Apapun alasannya pencekalan itu, baik oleh oknum masyarakat maupun pemerintah sangat tidak sejalan dengan semangat kebebasan dan keragaman.
Dalam dunia demokrasi yang kita kenal, seperti di Amerika, kebebasan ekspresi, berbicara, dan berpendapat itu hak asasi manusia yang sangat dihormati. Dan, tidak akan dianggap ancaman selama itu masih dalam batas opini atau bicara (speech). Maka, mengkritik presiden sekalipun adalah hal wajar selama tidak ada ancaman, apalagi tindakan kekerasan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari situlah saya menjadi ingin tahu siapa gerangan sosok itu. Saya cari beliau di Youtube, dan subhanallah, beliau adalah sosok ulama yang luar biasa. Saya tidak terlalu tertarik dengan kepopulerannya. Karena bintang film juga banyak yang populer, politisi juga demikian. Bagi saya banyak cara untuk populer. Teroris juga populer karena kejahatannya.
Justru yang membuat saya terkagum dengan beliau adalah keseimbangan dalam memahami Islam. Mungkin bahasa populernya, beliau sangat moderat dalam pemahaman. Tidak ekstrem ke samping mana saja, baik kiri maupun kanan.
Tapi, yang lebih penting adalah keluasan ilmu dan referensi agama yang beliau miliki. Sungguh saya senang ketika seseorang beragumentasi dan menyampaikannya dengan referensi dan pemahaman yang luas.
Maka, ceramah-ceramah yang diselingi dengan humor-humor yang sesuai dan mengena bagi saya memang sangat wajar jika memiliki daya atraksi yang tinggi. Sehingga di mana-mana beliau dicari, diterima oleh massa yang sangat besar.
Karakter Mulia
Tapi, yang paling saya kagumi dari guru kita ini adalah kesederhanaan, apa adanya, dan insya Allah mengatakan dan melakukan semuanya tanpa dipoles-poles. Beliau melakukan dakwah tampa pilih, di kota besar atas undangan pejabat besar atau di pelosok desa atas undangan rakyat kecil. Bagi beliau semuanya punya hak yang sama.
Melalui berbagai ceramah di Youtube, saya diam-diam memang jatuh hati baik oleh pemikiran dan pendapat keagamaan beliau maupun cara penyampaian yang berkarakter dan menyegarkan. Bahkan jujur saya banyak menimba ilmu baru dan segar dari ceramah-ceramah beliau.
Oleh karenanya saya memutuskan untuk mengundang beliau. Saya mencari kontak beliau dan menghubungi beliau. Subhanallah, beliau dengan sangat hormat dan lapang dada merespons dengan positif undangan kami ke AS, insya Allah.
Keinginan saya untuk mengundang beliau selain untuk memberikan tausiah ke masyarakat Indonesia di Amerika, juga atas alasan karena seorang ustaz sebesar nama beliau perlu diberikan akses global. Bahwa keluasan ilmu agama menjadi sangat penting untuk dibarengi oleh pengalaman yang lebih banyak sehingga wawasan akan semakin menjadi luas pula.
Maka saya berusaha menemui beliau di saat ada kesempatan kembali ke Tanah Air. Kesempatan itu pun terjadi di tempat Ustaz Arifin Ilham di Sentul. Subhanallah, saya menemukan sosok yang luar biasa dalam kesederhanaan, kesahajaan, tapi memilii kharisma dalam kata dan penyampaian.
Dua hari setelah itu kembali kami dipertemukan di kampung halaman saya di Makassar. Saya sungguh kagum betapa beliau dikarunia Allah kemampuan keilmuan dan daya tarik sehingga massa begitu berlimpah untuk mendengarkan tausiah beliau.
Maka mendengarkan berita penolakan dan pencekalan itu menjadikan saya kecewa, entah kepada siapa. Walau saya sadar bahwa dakwah itu alamiahnya pasti akan tertantang. Saya bukan mempermasalahkan itu. Tapi, mereka yang menolak atau mencekal dengan tuduhan-tuduhan yang jahat, bahkan tanpa ada bukti.
Sempurnahkah Ustaz Abdul Somad? Apakah beliau bersih sama sekali dari kekurangan dan kesalahan?
Kata orang Amerika, who the hell is perfect? Siapa yang sempurna?
Tapi, jika seorang Abdul Somad yang sopan, santun, imbang, dan moderat, menghormati perbedaan, cinta sesama muslim dan sesama manusia, dan cinta damai dicekal lalu siapa lagi yang dianggap tidak radikal? Apakah menyampaikan Islam dengan jujur dan apa adanya itu radikal?
Kalau ternyata radikalisme itu dipahami demikian, maka saya mengatakan tidak setuju dengan konsep moderasi. Jika moderasi berarti menyembunyikan kebenaran, mengesampingkan keadilan, maka masanya kita perlu merumuskan konsep moderasi yang berbeda. Wallahu a'lam!
Denver, 25 Desember 2017.
Imam Shamsi Ali Presiden Nusantara Foundation
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini