Dua minggu sudah perhelatan Asian Games meramaikan Tanah Air. Acara ditutup dengan rasa bangga menjadi bangsa Indonesia. Kita bukan jadi juara, tapi mengutip ucapan politisi, kita realistis. Target 16 medali emas sudah jauh kita lampaui. Kita menutup Asian Games dengan berdiri kokoh di posisi 4 dengan mengoleksi 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Sepanjang Asian Games, mata kita dibuka bahwa olahraga keren bukan cuma bulutangkis dan sepakbola saja. Ada banyak cabang olahraga lain, yang namanya masih asing, tapi orang Indonesia jago banget di situ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mempertontonkan sebuah pertunjukan yang sangat langka berjudul: Dahsyatnya Indonesia Kalau Bersatu. Laki-laki, perempuan, tua, muda, ada yang pribumi, yang Tionghoa, yang Muslim, yang Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, yang bertato, yang berjilbab, yang blasteran, yang naturalisasi, yang anak pemulung, sampai konglomerat.
Saat memasuki gelanggang, lepas sudah semua identitas itu. Yang tersisa cuma seragam timnas. Semua berjuang sesuai keahlian masing-masing supaya Bendera Merah Putih bisa berkibar di tiang tertinggi.
Di hadapan bangsa-bangsa Asia lainnya, para atlet tidak akan ditanya pilih Jokowi atau Prabowo. Mereka cuma ditanya, sanggupkah kamu memanjat paling tinggi, lompat paling jauh, berenang paling cepat, lari paling kencang dan memasukkan bola paling banyak.
Momen terbaik Asian Games 2018 untuk bangsa kita adalah Jokowi dan Prabowo berpelukan berbalut bendera Merah Putih. Pesilat Hanifan yang memeluk Jokowi dan Prabowo seperti mewakili seluruh rakyat Indonesia yang sudah bosan bertengkar dan rindu bersatu.
Media sosial kita pun berganti tema. Broadcast kebencian dari pendukung fanatik kedua kubu politik jauh berkurang bukan? Berganti dengan broadcast jadwal pertandingan dan update perolehan medali.
Rupanya, kita perlu dihadapkan dengan kondisi bertarung melawan bangsa lain, supaya kita disadarkan dengan identitas Indonesia kita. Coba tanya ini ke diri kita masing-masing:
Enak bukan lihat atlet kita mengalahkan bangsa lain? Enak bukan lihat kita memborong medali? Enak bukan melihat bendera kita berkibar?
Posisi akhir Juara 4 Asian Games adalah fakta batas maksimal kemampuan Indonesia saat ini adalah sampai di situ. Mau jadi juara satu? Yuk, kita berusaha lagi, bersatu lagi, merapatkan barisan membina anak-anak muda kita di berbagai cabang olahraga. Perang melawan bangsa lain di arena olahraga berlangsung sepanjang zaman.
Ribut-ribut soal politik tak bikin kita jadi juara Asian Games! Kita cermati sajalah urusan dukung-mendukung politik ini dengan wajar, tanpa terjebak fanatisme buta terhadap Jokowi atau Prabowo.
Ayo kita bawa Energy of Asia ini menjadi Energy for Indonesia. Jadikan pengalaman di Asian Games sebagai kenangan indah bahwa Indonesia itu kuat karena bisa bersatu dalam perbedaan. Jangan sampai lupa! Kalau besok ada yang sebar-sebar broadcast kebencian lagi, Anda balas saja dengan foto Jokowi-Prabowo pelukan dan teriakan, "Siapa kitaaa? INDONESIA!"
Fitraya Ramadhanny Redaktur Pelaksana detikcom, tulisan ini pendapat pribadi
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini