu siaran bersamaan dengan musim hujan, apalagi bulan Desember. Pada H-1 terjadi puting beliung yang merobohkan salah satu panggung dari lima panggung yang ada. Menerbangkan terpal maupun tenda ke luar lapangan, sempat panik, untung tidak terlalu lama, disusul kemudian dengan hujan deras.
Alhamdulillah pada hari H, alam meluangkan waktu untuk pertunjukan besar ini, berkat doa, khususnya dari sekitar 2.000-an pedagang kecil, penjual minuman, makanan, suvenir dan aneka pernak-pernik yang berjualan di sepanjang trotoar di luar area pagelaran.
Saya percaya, doa para pedagang kecil dan penonton yang datang untuk menyaksikan bintang-bintang besar Indonesia dan Korea secara cuma-cuma, doa merekalah yang dikabulkan oleh Allah. Pada hari kedua, pukul 22:00 saya bertemu tiga orang kaum milenial; Shita, Anita, dan Shiela yang merupakan penggemar K-Pop. Mereka datang dari Desa Cisauk, Bogor dan antre sejak jam 10:00 pagi untuk menonton Suju. Mereka mau antre delapan jam di siang yang terik. Sungguh luar biasa, ada 10.000-an seperti mereka.
Hari Senin pukul 01:00 seluruh kru off air dan on air dikumpulkan di atas panggung. Disaksikan Walikota Tangerang, Airin. Seluruh kru khusyuk berdoa, dipimpin langsung oleh Bapak Chairul Tanjung, di atas panggug seluas 3.500 m2. Alhamdulillah, proyek besar Transmedia usai sudah. Respons penonton rata-rata tinggi selama enam jam siaran kali tiga hari. Bravo, Transmedia Sweet 17!
Ishadi SK Komisaris Transmedia
(mmu/mmu)