Membumikan Statistik
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Membumikan Statistik

Rabu, 26 Sep 2018 11:36 WIB
Febria Ramana
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Gerakan Cinta Data BPS
Jakarta -
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), persentase jumlah penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas dan mempunyai kemampuan baca tulis huruf latin adalah 94,79 persen. Hal ini berarti sekitar 248 juta penduduk Indonesia telah memiliki kemampuan dasar untuk menyerap pengetahuan lebih banyak. Angka ini cukup menggembirakan. Tapi, walau sudah 22 tahun Indonesia memperingati Hari Statistik Nasional setiap 26 September, masih sangat minim penduduk Indonesia yang memiliki kemampuan memahami data dan statistik.

Sulit Dijangkau

Statistik dianggap sebagai hal yang sulit dijangkau oleh banyak orang, layaknya langit. Hal ini cukup beralasan mengingat ilmu statistik baru dienyam oleh mereka yang berkuliah. Meskipun demikian, statistik yang dipikirkan para mahasiswa pun hanya fokus kepada bagaimana mereka mengerjakan skripsi sehingga tidak jarang seorang sarjana pun tidak memahami konsep statistik itu sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di jenjang SMA, para siswa sebenarnya sudah dikenalkan dengan statistik. Tapi, alih-alih memahami konsep statistik, pelajaran tersebut hanya kembali pada perhitungan menggunakan rumus, seperti rata-rata, modus, dan median. Padahal yang paling perlu dibumikan adalah konsep dan kegunaan statistik baik di kehidupan sehari-hari maupun bagi Indonesia secara makro.

Akibat salah kaprah mengenai statistik, angka statistik kerap disamaartikan dengan angka matematik. Satu sama dengan satu, dua sama dengan dua. Padahal, angka statistik merupakan angka pendekatan karena mengandung error. Angka empat bisa saja secara realita berjumlah tiga atau lima. Tapi, angka statistik tetap harus sedekat mungkin dengan kondisi lapangan. Oleh karena itu, perwakilan sampel harus mampu mewakili seluruh objek terkait.

Sumber error statistik tidak hanya berasal dari sebab pengumpul data, tapi juga dapat dari pemberi informasi. Banyaknya kejadian buta data dan tak kenalnya masyarakat terhadap statistik menjadi salah satu penyebab masyarakat dan para pengusaha terkadang enggan memberikan informasi sebenarnya, bahkan menolak untuk didata karena merasa tidak berguna.

Memperkecil Kekacauan

Kondisi ini menjadi sangat disayangkan mengingat statistik merupakan salah satu pengetahuan yang digunakan di banyak bidang. Menurut seorang Profesor Matematika, Arthur Benjamin, kurikulum matematika haruslah menuju pada puncak pengembangan matematika, yang ia yakini adalah statistik.

Menurut dia, statistik seharusnya telah dipahami oleh siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang baru lulus. Hal ini karena pentingnya praktik statistik dalam keseharian kita. Benjamin juga menyakini jika seluruh masyarakat memahami statistik, kekacauan ekonomi tidak akan terjadi.

Tidak hanya memperkecil terjadinya kekacauan ekonomi, data statistik yang jauh dari error dapat membantu akademisi dan pemerintah untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran. Menteri Keuangan Indonesia saat ini bahkan merasa perlu memiliki analysis army yang paham dalam menganalisis data. Selain dapat berguna sebagai landasan kebijakan, data statistik juga dapat berguna dalam monitoring dan evaluasi suatu kebijakan.

Untuk mengubah kurikulum sesuai dengan diinginkan, tentunya memerlukan waktu yang panjang. Tapi, membumikan statistik tetap harus memiliki progres dari sekarang. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mensosialisasikan statistik di ranah sekolah dan kampus. Kegiatan sosialisasi ini menyasar generasi Y dan Z. Generasi Y atau terkenal sebagai para milenial adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1980-2000, sedangkan generasi Z lahir pada rentang tahun 2000 hingga sekarang.

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk kedua generasi tersebut lebih dari separuh total penduduk Indonesia pada 2020. Besarnya jumlah dari kedua generasi ini akan menyebabkan mereka berperan besar dalam kemajuan Indonesia di masa depan, termasuk dalam pengumpulan data statistik. Entah sebagai salah satu responden, ataupun sebagai pengumpul data.

Menciptakan Prestasi Baru

Para milenial dan generasi Z terkenal sebagai generasi yang melek teknologi dan merupakan generasi native digital. Bukan tidak mungkin, kesadaran data dan statistik yang dibangun pada generasi ini membuat Indonesia menuju pendataan yang lebih maju dengan self enumeration (pendataan sendiri) berbasis teknologi seperti yang dilakukan di Australia.

Pendataan yang dilakukan Australian Bureau Statistics (ABS) sudah berdasarkan data administrasi dan juga pendataan yang langsung dilakukan oleh responden sendiri. Hal ini membuat ABS lebih banyak fokus kepada analisis data seperti yang diinginkan Menteri Keuangan kita, analysis army.

Selain meningkatkan kualitas data, jenis pendataan ini juga dapat mengurangi biaya pendataan yang selama ini banyak berfokus pada pengumpulan data, seperti biaya percetakan kuesioner dan pedoman, serta biaya pelatihan dan honor petugas. Tidak sampai di situ, pembentukan generasi yang tidak hanya melek teknologi, tetapi melek statistik di masa depan tentu dapat menciptakan prestasi baru yang berdampak besar bagi kemajuan bangsa. Hal ini mengingat kuatnya korelasi data statistik berkualitas dengan kebijakan-kebijakan yang tepat sasaran.

Febria Ramana ASN Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kaur, Bengkulu

(mmu/mmu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads