Kematian Jamal Khashoggi yang mengentak dunia semakin membuka mata warga dunia terhadap sosok MBS yang sebelum ini dielu-elukan akan membawa perubahan besar di Arab Saudi, kawasan Timur-Tengah, bahkan dunia internasional. Faktanya, MBS dianggap sosok yang paling bertanggung jawab terhadap tewasnya Khashoggi.
Pernyataan Erdogan di depan anggota parlemen dari AKP semakin meneguhkan bahwa pembunuhan yang sangat brutal itu tidak terjadi secara spontan, melainkan sebuah pembunuhan yang terencana. Erdogan secara eksplisit menyebutkan adanya 18 orang yang masuk ke Turki dengan menggunakan jet pribadi dari Riyadh. Orang-orang tersebut, menurut Erdogan, harus diadili di Turki, karena peristiwa yang menarik perhatian dunia internasional tersebut terjadi di wilayah Turki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada mulanya MBS menyatakan bahwa Khashoggi sudah keluar dari kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul dua jam setelah masuk gedung. MBS berusaha meyakinkan dunia, bahwa hilangnya Khashoggi tidak ada kaitannya dengan dirinya.
Namun, hasil investigasi Turki yang sangat detail yang disertai dengan adanya audio dan video, yang dikutip dan dikupas di berbagai media mainstream di seantero dunia telah menjadikan MBS terpojok. Walhasil, MBS pun mau tidak mau harus mengakui kematian Khashoggi di dalam kantor konsulat. Tidak hanya itu, MBS dalam forum investasi yang baru-baru ini digelar di Riyadh juga ikut menyebut kematian Khashoggi sebagai tragedi brutal dan sadis.
Meskipun MBS berusaha untuk menjauhkan dirinya dari kasus kematian Khashoggi, bahkan mengutuk keras, tapi semua sudah menjadi bubur. Warga dunia sudah kadung menghukumnya sebagai "otak" dari tragedi yang menggemparkan itu. Ada dua pertanyaan mendasar yang dilemparkan kepada MBS: Di manakah sekarang jasad Khashoggi? Kenapa pengakuan MBS cenderung berubah-rubah --yang sebelumnya menyebut Khashoggi sudah keluar dari kantor Konsulat, lalu berubah dengan mengakui kematian jurnalis senior itu?
Erdogan sudah memastikan bahwa 18 orang, yang disebut-sebut sebagai "pasukan harimau" yang mempunyai kedekatan dengan MBS, merupakan orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian Khashoggi. Hingga saat ini, MBS tidak memberikan komentar perihal 18 orang tersebut, dan belum merespons permintaan Erdogan untuk mengadili mereka di Turki. Ia hanya berjanji akan mengadili para pelaku.
Di atas itu semua muncul pertanyaan mendasar, bagaimana nasib Arab Saudi di bawah kepemimpinan MBS di masa mendatang? Apakah MBS akan membawa stabilitas dan kemajuan bagi Arab Saudi?
Dunia sekarang memberikan perhatian khusus pada MBS, karena sosok tersebut dianggap tidak mempunyai kapasitas kepemimpinan yang baik bagi Arab Saudi saat ini. Beberapa kebijakan MBS di kawasan dianggap lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.
Kebijakan MBS dalam perang di Yaman terbukti telah menimbulkan petaka serius di negeri yang paling miskin di kawasan itu. Ada ribuan warga yang meninggal dunia, dan menjadikan Yaman sebagai negara gagal karena ambisi Arab Saudi untuk menghabisi faksi Houthi.
Blokade terhadap Qatar telah menjadikan negara-negara Teluk tidak kompak dan cenderung mengancam stabilitas kawasan. Timur-Tengah akhirnya berada dalam goncangan dan ketidakpastian.
Belum lagi, kedekatan MBS dengan Israel telah menyebabkan Palestina semakin tersudut dan kehilangan masa depan. Arab Saudi dianggap lebih condong pada kepentingan Israel daripada kepentingan Palestina. Kedekatan MBS dengan Jared Kushner menjadi posisi tawar Palestina semakin lemah di hadapan Israel. MBS ditengarai telah menyusul sebuah kesepakatan dengan Jared Kushner terkait dengan masa depan Palestina.
Kebijakan MBS terkait Iran merupakan pangkal dari masalah besar yang menjadikan kawasan terus semakin limbung. Dalam hal ini, MBS memilih berkoalisi dengan Israel dan Amerika Serikat daripada berkoalisi dengan Qatar, Turki, dan Iran.
Kematian Khashoggi menjadi semacam "gunug es" yang siap meleleh. Kebijakan MBS dikenal ugal-ugalan, irasional, bahkan sadis. Khalil Annani dalam al-'Araby menyebut apa yang dilakukan terhadap Khashoggi mirip perilaku ISIS. Proses pembunuhan terhadap Khashoggi merupakan tindakan barbar yang kerap dilakukan ISIS terhadap musuh-musuhnya.
Maka dari itu, MBS disebut oleh The Washington Post telah membawa Arab Saudi pada kondisi yang sangat buruk. Matinya kebebasan berpendapat di negara kaya minyak itu menjadi tantangan serius, yang disertai dengan penangkapan, bahkan pembunuhan. MBS tidak memberikan kebebasan kepada siapapun untuk mengkritik kebijakannya. Mereka yang menentang kebijakannya dianggap sebagai "teroris".
Ada ribuan warga Arab Saudi yang saat ini mendekam di penjara. Nasib mereka semakin buruk menanti masa depan yang semakin suram. Mereka yang bisa eksodus dari Arab Saudi relatif lebih nyaman. Tapi, mereka yang menetap di Arab Saudi harus memilih antara penjara dan kematian.
Itulah nasib yang harus dihadapi dan diterima oleh Jamal Khashoggi sebagai sebuah takdir. Dan, dalam tulisannya yang terakhir di The Washington Post, Khashoggi menegaskan perlunya dunia Arab untuk membuka ruang kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat menjadi pintu bagi kemajuan dan masa depan yang lebih baik bagi dunia Arab. Hal inilah yang sama sekali tidak diberikan oleh MBS.
Zuhairi Misrawi intelektual muda Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta
(mmu/mmu)